Chapter 26

91 20 1
                                    

Disclaimer :

Naruto : Masashi Kishimoto

Selamat membaca semuanya

.

.

.

.

.

Raut cemas nampak jelas di wajah Naruto tidak bisa ditutupi meski sudah ada dokter yang datang memeriksa keadaan Hinata, padahal selain Hinata, Naruto juga memerlukan pengobatan tapi saat ini yang terpenting di otaknya hanya Hinata, tidak memikirkan diri sendiri.

Bisa dibilang Hinata segalanya bahkan lebih penting dari keselamatan Naruto sendiri.

Setelah dilakukan pemerikasaan, Dokter mengatakan kalau kondisi Hinata baik-baik saja tidak ada luka serius hanya ada memar saja di wajah akibat tekena pukulan. Lalu kemungkinan Hinata bisa pingsan, Dokter menjelaskan itu terjadi karena syok dan kuatnya pukulan Sasuke.

Tidak sampai disitu saja, Dokter juga menyarankan agar Naruto megompres pipi Hinata menggunakan es batu agar bengkak dipipinya segera kempes, Hinata juga diberikan obat berupa vitamin serta obat penghilang rasa nyeri untuk nantinya diminum.

Saat dokter mencoba mengobati luka di wajah Naruto namun ditolak dengan berkata kalau dirinya baik-baik saja tidak membutuhkan perawatan sama sekali, cukup mengompres memar di wajahnya dengan es batu sudah cukup baginya. Apalagi sebagai pria yang namanya berkelahi dan terluka sudah hal biasa bukan masalah besar.

Meski sudah mendapatkan penanganan serta mengetahui kondisi Hinata baik-baik saja serta tidak mengalami luka serius tetap saja Naruto masih diliputi perasaan cemas sebab Hinata tak kunjung siuman.

Dalam benaknya Naruto berpikir akan memanggil Dokter kembali jika setengah jam lagi Hinata tak kunjung siuman.

Sementara itu baik Sai ataupun Shikamaru tidak berani menemui untuk menanyakan tentang kondisi Hinata apalagi tentang alasan perkelahian tadi karena itu sama saja mencari masalah maka dari itu keduanya memilih membiarkan Naruto sendirian merawat Hinata, dan menemuinya besok pagi.

Sedangkan untuk urusan Sasuke mereka juga yang akan mengurusnya.

Naruto terus duduk gelisah di kursi seperti orang yang sedang menunggu istri lahiran dan dalam hatinya terus merapalkan doa kepada Tuhan.

Selang beberapa menit kemudian akhir Naruto bisa bernafas lega sebab Hinata membuka mata.

"U-Uzumaki-san..." panggil Hinata lirih saat matanya menangkap sosok pemuda berambut kuning itu didekatnya.

Wajah Naruto sumeringah senang menatap sosok Hinata kemudian mengulurkan kedua tangannya meraih tubuh Hinata, mengurungnya dalam pelukkan hangat meluapkan perasaan dihati.

Gadis yang dipeluk Naruto, melotot kaget, "Uzu-"

"Kau hampir membuatku mati ketakutan, Hinata," sela Naruto dengan nada yang terdengar cemas dan khawatir seperti seorang kekasih.

"Ma-maaf..." cicit Hinata dengan kedua pipi bersemu merah karena dipeluk begitu erat.

Dalam benaknya Hinata terus berpikir mengapa Naruto tiba-tiba bersikap aneh juga seperhatian ini, meski belakangan dirinya menyadari perubahan sikap dari pemuda berambut blonde itu tapi tetap saja tidak berpikir kalau akan sampai dipeluk.

Dekapan Naruto begitu erat hingga membuat Hinata sedikit kesulitan bernafas, "Se-sesak Uzumaki-san," lirih Hinata memberitahu.

"Ma-maafkan aku," Naruto langsung melepasakan pelukkannya tapi tidak menjauhkan dirinya dari Hinata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinderella Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang