5. Sangkar Burung

18 11 0
                                    

Malaaaam gess
Gimana kabarnya?
Siap buat baca??

Kalian tau cerita ini dari mana nih? Penasaran :)

Happy Reading

TANDAI YANG TYPO YAA

-----------------------------------------------

-----------------------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 5:

Sangkar Burung

Sore ini, Isa terduduk tenang di bangku meja belajarnya. Ditemani alunan lagu dari seorang musisi yang sangat ia sukai. Di meja belajarnya, terlihat satu gelas teh hangat dengan satu stoples camilan yang tengah ia nikmati sembari membaca setiap kata yang berada di buku novel yang ia pegang.

Rasanya damai, tak ada yang mengganggunya. Tak ada yang membuat dirinya huru-hara akan suatu hal. Bagi Isa, membaca novel adalah salah satu pelariannya untuk melupakan masalah. Termasuk masalah kemarin yang baru saja menimpa dirinya.
Mengapa sebagai pelarian dari segala masalah hidup yang tak ada habisnya?

Karena, Isa bisa merasakan jiwanya kabur dari dunia dan masuk ke dalam benda berisi cerita tersebut. Membuat alur baru untuk kehidupannya. Tanpa ia harus merasakan rasa sakit di kehidupan nyatanya.

Maka, Isa rela berjam-jam membaca berbagai buku novel demi dirinya tak mengingat luka-lukanya. Namun, walau begitu itu semua hanyalah pelarian saja. Mau tak mau, Isa harus kembali ke dunia aslinya. Menjalani hidup yang entah akan bagaimana jadinya.

Sesekali Isa tersenyum-senyum karena scene romantis yang ia baca. Isa dan buku, sudah seperti dunia milik berdua.

Saat gadis itu tengah terfokus dengan bacaannya, tiba-tiba seseorang membuka pintu kamarnya. Isa sedikit tercengang dengan hal itu. Namun, ia kembali menetralkannya saat tahu siapa yang memasuki kamarnya.

“Bunda udah pulang? Gak ada lembur?” tanya Isa. Ya, itu Bundanya sendiri, Saras.

Saras tak menjawab, melainkan mengambil buku yang berada di genggaman gadis tersebut. Isa bingung, ada apa? Apa Bundanya juga ingin membaca buku tersebut? Tapi setahu Isa, Bundanya tak suka membaca buku novel.

“Bunda mau baca buku itu juga? Pilihan tepat Bunda, itu ceritanya bagus. Ada kok cerita kayak gitu lagi, sebentar aku ambil,” ucap Isa ingin merekomendasikan. Namun, sebelum Isa membalikkan badannya untuk mengambil buku yang ia maksud, suara Saras menghentikan langkahnya.

“Nilai kamu turun akhir-akhir ini kenapa?” tanya Saras dengan nada mengintimidasi. Isa bukan anak yang bodoh. Walau ia tidak sepintar kakak sulungnya, tapi ia tahu situasi. Mana yang kondusif dan tak kondusif. Dan Isa yakin, ia tengah berada diopsi ke dua.

Rainbow Over The Rain [END] [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang