13. Pengampunan

11 8 1
                                    

Halo gess? Gess? Ada orang baca kan ya?

Hehe, baca baca

Hehe, baca baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 13:

Pengampunan
.
.
.

Suasana bising sorak-sorai penghuni kelas terdengar memekakkan telinga. Mungkin, dari arah luar kelas pun suara mereka dapat terdengar jelas. Banyak tingkah yang dilakukan, bahkan sampai ada yang mengadakan konser dadakan. Dengan salah satu siswa berdiri di atas meja dan memegang gagang sapu.

Detik-detik jam kosong bagi kelas Aya memang sangat menyenangkan. Dengan teman-teman yang memiliki solidaritas baik membuat hari-hari di sekolah semakin semangat.

Di tengah kebisingan rakyat kelas 11 IPS 3, Aya lebih memilih duduk di bangkunya. Berdiam diri, enggan untuk ikut berpartisipasi seperti teman-teman lainnya. Aya mengembuskan napas berat, badannya rasanya sangat lelah. Ingin rasanya ia tak sekolah untuk satu hari ini, tapi ia tak ingin berurusan dengan Bundanya dulu. Ia hanya ingin damai dengan semua permasalahannya.

Tatapan matanya sayu, tak ada senyum di wajahnya. Bayang-bayang permasalahan kemarin dengan Isa masih tergambar jelas di kepalanya. Rasanya ingin meledak, panas, memikirkan bagaimana ke depannya. Apakah akan menjadi lebih baik?

Di sela lamunannya, Aya dikejutkan dengan kedatangan dua temannya. Lamunannya buyar begitu saja.

“Jangan ngelamun ah, nggak baik,” ucap gadis dengan lesung pipi yang tampak saat tersenyum, Sora.

“Bener, kan ngeri kalo tiba-tiba kesambet sama penghuni kelas ini. Rumornya kelas ini ada penghuninya tau,” timpal gadis berkacamata, Rala.

Aya mengembuskan napas kesekian kalinya. Mengukur senyum pada kedua temannya. Lalu mengucapkan bahwa ia tak mengapa.

“Kenapa? Ada masalah? Nggak mungkin kalo nggak papa tapi nggak ikut ngereog sama yang lain.” Sora mengangguk. Aya bagi teman sekelasnya memang dikenal dengan anak yang super aktif. Pasti Aya akan maju paling depan untuk membuat suasana menjadi ramai saat jam kosong.

“Lagi-lagi bener, kamu biasanya paling semangat kalau jamkos, Ya.”

“Aku lagi males aja, kok. Lagian mendung-mendung gini enaknya turu,” jawab Aya sembari menguap. Walau hanya pura-pura agar kedua temannya ini tak lagi bertanya. Namun, sepertinya sulit untuk membohongi mereka.

“Alah, yang bener?”

“Cerita aja, jangan dipendam sendiri. Nggak baik, lagian kayak sama siapa aja. Iya nggak La,” ucap Sora dan diberi dua jari jempol oleh Rala.

Aya terdiam sejenak, menimbang-nimbang apakah ia harus berbagi cerita pada kedua temannya. Tapi, walau dipendam pun, dirinya tak akan sesanggup itu.

Maka, pada hari menjelang siang ini, tak mengapa dirinya mengeluarkan keluh-kesahnya. Terkadang, kita perlu untuk membagi cerita lelah kita dengan seseorang. Setidaknya, jiwa tetap terjaga.

Rainbow Over The Rain [END] [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang