Chapter 9

8.5K 975 41
                                    

Demian saat ini sedang sibuk di dapur membuat makan siang dan kue untuk cemilan Putra kecilnya dibantu chef serta Ernesti yang terus mengawasi nya.

Demian melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 1 lebih lalu mengernyitkan dahi nya heran, kenapa Putra kecil, kesayangan, dan tercintanya itu belum pulang sekolah?

Demian menatap Ernesti yang masih mengawasinya lalu bertanya, "Ernes, jam berapa ya, Abil pulang?"

"Tuan muda Nabil telah pulang 1 jam yang lalu." Jawab Ernesti dengan nada monoton.

Demian melebarkan matanya kaget, "Kenapa gak bilang?! Selama 1 jam Putraku menunggu di sekolah nya?!" Demian melepas apron pink teddy bear yang dia kenakan lalu mencuci tangannya dengan cepat bersiap-siap ingin menjemput Putra kecilnya.

"Tuan, tidak perlu khawatir karena tuan muda Nabil dalam perjalanan pulang." Ucapan Ernesti menghentikan langkah Demian.

Demian berbalik menatap datar kepala pelayan itu, oke, Demian kesal. Jangan sampai tangannya melayang lalu menarik rambut pria tua itu karena telah membuat nya kesal.

"Ngomong jangan setengah-setengah, bikin orang panik saja!" Demian mendengus lalu kembali melanjutkan kegiatannya memanggang kue.

Ernesti tersenyum tipis melihat tingkah lucu tuan nya itu.

Beberapa menit kemudian Demian menyelesaikan kue nya, dari pintu masuk utama terdengar beberapa langkah kaki mengalihkan perhatian Demian untuk melihat siapa yang datang.

"Papa, Nabil pulang!"

"Putra Papa pulang bersama sia---pa?" Demian bersembunyi dibelakang Ernesti setelah melihat siapa orang yang bersama Putranya.

Pria tua itu, Demian pernah melihatnya di dalam mimpi! Mimpi tentang Demian asli yang dikekang oleh Ayahnya.

Pria itu adalah Ayahnya Demian, di dalam mimpi yang dia lihat Demian asli terlihat sangat menderita karena Pria tua memperlakukan Demian asli seperti boneka yang selalu di gerakkan dan menerima perbuatan dari pemiliknya.

Melihat mimpi itu saja sudah membuat Demian takut kepada pria tua itu apa lagi Demian asli yang menerima semua perbuatan menakutkan tersebut.

"Aku sudah bilang, Dad. Adik takut kepada mu."

Clifford berjalan mendekati Demian, mencondongkan tubuhnya ke depan melihat lebih dekat wajah Demian yang ketakutan.

"Apa kabarmu, Adik?" Clifford tersenyum hingga kedua matanya tertutup dan itu terlihat menakutkan untuk Demian. Jiwa penakutnya kembali kepermukaan.

"Jangan menakuti adikmu, Cliff."

Lorenzo berhenti dua langkah di depan Ernesti, menatap tajam Putra kesayangannya yang bersembunyi di belakang kepala pelayan itu.

"Tidak rindu Ayah mu, Demi?" Mendengar suara berat itu membuat tubuh Demian merinding.

Lorenzo terkekeh gemas melihat Putranya takut kepadanya.

"Papa kenapa?" Tanya Nabil bingung.

"Papa mu malu bertemu, Grandpa." Jawab Lorenzo kedua netranya melirik Putra sulungnya memberi kode yang dipahami oleh sang anak.

Clifford menarik Demian hingga melepaskan pelukannya dari Ernesti kemudian mengangkat tubuh itu seperti membawa karung.

"AAAAAAAA LEPASIN!!" Demian memukul punggung Clifford yang tak bergeming dan melanjutkan langkahnya menuju ruang keluarga.

"Grandpa, jangan menakuti Papa nanti Papa sakit lagi."

"Tidak menakuti, Paman Cliff hanya ingin bermain dengan Papa mu." Nabil mengangguk paham.

****

Demi apapun Demian takut!

Duduk di pangkuan Clifford berasa mimpi buruk! Hancur harga dirinya sebagai pria dewasa duda  anak 5!

Demian ingin memberontak namun dirinya terlalu penakut, melihat senyum Clifford seperti melihat malaikat maut tersenyum padanya!

Demian melirik Putra kecilnya yang asik memakan kue buatannya masih di pangkuan Lorenzo. Demian sangat ingin memeluk Putra nya itu.

Lalu Demian menatap seorang pria yang tak diketahuinya, Demian baru menyadari kehadiran pria itu.

"Siapa yang kamu lihat, Demi?" Demian terkesiap mendengar suara Lorenzo, entah kenapa mendengar suara pria itu saja sudah membuatnya takut.

Lorenzo melihat ke arah yang ditatap Demian sebelumnya, namun tidak ada siapapun.

Demian menggeleng dan kembali menunduk.

"Mulai berbohong, hum?" Bisik Clifford sambil memainkan rambut panjang adiknya, Clifford menyukai reaksi tubuh adiknya yang tersentak kaget.

"Papa, Nabil lapar."

Dengan netra berbinar Demian memanggil Putra kecilnya dengan semangat.

"Ayo kita makan, Papa sudah masakin makanan kesukaan, Abil." Sekarang Demian mempunyai alasan untuk menghindar dari Ayah anak menyeramkan itu.

Membawa Putranya ke dalam gendongannya lalu berjalan cepat menuju meja makan meninggalkan mereka di belakang.








TBC

Sedikit word🤏

Publish: 17-09-2024

BECOMING A FATHER (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang