8. Selalu Saja Dia

15 10 0
                                    

Udah hari ke berapa ini? Entahlah.
Kalian gak bosen kan?

Kesan kalian buat cerita ini apa?

Selamat membaca

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 8:

Selalu Saja Dia
.
.
.


Sepi yang dapat mendeskripsikan rumah keluarga Johari sekarang. Hanya suara televisi yang menemani rumah dingin tersebut. Bahkan, tak ada tawa yang dapat menjadi obat dinginnya rumah tersebut. Semuanya sibuk dengan aktivitas masing-masing.

Aya yang tengah berada di dalam kamarnya. Melakukan kesenangannya dan ketenangan sendiri di sana. Di depan televisi yang sedang menyala, ada Isa dengan camilannya tengah asyik menonton acara kesukaannya. Kedua orang tua mereka pun sama, melakukan aktivitas sendiri dengan hal yang sama, pekerjaan. Macam tak ada hari libur bagi mereka. Sementara Si sulung, laki-laki itu tengah sibuk dengan tugasnya.

Sempat mengalami frustrasi karena kesulitan dan masih banyak tugas yang menanti untuk digarap. Laki-laki itu menyandarkan kepalanya sejenak pada meja dengan tangan sebagai tumpuan.

Ia heran, mengapa guru memberikan tugas begitu banyak? Apakah mereka tidak belajar dari pengalaman dulu saat mereka sekolah? Apa mereka dulu tak diberi tugas sebanyak ini? Entahlah, Bhian tak tahu.

Bhian mengusap mata yang sudah mulai memberat. Sebenarnya ini salah Bhian juga, harusnya ia mengerjakan dari jauh-jauh hari. Atau mengerjakan dari tadi siang, pasti sudah selesai. Tapi, ia lebih memilih rebahan tadi.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 22.19, dan tugasnya belum siap. Sedikit lagi, hanya tinggal 2 nomor pagi yang harus ia jawab. Ini mata pelajaran Fisika, padahal kemarin saja laki-laki itu sudah bisa. Atau mungkin pintarnya sesuai dengan mood yang ia rasakan sekarang?

Sementara Isa, gadis itu masih senantiasa berada di depan televisi. Sama sekali tak merasakan kantung datang padanya. Isa tahu, ini sudah lewat dari jadwal tidurnya. Isa pun sebenarnya tak mau bergadang. Namun, entah kenapa, setelah tahu bahwa terdapat penyakit yang tumbuh di tubuhnya, Isa tak memedulikan jadwal tidur.

Di tengah asyiknya gadis itu menonton televisi, tenggorokannya terasa kering. Gadis itu pun berdiri, berniat untuk mengambil air minum. Tak sengaja, matanya menangkap sosok sang kakak yang tengah sibuk menulis pada bukunya.

Isa berjalan menuju dapur, setelah meneguk minumnya, Isa berinisiatif untuk mengambilkan kakaknya minum juga. Kasihan juga, pasti sangat melelahkan harus mengerjakan tugas sampai larut malam. Demi nilai tetap berada di atas, sampai lupa dengan kesehatannya sendiri.

Isa berjalan santai menemui Bhian dengan satu gelas air putih di tangannya. Matanya dapat menangkap betapa lelah wajah kakaknya malam ini.

“Kak,” panggil gadis itu. Bhian menoleh ke sumber suara. Tatapannya memberikan tanya. Ada apa?
Namun, saat berjalan mendekati Bhian, tak sengaja Isa tersandung kakinya sendiri.

Rainbow Over The Rain [END] [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang