20. Melebur

8 4 0
                                    

Lalu, apa yang terjadi selanjutnya dengan kata 'Melebur'

Entah apa yang penulis buat, selamat membaca jiwa rapuh.

Bagian 20:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 20:

Melebur
.
.
.

Di ruangan dengan suara alat EKG yang berbunyi, di ruangan itu pula hidup seseorang tengah diusahakan. Bagaimana ia melawan ganas penyakitnya.

Hidup memang selalu naik turun, terkadang berada di atas dan terkadang berada di bawah. Susah senang selalu menghampiri. Entah senang terlebih dahulu yang menghampiri atau sebaliknya.

Hidup gadis yang tengah terbaring di atas brankar rumah sakit tersebut pun sama. Seorang penulis dengan penanya pernah mengatakan, bahwa seseorang akan bangun pada saat ia masih menginginkan kehidupan. Namun, jika tak ada gairah lagi untuk tetap bertahan, maka orang itu akan meminta pada Tuhan untuk segera menjemputnya.

Sudah dua hari ini Isa belum juga sadarkan diri. Banyak doa yang dipanjatkan untuk gadis rapuh tersebut. Kini tak hanya Saras dan kedua kakaknya, melainkan ada Nenek dan Kakek yang datang pagi tadi. Serta Johari yang baru saja sampai di kota tempatnya tinggal.

Sedari tadi pun Aya dan Saras tak hentinya menangis. Dapat dilihat dari matanya, mereka kelelahan. Lelah sebab memikirkan ke depannya akan seperti apa. Memikirkan nasib gadis rapuh tersebut.

Tak bisa dipungkiri bagaimana terpuruknya keluarga saat mengetahui kabar bahwa salah satu anggota mereka mengalami hal yang tak diinginkan. Hanya bisa melakukan yang terbaik, meminta kepada Tuhan untuk kebaikannya.
Bhian pun sama, enggan rasanya beranjak dari ruangan tersebut. Ingin terus menemani adik kecilnya yang masih setia memejamkan mata.

"Kamu nggak kangen kita apa? Kakak satu malem nggak denger suara kamu aja kangen," monolog Bhian. Suaranya parau sebab terlalu lama menangis.

"Kamu nggak mau minta maaf sama kakak? Kamu nggak bilang kalau kamu lagi sakit. Kakak marah sama kamu!"

Sebanyak apa pun lelaki itu berbicara, adik kecil di hadapannya tetap bungkam. Setia sekali dengan alam bawah sadarnya. Tak menghiraukan raungan pilu keluarganya.

Bhian beranjak dari tempat duduknya. Sebelum ia berjalan keluar dari ruangan, tangannya terjulur mengusap pucuk kepala adik kecilnya. Menyalurkan suruh kasih sayang yang sudah lama tak ia tunjukkan.

Setelah itu, Bhian berlalu pergi menjauh dari brankar Isa. Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi. Dapat dirasakan, jarinya digenggam oleh tangan yang dingin. Tangan yang tak bertenaga sama sekali.

Bhian membalikkan badan, dan mendapati Isa yang telah sadar dari komanya. Tak dapat disangka lagi betapa bahagianya Bhian saat mengetahui bahwa adik kecilnya sadar dari koma.

"Isa? Beneran sadar kan?" Bahkan, setelah melihat adiknya sadar pun Bhian masih tak percaya.
Laki-laki itu pun keluar dari ruangan, memberi tahu keluarganya serta memanggil Dokter Ratna. Setelah mengetahui hal tersebut, Dokter meminta untuk keluarga pasien keluar dari ruangan agar mempermudah jalannya pemeriksaan.

Rainbow Over The Rain [END] [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang