Lalisa Manoban, wanita berdarah Thailand yang berusia usia dua puluh tujuh tahun itu memiliki karir yang sangat cemerlang.
Ia seorang penyanyi solo yang sudah debut dari tahun dua ribu enam belas, bukan hanya itu ia juga seorang CEO di perusahaannya sendiri yang baru di dirikan selama delapan bulan lamanya.
Karena keramahan sifat yang dia miliki, sekarang dia memiliki banyak penggemar, namun, banyak dari mereka adalah seorang perempuan karena dia memiliki sikap tomboy dari sewajarnya sikap seorang perempuan miliki.
Bahkan, tidak dari mereka banyak salah paham karena sikap ramahnya itu, mereka selalu salah mengartikan hingga berujung mereka menyatakan perasaannya, tetapi, Lalisa selalu menolaknya, karena menurutnya, tidak ada yang lebih penting di hidupnya melainkan UANG.
Itulah yang selalu ia tekankan pada dirinya, hidup sukses dan memiliki banyak uang.
"Mr. Kim, kenapa wajahmu cemas? Ada yang bisa ku bantu?" Lalisa bertanya kepada salah satu Investor terbesarnya, mereka baru saja menyelesaikan meeting di perusahaan Lalisa yang bernama LLOUD Entertaiment.
Sementara sang pemilik Kim Group Entertaiment itu segera menyimpan ponselnya kala Lalisa bertanya pada dirinya. "Oh, ini.. putriku akan pulang ke Seoul, namun, aku tidak dapat menjemputnya di bandara, selain itu, driver pribadiku juga izin karena memiliki sedikit urusan di kampungnya, jadi.. aku sedang mencoba menghubungi pekerjaku yang lain, tetapi, mereka juga sedang sibuk."
Lalisa mengangguk-anggukan kepalanya. "Serahkan saja padaku, Mr. Jika di perbolehkan, aku akan menjemputnya untukmu."
"Eoh? Sungguh? Aku tidak akan merepotkanmu?"
Lalisa melihat Rolex Datejust 31 di pergelangan tangan kirinya. "Aku masih memiliki waktu kurang lebih dua jam lagi sebelum meeting selanjutnya, jadi.. tidak masalah." Katanya yang akhirnya di angguki oleh Mr. Kim.
"Syukurlah aku memilikimu, kau sangat membantuku, Lalisa. Semoga perusahaan kita akan terus bisa bekerja sama sampai kapanpun." Ucapnya dan Lalisa tersenyum.
"Dengan senang hati aku bisa membantu Investor terbesarku." Jawabnya.
Lalisapun pergi meninggalkan perusahaannya.
Flashback off
Lalisa menghembuskan napasnya berat ketika baru saja menceritakan kepada temannya itu tentang bagaimana awal mulanya hidupnya berantakan dan memgharuskan dia berada di paris.
Temannya itu lantas terkekeh dan menggeleng sambil menyeruput minumannya. "Mungkin dia salah mengartikan sikap baikmu selama ini, Lisa." Ucap temannya.
Lalisa berdecak sebal. "Aku bersumpah, aku hanya murni membantu client ku dan aku menjemput putrinya, tetapi.. mengapa dia malah jatuh cinta padaku, kau tahu bahkan usia kami terpaut sepuluh tahun, dia masih terlalu muda untukku." Katanya yang membuat temannya itu semakin tertawa di buatnya.
"Kalau begitu, tunggulah kekasihku, untuk sementara waktu kau menginap di unit nya, karena kau tahu, sebentar lagi aku akan melaksanakan shooting di jepang." Ucapnya dan Lalisa memainkan cangkir di tangannya.
"Tidak bisakah aku menginap di unit mu saja? Sesungguhnya, aku tidak biasa tinggal dengan orang lain, aku akan membayar sewa berapapun." Katanya dan temannya itu menyipitkan kedua matanya lalu melempar stik kentang yang berada di atas piringnya.
"Haish, jinjja, Lisa-yaa. Kau pikir aku melarangmu karena uang? Aku hanya meringankan bebanmu untuk tidak tinggal sendiri, dan kebetulan, kekasihku seorang psikolog, jadi mungkin, kau tidak akan stress tinggal bersamanya." Ucapnya dan Lalisa memutar kedua bola matanya lalu mendengus.