Demian menatap bingung tempat asing yang entah di mana ini. Setelah makan siang bersama Putra kecilnya, Demian bergegas masuk ke dalam kamarnya menghindari 3 tamu tak di undang sebelumnya.
Lalu ketika Demian membuka matanya, dia sudah berada di tempat ini.
Demian berada di dalam rumah mewah atau mansion. Karena bingung Demian berjalan menelusuri seluk beluk tempat tersebut. Ketika bertemu pelayan yang bekerja di tempat itu Demian dibikin terkejut sebab dirinya di tembus.
Keberadaannya tak disadari oleh siapapun itu artinya saat ini Demian berada dalam mimpi. Namun kenapa begitu nyata hingga dia bisa melakukan hal sesuka nya.
"Lucid dream nih, keren!"
Dengan girang Demian melanjutkan langkahnya sesekali melompat kecil dan bersenandung acak. Demian hanya melihat-lihat saja, tidak bisa menyentuh benda di sekitarnya karena setiap dia menyentuh sesuatu maka tangannya akan menembus benda yang disentuhnya.
Demian pergi menuju lantai 2 lalu berhenti di depan pintu kamar yang terbuka dan melihat dua anak kecil di dalam sana.
Dua anak yang berbeda usia itu terlihat saling berpelukan dengan anak yang lebih besar terlihat tidak baik-baik saja karena banyaknya luka lebam dan luka sayatan di tubuh kecil itu. Anak yang lebih kecil juga terdapat beberapa lebam di tubuhnya.
"Dilihat-lihat kok mirip Demian, ya? Tapi, yang ini versi mini nya." Gumam Demian melihat anak kecil berambut putih tersebut.
"Abang, kita pergi saja dari tempat ini. Demi takut, Demi benci dengan orang itu!" Anak putih yang menyebut dirinya, Demi, menatap sang Kakak dengan tatapan memohon.
"Nanti, ya? Jika aku sudah besar dan lebih kuat, kita akan pergi dari tempat ini. Untuk sekarang aku hanya bisa melindungi Demi dari dia." Kakaknya hanya bisa mengusap sayang kepala adiknya disertai senyuman hangat untuk menenangkan sang adik.
"Tapi, Demi gak suka lihat Abang yang menderita dan terluka karena melindungi Demi."
Sang kakak menangkup wajah adiknya dan memberikan tatapan meyakinkan, "Abang rela mati di tangan pria itu jika untuk melindungi mu, Demi. Karena aku mencintai mu. Kaulah satu-satunya alasan ku untuk tetap hidup jadi, ingatlah selalu diriku, hanya diriku yang menyayangi dan mencintai mu dengan tulus, Demi."
Demian meringis mendengar perkataan anak itu yang menurutnya agak salah?
Lalu tatapan anak itu tertuju kepadanya, Demian agar terkejut kemudian dia melihat ke belakang apakah anak itu melihat seseorang di belakangnya namun ternyata tidak ada siapapun di belakangnya.
"Anak itu tidak menatap ku, kan?"
Demian kembali menatap anak pirang itu dan anak itu tersenyum tipis dengan menutup bibirnya menggunakan jari telunjuknya seolah menyuruhnya untuk diam.
"Dia menatapku?!"
Demian merasa merinding ketika tubuhnya ditembus oleh seorang anak kecil yang terlihat mirip dengan anak pirang tersebut.
Anak yang baru tiba itu berhenti di depan kedua anak yang lain.
"Demi, ayo bermain~ Abang mempunyai mainan baru untukmu~"
Demian melihat anak yang baru tiba itu langsung menarik tangan anak kecil yang bernama Demi. Dan Demi terlihat memberontak dengan wajah ketakutan.
"Apa kau belum puas juga?! Berhenti menyakiti Demi-ku!"
Tendangan menghantam kepala anak pirang itu dan pelakunya tentu saja anak yang baru datang.
"Hanya produk gagal berani membentak ku!"
"Ayo Demi, kita bermain~"
"AKU AKAN MEMBUNUHMU, CLIFFORD!!!"
****
Demian terbangun dari mimpinya dengan keringat bercucuran dan nafas tersengal-sengal. Melihat sekitar yang ternyata kamarnya sendiri.
Demian menghela nafas setelah menenangkan perasaannya yang memburuk.
"Gak jelas banget mimpi ku, masa iya itu Demian sama Clifford cimol? Anak satunya siapa ya namanya?"
Demian turun dari kasurnya dan melangkah menuju cermin menatap bayangannya sendiri.
"Woi Demian, saudara kamu ada berapa?"
"4"
Demian reflek mundur dari cermin setelah bayangannya sendiri menjawab pertanyaannya.
"Kenapa kaget?" Tanya Demian.
"Siapa sih yang gak kaget lihat bayangan sendiri bicara?!"
"Saya tidak tuh." Balas Demian.
Demian mengusap wajahnya kasar berusaha untuk tidak menonjok bayangannya sendiri yang tidak lain adalah Demian. Entah bagaimana caranya Demian bisa muncul di cermin dan menjawab pertanyaannya. Sebelum-sebelumnya gak mau muncul tuh orang.
"Sudahlah, berdebat denganmu sama saja berdebat dengan boti. Siapa saja nama saudaramu?" Demian kembali mendekati cermin dan melihat bayangannya itu terlihat seperti merajuk?
"Bukannya jawab pertanyaan, malah ngambek."
"Cari tahu sendiri!"
Setelah itu bayangan Demian kembali normal.
"Lah beneran ngambek? Cuma gitu aja baperan." Demian menggerutu sambil melihat jam dinding yang ternyata menunjukkan waktu malam.
Demian melihat ke atas kasur tidak ada Putra kesayangannya, saat siang tadi dia tidur dengan Putranya itu dan tidak lupa mengunci pintu, jangan bilang...
Demian bergegas menuju pintu kamarnya dan membuka.
Cklek
"Wah bahaya nih. Gak aman lagi tidur kalo kayak gini. Minta dijadiin rujak ya yang berani nerobos kamar ku!"
Demian keluar dari kamarnya dengan amarah yang menggebu-gebu dan menggulung lengan baju piyamanya.
****
Di ruangan lain terlihat Lorenzo, Clifford, dan Judas sedang menonton Demian dari layar pemantau yang menunjukkan beberapa tempat di dalam kamar Demian telah terpasang kamera cctv tentu saja tanpa sepengetahuan sang empu.
Lorenzo terkekeh, menghembuskan asap rokok, "Berbicara dengan bayangan sendiri? Sepertinya obat baru itu lebih manjur dari sebelumnya."
"Bukankah Demi semakin menggemaskan?! Lucu sekali melihat ekspresinya yang berubah-ubah~" Clifford memukul pahanya terlampau senang melihat ekspresi yang dibuat adik favoritnya itu.
"Bahkan saat marah terlihat menggemaskan!" Judas terlihat bersemangat dengan wajahnya merah merona seperti orang mabuk.
"Judas, jangan lupa pasang penyadap suara di semua titik tak terlihat di mansion ini."
"Okay Grandpa~"
Lucu sekali tiga orang ini ( ꈍᴗꈍ).
TBC
Ehe😋
Kena tipu~ pengumuman palsu🧎🏻♀️🙏 gak jadi double/triple up nya🤗
Publish: 19-09-2024
KAMU SEDANG MEMBACA
BECOMING A FATHER (Slow Update)
Short StoryDemian yang saat itu merasa putus asa karena ditinggal pergi sang Istri serta Putranya yang meninggal dalam kecelakaan akhirnya mengakhiri hidupnya dengan harapan bisa kembali bersama Istri dan anaknya. Namun takdir mempermainkannya, Demian memasuk...