Understand me Please (1)

17.7K 783 23
                                    

Warning!!!!!


Warning!!!!!

Sedikit mengandung unsur dewasa jadi yang dibawah 15 tahun harap jangan baca part ini!!!
Langsung skiiip aja ke part selanjutnya!!!!
Kalau masih nekad baca, saya GAK bertanggung jawab.









Author POV :

Suasana di mobil saat ini jauh lebih sunyi dibandingkan suasana saat kami berangkat tadi tak ada topik yang hendak dibicarakan.

Aya sibuk berkecamuk dengan pikirannya, sementara Plasidia fokus dengan kemudinya.

Mereka hanya sibuk dengan urusan masing-masing.

Saat lampu merah plasidiapun menghentikan mobilnya dan berencana meredakan kecanggungan yang ada diantara mereka.

"Eehhempt... Ya nanti Malem Aku nginep dirumah kamu ya, males aku sendirian di apartement." ucap Plasidia

"Kamu kan bisa nginep dirumah Mommy Kamu..." balas Aya, yang kini sudah menghadap ke Plasidia.

"Ceileeeh, nih cewek pelit amat, dirumah mom apalagi, yang ada malah dia ngebet-ngebet nyuruh nikah." ucap Plasidia mempoutkan bibirnya, membuat Aya terkekeh pelan, ternyata keadaan seperti ini bisa mencairkan suasana yang tadi bisu.

"Bodo amat, eh lagian kan ada Pedro sama Christopher, kamu tinggal pilih aja menurut aku sih yahhh, udah jelas mereka tertarik sama kamu." ucap Aya sedikit usil, sepertinya dia sudah mulai melupakan kejadian beberapa jam yang lalu, itulah yang terlintas dibenak Plasidia.

"Dasar, yaudah deh aku mending sendirian aja di apartement." balas Plasidia cukup jutek.

Lalu kembali fokus pada kemudinya.

______________________________

Aya POV :

Aku tiba diapartement tepat pukul tujuh malam dan saat aku datang keadaan apartement memang tampak sepi, kebetulan Bi Mar dan Bi Jan taadi ijin untuk pergi menjenguk teman satu kampung mereka yang sedang sakit, untungnya mereka sudah menyiapkan makan malam terlebih dahulu.

Tadi Setelah Plasidia mengantarku pulang, diapun langsung berpamitan ke kantornya.

Tiba-tiba terlintas bayangan dibenakku tentang apa yang kulihat di lift, di mall tadi. Setiap mengingatnya sesak ku rasakan, rasanya paru-paruku ini terdapat lubang sehingga tak mampu menampung oksigen.

Adegan itu terus menerus berputar bagaikan reka ulang sebuah kaset di kepalaku.

Kucoba menghubunginya, bahkan ini sudah yang ke delapan kalinya aku mencoba menghubungi Roy, namun tetap tak ada jawaban sama sekali malah dia me reject panggilan dariku.

Saat aku mencoba memanggilnya lagi melalui telepon, handphone nya malahan sudah tidak aktif.

Sesungguhnya aku khawatir akan dia, namun aku mencoba untuk berpikir positif tentang Roy.

Akhirnya aku pun memutuskan untuk menunggunya pulang.

Keadaan Apartement cukup sepi karna Bi Mar dan Bi jan pun tidak pulang mereka tadi sudah menelponku untuk ijin, kata mereka mereka tidak bisa menemukan angkot ataupun ojek malam-malam dengan kondisi mendung seperti ini.

Tentu saja, ini sudah Pukul 2 pagi, mana ada supir angkot dan tukang ojek yang masih keluyuran jam segini, apalagi sekarang ini tampaknya akan turun hujan.

Tiba-tiba sebuah pikiran datang kembali di benakku.

sudah jam seginipun Roy belum juga pulang padahal sendari tadi aku menunggu kepulangannya disini.

'Dua menit.......'

'Sepuluh menit......'

Tiba-tiba terdengar suara petir diluar dan disusul oleh suara deras rintikan hujan, udara terasa sangat dingin dan menusuk persendian.

'Tujuh belas menit......'

'tuuttuuttuut'

'Klik'

Setelah menunggu beberapa menit aku mendengar pintu apartement terbuka, akupun menjalankan kursi roda ku kearah pintu dan bayangkan apa yang kulihat?

Rasanya bagaikan tertusuk sembilu pilu, adegan yang kulihat saat di lift tadi kini terjadi lagi, tapi yang berbeda kali kini adalah keadaan Roy yang terlihat mabuk.

Bagai menganggap ku tak ada, mereka langsung masuk kekamarku dan Roy, ku ulangi kamarku dan Roy.

Dengan cepat langsung kususul
Mereka kekamar tak peduli dengan gangguan suara hujan ataupun petir, intinya aku harus menyusul mereka.

Dan ASTAGA!!!apa yang mereka lakukan di kamar ku dan suamiku

"ROY!!!" teriakku sudah mulai terisak kejar, kurasa suaraku mengalahkan suara derasnya hujan diluar sana, sehingga mereka pun menghentikan kegiatan panas mereka dan mengalihkan pandangan terhadapku.

"Apa?" tanya Roy dingin, sedangkan wanita jala*g itu malah melirik sinis kearahku.

"Tolong Roy, aku ini istrimu, tolong hargai aku. Kapan kau bisa mengerti akan perasaanku?" ucapku memohon, dia memandang jijik terhadapku. Tappi aku sudah tak tahan lagi menampung ribuan jarum di hati yang kian lama kian menusuk.

"Oooh, jadi kau ingin ku anggap sebagai istri hah?" tanyanya tajam dan berjalan mendekat kearahku.

"Sayang, sudahlah usir saja dia keluar dari kamar ini atau kurung saja dia dikamar mandi." ucap Wanita mur**an itu pada suamiku, sambil menatapku kesal karna merasa kegiatannya bersama suamiku terganggu.

"Alish,vkeluar dari kamar kami." ucap Roy dingin pada wanita itu, membuat ku tak percaya, namun tampaknya wanita itu bersih kuku ingin tetap disini, dia menarik selimut makin menutupi tubuhnya dengan gaun tanpa lengan yang sudah melorot kebawah,seolah-olah dia sudah nyaman dengan posisinya.

"Tapi sayang sekarang hujannya masih sangat deras, apa kau tak mau merasakan kehangatanku yang melingkupimu hmmm?" ucap wanita jala** itu dengan nada yang menjijikan.

Dasar tak tau malu!!!

"AKU BILANG KELUAR!!! Aku kini malah merasa jijik bersamamu." seru Roy tajam pada wanita itu, membuat aku terkejut untuk kedua kalinya akan kalimat pedas yang yang dilontarkan Roy pada si jala** itu.

Wanita yang kuketahui bernama Alish itupun tampak kaget dengan kalimat yang lontarkan Roy padanya dan itu langsung membuat wajahnya pucat pasi, dan matanya memerah. Namun mau tak mau wanita itu pun merapikan gaunnya yang sedikit melorot, lalu melengus pergi dari apartement kami.

"Well, baiklah istriku mari kita mulai tugasmu yang paling pertama sebagai istriku." ucap Roy mengangkat tubuhku dari kurssi Roda yang kutumpangi kemudian menghempaskan tubuhku ke kasur, lalu mulai menindih tubuh ku.

Tidak, ini belum boleh terjadi dia bisa menyakiti diriku, saat ini dia dalam keadaan mabuk, tidak.

Aku harus segera menghentikannya. Namun, belum sempat ku membantah dengan cepat dia langsung melumat rakus bibirku, lalu keleher sambil mengigit kecil susana meninggalkan tanda kepemilikan, lalu beralih kembali kebibirku, kali ini lebih kasar dari yang tadi hingga aku merasa ada cairan asin dimulutku, sambil menciumiku dia mulai membuka kancing piyamaku satu persatu.

Dan selanjutnya...

See You in the next Part ;D

Hehe TBC yoo...

Brink Wedding [BOOK 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang