11. Perbuatan Dan Alasan

10 9 0
                                    

Udah di bab 11 aja nih yeee
Masih semangat?

Kuy baca!

Bagian 11:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 11:

Perbuatan Dan Alasan
.
.
.


Sore ini, cuaca terasa dingin karena mendung yang membuat matahari enggan untuk menampakkan diri. Bersembunyi dibalik awan abu-abu tebal di atas sana. Dengan suasana ramai pengemudi hilir-mudik ke arah tujuan mereka masing-masing.

Isa baru saja disuruh membeli garam di warung oleh Aya. Memang jarak warung dengan rumah lumayan jauh, tapi tak mengapa, ia juga memakai sepeda. Bisa memangkas waktu pastinya, menjadi lebih cepat.

Setelah membayar barang belanjaan tersebut, Isa segera kembali ke rumah. Karena tak mau terkena omelan kakaknya itu. Bagi Isa, Aya jika sudah mengamuk menyeramkan. Seperti singa yang dibangunkan dari tidur nyenyaknya.

Gadis itu mengayuh pedal sepeda dengan semangat dan penuh kesenangan. Sebenarnya sudah lama sekali Isa tak mengendarai sepeda berwarna biru ini. Sepeda ini adalah hadiah dari nenek pada tiga bersaudara tersebut karena secara bersamaan mereka mendapat nilai bagus pada ulangan kenaikan kelas.

Isa masih teringat, bagaimana senangnya mereka dulu saat Bhian memboncengkan dirinya dan Aya secara bergantian. Dan saling berebut sepeda sampai bertengkar. Wajah-wajah kesenangan mereka dulu tercetak jelas di bayangan Isa. Gadis itu mengukir senyum di wajahnya.

Saat tengah asyik mengayuh sepeda, tak sengaja matanya menangkap sosok Risa yang tengah berdiri sendirian. Dengan permen di mulutnya, rambut kucir kuda seperti biasa, dan baju over size berwarna putih yang ia kenakan.

Tak jauh dari gadis itu, terdapat gerombolan ibu-ibu yang tengah mencari angin di pelataran rumah salah satu tetangga mereka. Apa lagi jika bukan update terdiri yang mereka bahas.
Telinga Isa menangkap bisik-bisik tak sedap mengenai gadis yang telah merundungnya selama ini.

"Iya lho bu, ini anak perempuan itu. "

"Namanya Risa kalau nggak salah, anak haram. "

"Aduh, kasian ya anaknya. Nggak salah apa-apa tapi harus tercemar karena kelakuan Ibunya."

"Semoga aja kelakuannya nggak sama kayak Ibunya!"

"Mustahil bu, buah nggak akan jatuh dari pohonnya. Sore-sore gini aja udah mau keluar, pasti sama cowok bu."

Kurang lebih begitulah yang Isa dengar dari sekumpulan ibu-ibu tersebut. Isa tahu apa yang Risa rasakan saat ini. Walau dari mimik wajahnya menandakan ia tak mengapa dan tak peduli dengan apa yang dikatakan ibu-ibu tersebut, tapi mata tak akan bisa berbohong.

Isa memang tak tahu apa yang terjadi di dalam keluarga Risa. Tapi, dari perkataan ibu-ibu tadi, sudah cukup untuk menggambarkan kehidupan Risa.

Isa memarkirkan sepedanya, dan menghampiri Risa yang masih setia berdiri di sana. Dengan berlari kecil, Isa menarik tangan gadis itu dan membawa pergi jauh dari sekumpulan ibu-ibu tersebut.

Risa tampak sedikit terkejut dengan hal yang baru saja terjadi secara tiba-tiba. Dicermatinya wajah gadis yang baru saja menarik tangannya itu. Risa baru tersadar, gadis itu adalah Isa. Risa segera menarik tangannya, membuat langkah mereka terhenti. Sudah lumayan jauh dari kerumunan ibu-ibu tersebut.

“Lo apa-apaan sih?!” ucap Risa merasa tak suka. Isa mengatur napasnya yang terengah-engah akibat berlari.

“Seenggaknya kamu jauh dari ibu-ibu tukang gibah,” jawab Isa. Risa terdiam, ia bertanya-tanya, apa Isa mendengar semua yang ibu-ibu itu ucapkan?

“Gak usah urusin hidup gue!” Risa memalingkan muka, merasa malu. Pasti Isa sudah tahu tentang hidupnya. Apa Isa akan memberi tahu semua teman-temannya di sekolah? Bisa saja kan Isa ingin membalas dendam dengannya.

“Bukan, aku nggak sengaja denger tadi. Aku cuma mau bawa kamu menjauh dari mereka. Lagian kenapa kamu malah berdiri di situ sih? Mereka lagi ngomongin kamu,” jelas Isa. Dengan nada takut dan berhati-hati karena takut salah bicara.

“Pengin tau banget lo sama hidup orang!” Isa terdiam. Walau niat baiknya setinggi gunung, tapi jiwa takut dengan perundungan yang dialaminya masih dapat meruntuhkan niat baik tersebut.

Thanks, udah bawa gue menjauh.” Isa tersenyum. Baru kali ini ia mendengar kata terima kasih dari Risa. Bukan bentakan yang Isa dengar, atau nada terpaksa, melainkan kata terima kasih yang tulus dari dirinya.

“Sama-sama. Yaudah, aku mau pulang. Tetap semangat, jangan mikir kamu sendirian. Apa pun yang terjadi, kamu masih punya Tuhan. Apa pun kesalahan kamu, Tuhan maha pengampun,” ucap Isa. Gadis itu membalikkan badan dan mulai melangkah menjauh. Namun, belum lima langkah, Risa kembali bersuara.

“Lo kenapa baik banget sama gue?” langkah Isa terhenti dan menatap Risa dengan bingung.

“Lo kenapa baik banget sama gue? Pahala gue udah bikin lo sengsara,” lanjutnya. Isa tersenyum ramah.

“Kamu percaya nggak? Setiap tindakan orang pasti ada alasannya? Dan ... aku percaya, kamu melakukan itu pasti karena ada suatu alasan.”

Benar, setiap perbuatan pasti ada alasannya masing-masing. Entah itu perbuatan baik maupun buruk. Seseorang yang melakukan perundungan juga memiliki alasan tersendiri. Entah itu dari faktor keluarga maupun faktor lingkungan masyarakat. Mereka melakukan itu hanya ingin melampiaskan apa yang mereka rasakan. Namun jalur yang mereka ambil salah.

Risa terdiam, apa yang Isa katakan memang benar. Jika saja dirinya tidak dilahirkan dalam status hamil duluan, pasti tak akan seperti ini. Risa dulu sering sekali dirundung dan dibicarakan oleh orang-orang sebagian anak haram.

Risa tak suka, ada setitik marah dalam dirinya. Maka, Risa ingin membalas perbuatan mereka. Dengan cara melakukan perundungan juga. Namun, tanpa Risa sadari apa ia lakukan salah. Ia sudah menyeret seseorang yang tak bersalah dan tak tahu dengan kehidupannya masuk ke jurang masalah.

“Lo mau tau orang yang pakai hoodie hitam kemarin? Gue tau, pasti lo familier sama suaranya kan?” Isa terdiam. Memang benar, rasanya Isa macam sering mendengar suara orang itu. Tapi siapa?

Tapi, Isa sudah lupa karena menurutnya itu tak terlalu penting. Tapi hari ini, Risa menawarkan diri untuk memberi tahu dirinya. Tak ada salahnya bukan mengetahuinya.

“Siapa?” jawab Isa.

“Dia ....”

𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐛𝐮𝐧𝐠....

Yaah, kena gantung

Btw, aku punya tebak-tebakan.

Buah apa yang punya rambut? Rambutan. Ang ang ang ang. Btw, kamu kapan disukai balik?

Belum ada satu bulan~~~

Udah udah, janlup votmen. Bayy

Rainbow Over The Rain [END] [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang