Warning!!!!Sedikit mengandung unsur kekerasan, harap jangan ditiru di kehidupan nyata!!!
Roy POV :
Aku merasakan sinar matahari sudah tampak malu-malu di celah-celah bulu mata, saat ku terbangun aku mendengar suara isakan tangis dan ternyata itu berasal dari wanita disampingku, Aya.
Dia menangis dan aku merasa senang,semalam dengan sengaja aku melakukan 'itu' kepadanya, aku seratus persen sadar dan sengaja berbuat kasar, agar dia merasa sakit dan terluka.
Sekarang dia berbaring diujung ranjang, mungkin dia takut berdekatan denganku saat ini. Punggung telanjangnya masih bergetar tanda dia masih terisak, mungkin dia belum sadar kalau aku belum bangun.
Kupeluk perut rampingnya dan kudekatkam tubuhnya kearahku, kurasakan gerakan terkejut darinya.
"Selamat pagi 'istriku' " sapaku padanya dan yang dia keluarkan hanya isakan, kubalikan tubuhnya,dan tampaklah wajahnya yang penuh airmata dan mata yang sembab dan bengkak.
"Kenapa kau menangis,kau sendirikan yang minta kuhargai dan kuanggap sebagai istri?" tanyaku sambil tersenyum mengejek kepadanya.
Dia membuang muka kearah lain,
"Aku memintamu untuk menghargaiku, bukan melecehkanku!" balasnya dingin.
Si*lan,bapa maksudnya bicara seperti itu? Akupun bangkit dari baringku dan memegang rahangnya dengan sangat keras.
"Melecehkan katamu? berarti kau merasa bahwa aku melecehkanmu?" ucapku mendesis lalu,
'PLAAAK'
Kutampar pipi kanannya, meninggalkan cap telapak tanganku dengan indah disana,
Isakannya pun berhenti tertahan, karna dia mengigit bibirnya.
"Dengar baik-baik! kau istriku, jadi aku bebas mau melakukan apapun padamu, dengar itu? Dasar wanita bodoh!" ucapku sambil membanting kepalanya kebantal.
Lalu kutarik lagi rambutnya keatas dengan kasar, kutatap wajahnya yang penuh dengan uraian air mata dengan penuh kebencian, lalu hempaskan dengan kasar.
Kemudian akupun bergegas bangkit, untuk bersiap-siap ke kantor.
________________________________
Aya POV:
Tubuhku baik luar maupun dalam rasanya remuk, batinku perih, hatiku terutama merasakan amat sangat sangat sakit.
Diriku telah hancur dibuatnya.
Ray, jika ini semua terjadi karna kesalahanku yang telah membagi cinta ku untukmu padanya, maka maafkanlah aku.
Walaupun aku telah mencintai Roy, adikkmu.
Namun aku tetap mencintaimu juga, namamu selalu tertera dihatiku berdampingan dengan nama Roy dan nama kalian takkan pernah terhapuskan, bahkan sampai kumati.
'TOOK...TOOK...TOOK...'
Entah mungkin karna aku terlalu larut dalam renunganku, sehingga tak menyadari kalau Bi Mar dan Bi Jan sudah berada disini, dan menyiapkan segala keperluanku.
"Mari saya Bantu Nyonya." ucapnya Bi Jan tulus,aku hanya diam dan membiarkan mereka, mengangkat diriku dan membawaku ke kamar mandi, mereka memandikan dan setelah itu merapikan diriku.
Lagi-lagi aku hanya sibuk dengan lamunanku, sehingga sadar tak sadar aku sudah ada si depan meja rias dan mereka sudah meninggalkanku dikamar untuk berdandan, sambil menungguku mungkin mereka melakukan kegiatan mereka didapur.
Kutatap wajahku dicermin, terlihat sangat menyedihkan meskipun terlihat lebih segar setelah selesai mandi, tapi tetap terlihat jelas wajah ku yang kellihatan tak memiliki semangat hidup.
Mata bengkak, bibir luka dan ada memar bekas tamparan dipipi sebelah kanan ku.
'TOOK...TOOK...TOOK...'
Pintu kamar terketuk dan muncul Bi Mar yang berjalan terpogoh-pogoh dibaliknya.
"Maaf Nyonya, di luar ada non Plasidia yang mencari Nyonya " ucapnya, tumben sekali anak itu tak langsung masuk ke kamar, tapi tidak apalah itu keuntungan juga buatku agar bisa menutupi wajah menyedihkanku ini.
"Ada apa Bi?" ucapku membuka suara.
"Saya kurang tau Nyonya sebaiknya anda segera saja menemui non Plasidia."ujar Bi Mar panik, aku jadi khawatir kalau terjadi sesuatu pada Plasidia, aku langsung menggunakan bedak dengan tebal dan juga kugunakan kacamata minusku untuk menutupi mataku yang bengkak, lalu segera keluar bersama Bi Mar.
Saat diluar kulihat Plasidia yang tengah menutupi wajahnya dengan telapk tangan, bahunya berguncang, rambutnya disanggul asal dan dia masih menggunakan piyama tidurnya.
"Plas ada apa?" tanyaku sambil memegang bahunya, tak menjawab dia langsung memelukku erat dan menumpahkan tangisannya membuatku semakin takut dan khawatir.
Bi Jan datang dari dapur sambil membawa segelas air putih untuk menenangkan Plasidia yang masih menangis kejar.
"Hei tenang... coba cerita ada apa?" tanyaku mencoba untuk tenang, sambil memegangi gelas berisi air putih untuk Plasidia tadi.
"Aya, hiks... hiks... Aya... Tante Lisna dan om Prabuu..." tangisnya pecah.
'PRANNGG'
'Ayah....Bunda...'
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
.
.
.
.
.
.
Gimana suka gak? oh iya aku juga mau bilang, sorry yah kalo sepanjang cerita lebih banyak itu POV nya si Aya, dari pada Roy hehe:D
Dan satu lagi jangan lupa vote and comment nya yeth...
Buat kalian yang mau kenalan ama saya boleh banget kok
Tinggal DM aja di instagram @plachyexo
Atau bisa juga chat di Facebook Plasidia Park atau bisa juga ngobrol di line Id: Dsilva_
Okey, hheheh... dan kalau sempat mampir ya diceritaku yang lain, periksa aja di works aku...
Babai dan terimakasih
Salam manis
Aya
:*kecupbasahuntuksemua
KAMU SEDANG MEMBACA
Brink Wedding [BOOK 1]
RomanceRepublish. ----------*****------- Kenapa Dunia begitu kejam kepada ku??? apakah memang aku sungguh sebegitu menjijikan dan tak layak untuk merasakan kebahagiaan? akupun ingin bahagia seperti wanita lainnya, bahkan suamikupun tak pernah melihat kea...