Chapter 16

9.5K 1K 46
                                    

Demian melangkah memasuki mansion dengan menghentakkan kakinya kesal dan jangan lupakan ekspresi cemberutnya yang membuat bibirnya maju beberapa centi serta pipi di kembungkan, dia pikir dia imut kah?

Judas yang mengikuti dibelakang Demian tersenyum senang melihat Papa nya tantrum.

"Mau minggat ajalah aku bawa Abil, orang gila semua di keluarga ini gak ada yang waras!" Ucapnya marah-marah tak menyadari orang gila yang dia maksud sedang duduk anteng di sofa sambil melihatnya.

"Ututu yang lagi ngambek lucunya~" Demian menatap tajam Claire, sejak kapan orang gila yang baru muncul ini ada di mansion nya? Bukannya masih baku hantam sama Clifford?

"Ngapain ke sini?! Keluar sana, rumahku gak terima orang gila masuk!"

"Ihh jahatnya~ Ayah, lihat Abang~" Lorenzo menahan wajah si bungsu dengan telapak tangannya, jijik lihat ekspresi Putranya itu.

"Adikmu mau main ke rumah Abang nya masa gak boleh?" Lorenzo membela sekaligus sengaja ingin melihat ekspresi marah Demian yang baginya terlihat lucu.

"Aku gak punya adik, kakak, apa lagi Ayah! Mending kalian pergi--" Demian tak melanjutkan ucapannya setelah melihat Ayah dan dua anak itu menatapnya tajam, apa lagi Clifford, tumben sekali tuh orang diem sambil manyun.

"Agni, mana nih? Abang sepertinya kehabisan obat deh makanya jadi berani begini~" Claire bangkit dari duduknya dan melangkah mendekati Demian.

"Mulai membangkang, ya?" Mengangkat dagu Demian agar menatapnya dan sang empu dengan berani menepis tangan Claire.

"Apaan sih!" Menatap Claire marah  yang justru terlihat seperti anak kucing marah.

Claire terkekeh.

"Tuan besar, saya membawakan tuan Agni." Andi menurunkan Agni dari pundaknya, Agni di panggul seperti karung beras.

"Kenapa kau membawanya seperti itu?" Tanya Lorenzo.

"Karena tuan Agni sibuk menggoda para maid." Jawab Andi.

"Maaf tuan, saya khilaf sedikit, salahkan pelayan di mansion ini semuanya bening gak ada yang butek." Agni membenarkan letak kacamatanya dengan wajah datar untuk menyembunyikan rasa malunya.

"Sudah punya buntut dua masih godain betina lain, laporin mbak Maya ah~" Claire menusuk-nusuk bahu Agni dengan wajah mengejek.

"Tolong jangan tuan muda, demi keselamatan masa depan saya."

"Sudah hentikan drama kalian. Agni, seperti biasa Demi butuh vitamin." Lorenzo menatap dokter pribadinya lalu melirik Demian memberikan kode lewat gerakan mata.

"Baik Tuan." Agni sangat paham apa yang dimaksud majikannya itu.

"Yeay! Abang disuntik!" Tanpa aba-aba Claire membopong Demian di pundak lebarnya membawanya lari menaiki tangga menuju kamar Demian.

"Claire anak setan!!" Teriakan Demian terdengar sampai ke bawah.

Di ruangan itu hanya tersisa Lorenzo dan Clifford yang terus diam sejak tadi. Lorenzo duduk di samping Putranya itu, menepuk pelan bahu lebar Clifford yang langsung di tepis oleh sang empu.

Lorenzo menghela nafas.

"Kau tidak bisa memiliki Demi seorang diri, dia itu adikmu."

"Aku tidak peduli, Demi milikku! Hanya aku yang tulus menyayanginya! Dan jika kau lupa maka akan aku ingatkan lagi, Demi.hanya.anak.angkat.mu!"

"Memang benar Demi hanya anak angkat dan Ayah ingatkan lagi jika perasaanmu itu salah, kau tidak menyayanginya tetapi terobsesi kepadanya."

"Shut up! Kau masih saja sama seperti dulu! Apa kau ingin bernasib sama seperti anak kesayanganmu itu?"

"Ayah berkata seperti ini demi kebaikanmu, Carles."

Clifford berdiri di hadapan Lorenzo menatap pria berumur itu dengan tatapan marah.

"Sejak aku kecil kau sering menyiksaku dan menjadikan aku mainan anak kesayanganmu itu lalu sekarang kau ingin berperan menjadi Ayah baik hati yang menyayangi anak-anaknya? Kau ingin mati? Kau ingin bernasib sama dengan anakmu yang berada di dalam tabung itu? Atau kau ingin bernasib sama seperti istrimu yang habis dimakan hewan peliharaan ku?"

Lorenzo diam sambil menatap lama wajah Putranya, Carles bukan lagi anak-anak, Carles tumbuh menjadi pria psikopat yang penuh obsesi pada saudara angkatnya.

Putranya itu tidak bisa lagi dia genggam rantainya.

"Lakukan sesukamu tapi jangan menyakiti adikmu."

"Ya ya sejak dulu kau memang pilih kasih bahkan sampai sekarang. Sampai mati pun kau tidak pantas mendapatkan kebahagiaan."

****

Saat makan malam, yang lain sudah duduk di kursi masing-masing di meja makan, yang belum terlihat hanya Claire dan Demian.

Namun tak butuh waktu lama menunggu, kedua orang yang ditunggu kehadirannya akhirnya muncul juga dengan Claire menggandeng Demian yang terlihat berbeda.

"Sorry ya pada nungguin~ Abang duduk di sini saja." Claire memangku Demian dengan posisi sang empu miring, Demian hanya menurut.

Yang lain melihat nya.

"Kenapa pada ngeliatin? Ayo makan."

"Papa kan sudah gede kenapa masih dipangku? Seharusnya Nabil yang minta dipangku." Si kecil tak suka melihat Papa nya di monopoli oleh sang Paman.

"Papa mu Paman pinjam sebentar ya, besok sudah balik seperti semula." Claire menjawab seadanya yang penting si kecil tenang.

"Papa bukan barang, gak bisa dipinjam!"

"Ishh..napa jadi cerewet si bungsu ini? Siapa yang ajarin?"

"Papa."

"Pantas saja."

"Waktunya makan, jangan bicara lagi." Ucap Lorenzo menghentikan perdebatan Paman dan keponakan yang tak mau saling mengalah.

****

Di ruang dan waktu yang berbeda terlihat Demian  tengah menatap Demian yang asik minum teh lengkap dengan cemilan kue yang terlihat enak.

"Kenapa kau di sini?" Tanya Demian.

Demian melirik sang jiwa yang mengambil alih tubuhnya tanpa minat.

"Tentu saja ini tempat ku, pake nanya! Seharusnya saya yang bertanya kenapa kau bisa ada di sini?"

"Gak tau tuh si Agni tiba-tiba suntik aku terus aku teler pas buka mata sudah ada di sini saja." Demian duduk di sebelah Demian, jemarinya mencomot kue kering yang tersaji di piring.

"First time, ya?"

"Maksudnya?"

"First time dikasih vitamin, lain kali jangan mau lagi jika tidak ingin tubuh mu hilang kendali."

"Ya, mana aku tahu."

"Sesekali cobalah melawan kau itu pria bukan wanita kenapa harus takut dengan mereka, pengecut sekali."

"Sadar diri ya pantek, kau pun sama pengecut! Di suruh balik ke tubuh kau bilangnya gak mood!"

Demian,"....."

"Minta teh."

"Gak."





TBC

Setengah word chapter ini aku ngetik di saat lagi ngantuk, jadinya aneh tapi biarin aja nanti aku revisi. 

Publish: 30-09-2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BECOMING A FATHER (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang