Kebenaran

130 18 19
                                    

Happy reading :)









HAERIN POV

Kamar ini selalu jadi tempatku melarikan diri. Minimalis, hanya ada meja belajar, rak buku, dan kasur yang selalu menemaniku tiap malam. Lampu meja belajar menyinari buku biologi yang terbuka di depanku. Seharusnya aku membaca tentang sistem reproduksi manusia, tapi pikiranku berkelana jauh dari itu. Tanganku memegang pena, tapi hatiku sibuk dengan nama lain. Danielle.

Sekarang dia lagi apa? Sedang bersama lelaki bernama Haruto itu? Apa dia benar-benar sudah lupa denganku?

Aku mencoba fokus pada materi ujian untuk besok, berusaha keras memahami diagram biologi yang tampak rumit. Tapi, pikiran tentang Danielle seonbae terus merayap masuk, tak terbendung. Apa dia ingat kalau kami belum bertemu selama seminggu? Apa dia bahkan peduli?

Sudah beberapa hari ini, dia jarang menghubungi. Bahkan, pertemuan terakhir kami di depan perpustakaan... terasa canggung, berbeda. Aku mencoba mengabaikan fakta bahwa dia terus menyebut nama Haruto dengan begitu ringan, seakan aku tak penting lagi di hidupnya. Aku mendengar namanya dan hatiku seperti tertusuk. Apa Danielle seonbae lebih suka berada di dekat Haruto, pemain basket itu?

Frustrasi merayap naik ke dadaku. Aku menutup buku biologi dengan kasar, suaranya menggema di kamar yang sunyi. Kenapa aku nggak bisa fokus? Kenapa setiap kali aku mencoba belajar, bayangan mereka berdua terus muncul?

Aku merasakan detak jantungku semakin cepat, bukan karena materi ujian yang sulit, tapi karena bayangan Danielle seonbae yang tersenyum pada Haruto yang terus terulang di kepalaku. Senyuman yang dulu selalu ditujukan padaku, kini dia berikan kepada orang lain?

Tanpa sadar, aku menatap layar ponsel yang tergeletak di meja. Tak ada pesan dari Danielle. Sejak kapan dia berhenti peduli? Apa aku sudah tak berarti lagi baginya?

Aku melempar pandangan ke jendela yang gelap di luar sana. Malam ini begitu sepi, seperti mencerminkan kekosongan di hatiku. Rasa cemburu ini perlahan merayap masuk, membuatku mual. Aku nggak pernah ingin merasa seperti ini... tapi kenapa rasanya begitu sakit?

Aku bangkit dari meja dan berjalan menuju kasurku, rebah perlahan, membiarkan tubuhku tenggelam dalam keheningan kamar ini. Tatapanku kosong menatap plafon di atas, tapi pikiranku tidak. Bayangan Danielle dan Haruto terus muncul. Aku bisa melihat mereka tertawa bersama, duduk berdampingan, dan hatiku hancur sedikit demi sedikit. 

"Agh!" Tiba-tiba, aku memukul udara di depan wajahku, berusaha mengusir bayangan mereka. 

Suara pukulanku menggema di kamar yang sepi. Aku merasa seolah bayangan Danielle dan Haruto menghantuiku, menertawakanku dalam diam. Aku memukul lagi, kali ini lebih keras, seakan bisa membuang rasa sakit yang menekan dadaku. Tanganku terbang ke udara, meninju angin dengan kekesalan yang tak terbendung.

"Pergi! Pergi dari pikiranku! jangan ganggu aku! pergi kalian!"

Tiba-tiba, suara pintu berderit mengalihkan perhatianku. Aku menoleh dan mendapati Eomma berdiri di ambang pintu, menatapku dengan pandangan penuh kebingungan. Dia mengernyitkan alisnya, seolah mencoba memahami apa yang baru saja dia lihat.

"Haerin? Kamu... lagi apa?" tanya Eomma dengan nada ragu, suaranya terdengar heran.

Aku membeku sejenak, baru sadar betapa konyolnya aku terlihat. Di depan ibu, aku masih berdiri dengan tangan terangkat di udara, seakan tengah memukul sesuatu yang tak terlihat. Pipiku memanas, malu, tapi dalam diriku, rasa cemburu dan frustrasi terus membara.

Hype Girl | DAERINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang