The Collapse of Patience

23.5K 1K 54
                                    

Takut entar malem gak sempet update, jadi sekarang aja dehh...
Yoo, mana suaranya yang gak sabar ngetawain penyesalannya si Roy?




Roy POV :

Aku mendatangi club langgananaku dikala stress, hanya dengan minuman-minuman disinilah aku bisa menenangkan pikiran sejenak.

Aku dapat merasakan pandangan kagum para jal*ng disini dari awal masukku hingga aku duduk dihadapan bartender,

Mereka menatapku lapar,seolah ingin menerkamku saat ini juga, membuatku bergidik ngeri sekaligus jijik.

"Hai tampan,bagaimana dengan privat room malam ini, aku yakin kau pasti sedang butuh kehangatan." ucap salah satu jal*ng bergaun merah kekurangan bahan menampakan payudara kempisnya, dengan rambut pirang yang ku yakin hasil salon amatiran, dan tatanan full make up diwajahnya yang seperti panda itu, bukannya membuatku bernafsu malah membuatku muak, mual ingin muntah.
Setan jal*ng ini mulai menggerayangi tubuhku.

"Get out, bitch!!!" desisku tajam, membuat dia kaget dan langsung mundur ketakutan,dan mungkin mencari mangsa lain yang buta dan bernafsu dengannya.

Daripada bercinta dengan jal*ng sepertinya, lebih baik aku bercinta dengan istri cantikku.

Istri....

Istri....

Sebenarnya aku bingung dengan diriku, bingung dengan takdirku dan aku bingung nasibku.

Aku mulai mencintanya, namun aku masih membencinya,,,

Aku mulai ingin memanjakannya menjadikannya sebagai ratu dihidupku, namun tubuhku berontak ingin selalu menyiksanya dan menyakitinya.

Aku ingin menciptakan tawa antara aku, dirinya dan buah hati kami, namun diriku berontak ingin selalu menciptaka pedih dan Lara dalam hidupnya.

Aya, istriku yang malang...

Bagaimana caranya agar hatiku bisa berdamai dengan rasa benci yang amat menggelora mendekam dalam relung jiwa yang semakin menghitam terlanjur ditelan kegelapan.

Aku juga ingin merasakan sukacita kehangatan dalam sebuah keluarga kecil.

Bukannya kepedihan dingin kaku seperti yang kurasakan saat ini,

Kuakui ini kesalahanku, aku sadar semua ini aku lah yang memulai.

Istriku yang malang, aku ingin meminta maafmu, ingin mengulangnya semua bersamamu dari awal, namun aku tak tau bagaimana cara mengawalinya.

Aku terlalu bodoh, kepandaianku pudar karna kebencian.

.

.

.

Kutegak sedikit demi sedikit vodka dihadapanku, memang belum banyak yang kuminum, namun rasanya kepalaku

Mulai merasa pening.

Getaran di handphone sedikit menyadarkanku dan...

'If i got locked away'

'And we lost it all today'

'Tell me honestly, would you still love me the same'

'If i showed you my flaws'

'If i couldn't be strong'

'Tell me honestly, TUUUUUT'

"Hallo?" ucapku setelah mengangkat telephone genggamku.

"Ma... mmaaf tuan, Nyo-nyonya... nyonya me-meng... menghilang" balas penelpon di seberang sana dengan suara tercekik ketakutan.

'Braaaak'

Brink Wedding [BOOK 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang