Need Confession

22.3K 902 42
                                    


Yoyoyyy...
Buat yang komen tadi siang, makasih ya, rencananya cuma mau update dua part...
Tapi, saking semangatnya gegara suara kalian di kolom komentar, jadilah updatenya lebih dari janji...

Selamat membaca...

Author POV:

Usia Kandunganku sudah memasuki bulan ketiga, namun belum ada tanda-tanda dari Roy kalau dia telah menerima anak ini.

Hari ini adalah jadwalku untuk memeriksa kandungaanku, Plasidia berjanji akan mememaniku untuk pemeriksaan kali ini.

"Hallo... hoi mak'bun nape lu? bengong mulu..." ujar suara yang disengaja cempreng sengaja membuatku terkejut.

Tapi sayang aku tidak terkejut.

"Mak'bun?" ulangku heran

"Emak Bunting!" jawabnya asal, membuatku kesal.

"Enak aja! kamu tuh bunting..." elakku pada kenyataan dengan tampang mesem.

"Ahahahahaha, uhhuk-uhhuk... aneh-aneh, tau sendiri dia yang buncit malah ngelempar ke orang..." balasnya sungut.

"Yaudah yuuk." ajaknya seraya mengambil alih, kursi rodaku yang baru, karena yang lama entahlah sudah kemana saat ditinggalkan Roy di rumah sakit.

"Plas..." panggilku, namun dia tak menjawab.

"Plasidia..." panggilku sekali lagi.

"Iya?" balasnya

"Kalau nanti ada apa-apa denganku, aku titip anakku ya" gumamku lesu.

Tepat di depan mobil yang dikendarainya, dia berhenti mendorong kursi Rodaku, lalu berjongkok dihadapanku, dengan raut yang sulit diartikan entah sedih, kesal, atau marah.

"Aya, aku gak suka kamu ngomong kayak gitu! aku yakin kamu dan anak kamu pasti kuat, jangan nyerah." ucapnya memberikanku optimis.

Mau tak mau aku tersenyum dengan usahanya yang mencoba menyemangati, kemudian saling mengangguk dan kami tertawa bersama.

Setelah itu dengan dibantu dengan Mang Cartha, supir pribadi rumah ini. Aku dan Plasidia pun masuk kedalam mobil dan berangkat menuju rumah sakit.

Sesampainya kami di rumah sakit, kami langsung menuju ruangan dokter untuk memeriksa kandungan.

"Plasidia." sebuah suara mengintrupsi kami, membuat kami berhenti.

"Susan? lo ngapain disini?" tanya Plasidia, pada Gadis yang tadi mengintrupsi.

"Justru gue yang harusnya nanya, lo ngapain didepan ruangan gue? lo hamil?" tanya Susan polos.

"Enak aja gue hamil, gue kesini tuh nganterin sepupu gue meriksa kandungan." Balas Plasidia.

Lalu perempuan yang bicara dengan Plasidia tadi melihat kearahku memperhatikan secara simak membuatku langsung merendah minder.

"Ini sepupu lo? suaminya mana?" tanya nya dengan wajah datar.

"Eh...umm, anu... itu suami saya gak bisa nganter dok lagi kerja." balasku pelan.

"Oooh gitu, bagus deh" balas perempuan yang ternyata
Merupakan dokter kandunganku yang baru, walaupun tampaknya kurang ramah, tapi aku yakin dia pasti gadis baik.

Pemeriksaan pun silakukan, saatku kulihat janinku mulai berkembang dengan sehat, sungguh senangnya tiada terkira, semua beban masalah dan kesedihan seolah-olah lepas semua, hilang.

"Waaah itu anaknya bu." gumam perawat yang memeriksa kandunganku, lalu menuliskan laporannya.

"Mari Bu kita sudah selesai." ajak perawat itu.

Brink Wedding [BOOK 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang