19. Game Over

9 4 0
                                    

2 kata, game over.

Apa yang akan terjadi dengan dua kata tersebut?

Apa yang akan penulis buat dengan kalimat-kalimatnya?

Kuy baca

Bagian 19:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 19:

Game Over
.
.
.


Suasana rumah dingin tersebut perlahan-lahan berangsur membaik. Banyak keramaian yang dibuat oleh tiga bersaudara, membuat rumah tersebut mulai memancarkan cahaya kehangatan.

Kini, mereka menyempatkan diri untuk berkumpul bersama. Menonton televisi yang tengah menayangkan animasi keluarga. Hanya mereka bertiga, sebab Johari dan Saras tengah mengurus beberapa pekerjaannya di luar sana.

Dengan ditemani camilan, mereka asyik menonton televisi dengan riang. Bhian juga, sembari fokus mengerjakan tugas sekolahnya. Sesekali Aya memberi semangat pada kakaknya.

"Aneh, tinggal kabur aja apa susahnya," ucap Isa tiba-tiba.

"Ya itu animasi kalau baru mulai langsung ketahuan siapa yang jahat bakal nggak menarik, Isa. Makanya, harus lika-liku perjalanan hidup dulu terus ketahuan siapa yang jahat nah baru mereka bahagia," jelas Aya, gadis itu terkekeh. Kakaknya ini, padahal ia hanya asal menceletuk, kenapa serius sekali.

"Isa tuh greget sendiri, kalau dia masuk ke animasi itu pasti langsung cepu siapa yang jahat," Bhian mulai bersuara dengan tawa diakhir. Kedua adiknya pun juga ikut tertawa.

Benar, kalau kita sudah tahu apa yang akan terjadi dikemudian hari, pasti hal-hal yang menjadi penyebabnya akan kita hindari.

Namun, manusia hanya pemeran tokoh utama dalam hidupnya. Sementara Tuhan sebagai pengarang yang bebas melakukan apa pun untuk tokoh dalam dunia yang ia buat.

Tokoh utama tak akan tahu apa yang akan menjadi takdirnya nanti. Takdir yang telah dirancang oleh Tuhan dengan sedemikian rupa. Namun, seorang pengarang tak akan mungkin membuat hidup tokohnya sengsara tanpa sebab.

Setiap tindakan pasti akan ada alasan, mungkin jika hidup ini terlalu berat untuk dijalani, bisa saja ujian dari Tuhan untuk menguatkan mental agar tak patah saat menghadapi ujian lainnya.

"Enggak ah, biar mereka nyelesein masalah mereka sendiri. Biar mandiri," jawab Isa sembari mengangguk untuk meyakinkan.

Setelah itu, mereka kembali khusyuk menonton animasi tersebut. Saking khusyuknya mereka tak mengeluarkan suara sama sekali.

Saat mereka tengah asyik menonton, Isa merasa ada yang keluar dari lubang hidungnya. Ia sentuh bagian hidungnya, dan dapat dilihat di tangannya terdapat darah.

Isa panik, merutuk dalam hati. Kenapa penyakitnya harus kambuh sekarang? Aya menengok ke arah adiknya, sebab ia merasa heran. Kenapa adiknya tampak panik?

Rainbow Over The Rain [END] [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang