14. Suara Tengah

11 6 2
                                    

Haiii, apa kabar kalian??

Haiii, apa kabar kalian??

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 14:

Suara Tengah
.
.
.

Malam ini, suasana mungkin tampak berbeda sedikit dari biasanya. Dengan dapur yang terdengar suara-suara kehidupannya kembali. Ruang makan dengan meja terisi peralatan makam yang siap digunakan.

Saras dan Johari hari ini memang pulang lebih awal. Karena jadwal mereka yang tak terlalu padat. Andai setiap hari mereka menyempatkan waktu untuk rumah dingin ini. Mungkin, rumah tersebut sudah memancarkan rasa nyaman dan hangat.

Saras menyempatkan waktu untuk masak di dapur yang lama tak ia sentuh. Mungkin ia rindu dengan panci, kompor, dan beberapa peralatan masak lainnya. Malam ini bukan makanan mewah yang terhidang, cukup nasi goreng yang ia buat.

Tak membutuhkan waktu begitu lama untuk membuatkan satu keluarga nasi goreng spesialnya. Setelah siap, Saras memanggil ketiga anak beserta suaminya dari bawah. Satu kali panggilan tak ada sahutan, maka Saras memanggil satu kali lagi. Kali ini, panggilannya tak dihiraukan. Satu-persatu penghuni rumah muncul, mendatangi meja makan.

“Wah, Bunda masak apa?” tanya Isa sesampainya di ruang makan. Wajahnya tampak senang, matany berbinar. Bhian pun juga senang karena malam ini Bundanya masak.

“Udah, nggak usah banyak tanya, ayo makan.  Aya mana?”

Isa celingak-celinguk mencari keberadaan kakaknya yang belum muncul batang hidungnya. Di saat itu pula, Aya muncul dari balik pintu kamarnya. Rambutnya terlihat berantakan, matanya sayu, khas macam orang baru bangun tidur.

Masih mengumpulkan nyawa-nyawa dalam dirinya. Namun, hidungnya sudah mulai berfungsi dengan baik. Menemukan satu titik aroma yang sangat khas. Aroma ... yang sudah lama sekali tak ia hidup kembali.

Aya berjalan menuju ruang makan, menghampiri keluarganya yang sudah berada di sana. Melihat bahwa makanan yang dihidangkan adalah nasi goreng buatan Bundanya, nyawanya langsung terkumpul begitu saja. Semakin semangat gadis itu berjalan ke meja makan, ikut serta bergabung.

Di tengah jalannya, Aya sempat melirik Isa yang duduk di sebelah Saras. Tampak Saras dengan telaten mengambilkan Isa piring dan nasi goreng yang ia buat tadi.

Aya sempat merasa iri dengan Isa yang selalu saja diberi perhatian lebih. Bahkan, untuk saat ini saja Aya rasanya sangat malas melihat wajah Isa yang selalu saja ia temui. Namun, terlepas dari itu semua, Isa lebih mementingkan masakan Bundanya.

Baginya, ini sangat istimewa walau hanya sekadar nasi goreng. Setidaknya rasa rindu akan masakan Bundanya sudah terbayar lunas.

“Waw! Enak nih pasti,” ucap Aya. Gadis itu mengambil duduk di sebelah Bhian. Mengambil nasi goreng tersebut dan mulai bergabung makan malam bersama keluarganya.

Rainbow Over The Rain [END] [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang