Dream (Aya-Roy moment)

18.3K 913 11
                                    


Ketika cinta itu datang disaat itu kau harus siap untuk melalui lingkup suka duka dalam cinta.
Karna tak selamanya cinta itu membahagiakan, tak selamanya cinta itu membawa suka cita.
Disaat cinta itu pergi, disaat itu kesedihan akan melandamu, tapi satu hal yang harus kau ingat bila saat itu terjadi berusahalah membentuk kehidupan impianmu bersama dengan orang yang mampu menggantikan cinta lamamu.
Sementara hal itu belum terjadi, aku akan disini menikmati genggaman hangatmu Aya

-Ray

________________________________

Author POV :

Matahari menelusup malu-malu melalui celah gorden, namun Pria tampan itu masih nyaman bergelung dalam dekapan selimut hangatnya, membuat gadis yang berusaha membangunkannya mencebik kesal.

"Ray, bangun dong! katanya hari ini kita mau kencan, gimana sih?" ucap gadis itu sambil mengelus rambut hitam tebal milik pria yang dipanggil Ray itu.

"Hmmmm..." gumam Ray masih memejamkan mata.

"Yasudah kalau begitu,aku kencan saja dengan dosenku yang tampan itu" ucap gadis itu hendak bangkit dan pergi.

"GREEBH"

Secara tiba-tiba Ray langsung mendekap erat gadisnya itu, sangat erat.

"Jangan coba-coba kau berkencan dengan Dinand, dosenmu berwajah dua itu nona manis!" ucap Ray berupa geraman, gadis itu meletakkan kepalanya di dada bidang milik Ray.

"Jika hal itu terjadi, aku tidak segan-segan untuk mematahkan kaki dan tangannya dan kau akan kukurung dalam kamarku seharian." sambung Ray, membuat gadis itu terkekeh pelan.

"Ya sudah kalau begitu cepat siap-siap tuan tampan, dan kita akan segera pergi." ucap gadis itu melepas dekapan Ray dan berjalan keluar kamar.

_________________________________

Aya POV :

Hari ini aku bahagia sekali, hari ini tepat satu tahun pertunanganku dan Ray, makanya hari ini kami memutuskan untuk berkencan sampai sore dan sekarang saatnya kami makan malam.

Suasana disini sangat romantis dan sepi dan hanya diterangi oleh lilin, hanya kami berdua yang ada disini.

Ternyata Ray menyewa restaurant ini privacy, sungguh romantis bukan?.

"Ekhemp..." deheman dari Ray membuatku menghentikan suapanku dan menatapnya bingung, kenapa sikapnya hari ini sedikit aneh?

"Aya..."panggilnya gugup

"Iya ada apa Ray? kenapa kau gugup sekali? kau membuatku khawatir, apa telah terjadi sesuatu?" tanya aya bertubi-tubi terhadap Ray.

"Begini sebelumnya aku minta maaf kepadamu, apa kau mau memaafkan ku?" tanya nya padaku, perasaanku mulai tak enak. Sebenarnya apa yang terjadi, sepertinya pembicaraan ini sungguh serius

"Untuk apa kau minta maaf Ray? kau tidak punya salah apapun padaku." ucapku Menyentuh lengannya.

"Aku minta maaf, karna aku harus memutuskan pertunangan kita." ucapnya spontan air mata yang tak pernah kuduga akan keluar, mengalir dengan lambannya dikedua pipiku, hati ku tertohok mendengar kalimat itu, aku menatapnya tak percaya sedangkan dia menatapku dengan rasa bersalahnya.

"K... kk... Kenapa Ray?, kenapa begitu tiba-tiba?" tanyaku masih tak percaya dengan keputusannya.

"Maaf." hanya kata itu yang keluar dari mulutnya, aku segera bangkit berdiri hendak pergi dari hadapannya, air mata kekecewaan tak henti-hentinya mengalir.

Aku merasa sesuatu mencengkram tanganku kuat, saat ku berbalik kulihat Ray yang mencengkram tanganku.

"Apalagi Ray." tanyaku ketus.

"Maafkan aku sayang." ucapnya menyesal,

"Cih... Jangan pernah panggil aku sayang, sebenarnya apa yang ada dipikiranmu?, apakah selama ini cintaku, perhatianku, kasih sayangku kurang terhadapmu hah?" ucapku mulai emosi.

"Aku memutuskan pertunangan ini karna aku ingin melanjutkannya pernikahan bersamamu."ucapnya frustasi.

Tangisanku berhenti, otakku masih berusaha mencerna kalimat yang barusan Ray ungkapkan.

"Ray" panggilku lirih

"Iya sayang, jadi bersediakah kau menikah denganku?" ucap Ray sambil berlutut dihadapanku dan memegang kotak yang berisi cicin sederhana dengan berlian berwarna biru.

Aku tarik dia hingga berdiri lalu langsung berhambur kepelukannya, aku kembali menangis dipelukannya, bukan tqngisan kekecewaan, melainkan tangisan bahagia.

"Iya aku bersedia Ray, aku bersedia menikah denganmu, maafkan aku yang tadi marah tanpa alasan yang jelas, maafkan aku..." ucapku masih memeluknya, diapun membalas pelukanku dengan erat.

"Iya tidak apa-apa sayang" balas Ray.

Ray, aku sangat mencintaimu, mari kita wujudkan kehidupan impian milik kita, membangun keluarga kecil yang hangat dan penuh kebahagiaan, Terimakasih Tuhan karna engkau telah mengirim Ray untukku.






To be continued...

Brink Wedding [BOOK 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang