6. Nenek Dan Sejuta Kata-kata

18 11 0
                                    

Haloo, balik lagii
Apa kabarnya?

Ngerasa gak sih, waktu sekarang tuh cepet banget. Baru aja kemarin update ini cerita, malam ini udah update lagi. Tapi gak papa, cerita selesai kalian pun gak nunggu lama 😌.

Yaudah, langsung aja ke ceritanya.

Bagian 6:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 6:

Nenek Dan Sejuta Kata-kata

.
.
.


Sepulanya tiga bersaudara itu dari sekolahnya masing-masing, mereka kembali melanjutkan aktivitas mereka. Masing-masing dan seorang diri. Bahkan, di antara mereka pun tak ada yang berniat untuk saling menyapa. Mereka saling berbicara hanya saat benar-benar dibutuhkan. Macam seseorang yang tak saling kenal tinggal disatu atap yang sama.

Si sulung yang lebih memilih mengerjakan tugas sekolahnya tanpa membuka suara. Si tengah yang mengikuti ego dalam dirinya. Dan Si bungsu yang ingin mendekati mereka, namun dirinya tak berani. Apakah benar-benar berujung asing? Jawabannya, iya jika mereka bertingkah seperti ini terus menerus.

Bel rumah berbunyi, menandakan ada seseorang yang berkunjung. Mereka bertiga saling tatap dengan ekspresi yang sulit untuk dijelaskan. Mungkin dalam pikiran mereka bertiga bertanya, siapa yang berkunjung menjelang sore seperti ini?
Akhirnya, Aya beranjak dari duduknya. Berjalan mendekati pintu ruang tamu dan membukakan pintu tersebut.

Aya sempat terdiam, kala sosok tamu yang ada di hadapannya sekarang terasa tak asing baginya. Seorang wanita paruh baya, masih terlihat cantik walau keriput kulitnya sudah tampak jelas di wajah. Wanita itu tersenyum hangat. Sedetik kemudian Aya tersadar.

"Nenek!" pekiknya kegirangan. Tubuhnya menghambur dalam dekapan hangat wanita yang ia sebut Nenek itu. Nenek Eka-ibu dari Saraswati-berkunjung setelah bertahun-tahun lamanya tak datang untuk menilik anak dan cucunya.

Bhian dan Isa yang mendengar pekikan Aya pun menghampiri. Wajah mereka juga terlihat girang. Mereka sudah sangat rindu dengan Nenek Eka. Maka, saat mereka melihat Nenek Eka lagi di hadapan mereka, sama saja dengan melihat bidadari cantik turun dari surga.

Tiga bersaudara itu pun membawa Nenek Eka masuk ke rumah. Kini, mereka tengah duduk di ruang tamu. Sementara Isa membuat minum di dapur.

"Kalian apa kabar? " tanya Nenek membuka percakapan.

"Baik Nek."

"Tau nggak sih Nek, kita kangen banget tau. Nenek kenapa baru dateng ke sini?" tanya Aya sembari memeluk Nenek Eka manja. Nenek tersenyum manis, diusapnya rambut Aya dengan lembut.

"Nenek juga kangen sama kalian. Nenek baru ada waktu buat ke sini."

Di sela obrolan, Isa datang dengan membawa satu nampan berisi segelas minuman dan membawa beberapa camilan. Setelah diletakannya nampan tersebut di atas meja, Isa ikut berbaur dengan mereka. Melepas rasa rindu yang tertahan beberapa tahun ini.

Rainbow Over The Rain [END] [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang