Chapter 7

8.7K 957 65
                                    

Aku bisa update setiap hari kalo komentarnya banyak jadi, kalo mau cerita ini update cepat ya kasih komen, mood bgt bacain komentar kalian:D

.

.

Demian mengedipkan matanya untuk menetralkan bias cahaya lampu yang mengaburkan pandangannya. Kepalanya terasa pusing bahkan penglihatannya masih sedikit buram.

Bangun dari tidurnya dan mengambil posisi duduk sambil memijat pelan dahi nya agar rasa pusing nya berkurang.

Demian menoleh ke kiri melihat Nabil tidur masih dengan tangan kecil itu menggenggam tangannya, sudut mata Putranya terlihat merah pasti Putra kecilnya itu menangis cukup lama. Hidung bangir kecil itu juga terlihat merah, lucu sekali.

"Abil, ayo bangun Putra Papa." Tak sulit membangunkan anak itu cukup lakukan gerakan kecil maka Nabil akan bangun.

"Ung, Papa?" Anak itu bangun dari tidur sambil mengusap mata yang langsung di hentikan Demian lalu menguap kecil.

"Sudah terkumpul semua nyawanya?" Demian terkekeh gemas melihat Putranya menatap linglung dirinya sebelum netra bicolor itu melebar dan Demian mendapatkan pelukan erat.

"Papa, jangan sakit lagi, ya?"

"Iya iya."

"Janji ya? Kata Abang Judas kalo Papa sakit lagi nanti di rantai." Demian melotot horor mendengar ucapan Putranya, lagi pula siapa sih Judas? Demian lupa-lupa ingat.

"Iya janji, sekarang kita mandi dulu, masa seragam sekolah belum di ganti?" Si kecil hanya membalas dengan cengiran memperlihatkan deretan gigi putihnya.

Demian mencabut infus yang terpasang di punggung tangan kanannya, ya dia baru menyadari infus itu. Kemudian menggendong Putranya dan melangkah menuju kamar mandi.

****

Di meja makan terlihat keempat anak Demian sudah berada di sana sejak beberapa menit lalu. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing mengabaikan makanan yang telah tersaji.

Biasanya mereka akan langsung makan tanpa saling menunggu namun kali ini berbeda.

"Di mana bungsu?" Tanya Ange meletakkan tab nya setelah menyelesaikan pekerjaannya.

"Masih tidur di kamar dia." Jawab Athanasia langsung dihadiahi pukulan di bahu oleh kembarannya.

"Panggil yang bener jangan 'dia'."

"Males."

"Makan." Titah Judas meletakkan tab nya setelah memantau cctv di kamar Demian.

"Tapi, adek belum--"

Ting

Pintu lift terbuka memperlihatkan Demian dan Nabil yang asik mengayunkan tangan mereka ke atas ke bawah diiringi tawa terlihat sangat harmonis.

Athanasia berdecih melihat pemandangan itu sementara Anastasia menggigit sendok karena iri dia juga ingin bercanda tawa bersama Papanya. Sementara Ange dan Judas sudah mulai menyantap makanan sesekali melirik Ayah anak itu.

Demian duduk di kursi ujung dengan Nabil di pangkuannya, dia tidak ingin melepaskan si bungsu karena di samping kanannya ada Judas yang terus meliriknya seolah Demian seorang penjahat.

Acara makan malam berlangsung seperti biasa meskipun Demian menggerutu dalam hati dan sangat ingin menampol wajah tampan Judas yang terus-menerus menatapnya, saat ditanya ada apa Judas hanya diam. 

Waktu sekarang menunjukkan pukul 9 malam namun tidak ada satu pun dari mereka yang ingin pergi ke kamar masing-masing.

Demian memutuskan untuk ke ruang keluarga, duduk santai di sofa, menyalakan televisi mencari kartun untuk si kecil, tak lupa cemilan di tangannya.

Namun ada hal yang membuatnya kesal. Kenapa anak-anaknya yang lain mengikutinya? Duduk di satu sofa panjang berdempetan. Apa lagi si Judas di sebelah kirinya membuat Demian tidak bisa bergeser karena ada Anastasia di sebelah kanannya.

"Kenapa sih dari tadi natap terus? Di tanya kenapa malah diem aja!" Demian kesal tangannya sudah gatal pengen jambak rambut Judas tapi dia takut.

Judas menatap Demian sebentar lalu memberikan bungkusan obat kepada Demian.

"Minum."

"Siapa yang sakit?"

"Minum."

"Pingsan doang obatnya sampai 5 biji, sulit dimengerti."

"Minum sekarang!"

"Iya iya! Maksa banget sih jadi orang!" 

Demian hendak berdiri ingin ke dapur mengambil air namun tangannya ditarik hingga terduduk kembali.

"Apa lagi sih?!" Demian kesal jangan sampai darah tingginya naik lagi.

"Minum disini, nanti kau membuang obat itu jika tidak diawasi."

"Mau ambil air minum dulu gak mungkin langsung di telan!"

"Langsung telan bisa."

"Wong gendeng! Kamu aja yang minum obat sebanyak ini tanpa air!"

"Telan sekarang atau jangan pernah bertemu dengan Nabil lagi." Judas mengambil Nabil dari pangkuan Demian.

Demian berdiri menarik nafas lalu menghembuskan dengan kesal jangan sampai tangannya melayang menghantam wajah Judas, kasihan Nabil nanti ketakutan.

"Ana, ambilin air sebentar."

"Gak perlu." Ujar Judas menatap tajam adik perempuannya agar duduk kembali.

Demian membuka mulutnya dan menelan semua obat tersebut lalu menunjukkan kepada Judas.

"Sudah, balikin anakku." Merebut Nabil dari Judas dan menggendong si kecil yang hanya diam menyaksikan drama.

Demian menatap tajam Judas, dengan gerakan cepat tangannya menarik rambut Judas melampiaskan kekesalannya kemudian berlari secepat mungkin.

Keempat saudara, "...."

Demian yang sudah memasuki lift menatap Judas yang juga menatapnya, "🖕"

"Pfft-- Bwahahaha." Athanasia tertawa keras melihat kejadian konyol itu.

"Abang jangan gitu lagi kasihan, Papa." Ucap Anastasia sambil menahan tawanya melihat rambut Abang pertamanya acak-acakan.

Ange merapihkan rambut Judas sementara sang empu memasang raut wajah masam namun sedetik kemudian tersenyum puas.

"Maso ya, bang? Habis dijambak malah senyam-senyum." Anastasia menggeser duduknya agak menjauh dari Judas, serem juga lihat orang yang gak biasa senyum sekalinya senyum mirip senyum psikopat.

"Puas lihat dia tersiksa minum obat." Judas terkekeh sekali lagi.

Anastasia menarik kembarannya untuk segera pergi dari sana.

Ange menggelengkan kepalanya heran.

'selanjutnya aku harus melakukan hal menarik apa lagi agar dia tersiksa?'











TBC

Iya sama² aku tau kok aku author yang baik hati🤗 mana komennya🐱

Publish: 16-09-2024





BECOMING A FATHER (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang