Aya POV :Cahaya terang mulai merasuk malu-malu terarah kedalam kornea mataku, ketika mata kubuka sempurna hal yang pertama kulihat pertama kali adalah 'suamiku' ,Roy.
Dia duduk bersila di sofa, dengan tatapan tajam tertuju padaku.
"Roy, Apa yang terjadi padaku?" tanyaku padanya.
"Kanker?" satu kata dengan intonasi bertanya itu, langsung membuatku mengerti apa maksudnya.
"Dda...da-ri mana kau ta-u?" tanyaku gagu.
"Well, Berarti cepat atau lambat kau pasti mati, jadi aku tidak perlu repot-repot untuk menyingkirkanmu. " gumam Roy menakutkan.
"tapi sepertinya aku aku juga harus berusaha untuk menyingkirkan 'makhluk' itu" ucap Roy lalu pergi keluar.
Makhluk itu? apa maksudnya dengan makhluk itu?
Setelah Roy keluar, masuk Bi Jan membawakanku Segelas minuman berwarna merah muda.
Dia menyodorkan minuman tersebut padaku dan berkata.
"Diminum nyonya..." tak ingin mengecewakan akupun mengambil gelas tersebut dan meminumnya, rasanya aneh dan sedikit amis.
"Minuman apa ini bi?" tanyaku sopan.
"Itu susu nyonya." balas bi jan, aku menaikkan sebelah alisku bingung.
"Susu? Apa Roy yang menyuruh bibi memberikan ini padaku?" tanyaku kembali.
"Bukan nyonya, tuan tidak menyuruh saya sama sekali,tapi saya mohon jangan beritahu tuan kalau saya memberikan nyinya susu ibu mengandung." ujar bi Jan, membuatku hampir terpekik.
"Mengandung? aku hamil? anakku dan Roy?" ucapku sedikit shock, namun bahagia.
Terimakasih Tuhan, terimakasih Kau telah mempercayai kami dengan menitipkan malaikat kecil yang Kau tanamkan dirahimku.
"Saya mohon ya nyonya, jangan beritahu tuan..."
Ujar Bi jan kembali denhan memohon.
"Kenapa memangnya Bi?" tanyaku heran, atau jangan-jangan Roy merencanakan hal buruk pada anak yang kukandung ini?
Tidak mungkin!
Roy tidak mungkin tega melukai darah dagingnya sendiri tidak mungkin.
Tapi apa salahnya berjaga-jaga, siapa tahu hal yang tidak diinginkan terjadi akan terjadi.
_________________________________
_________________________________
Aya POV:
Seharian aku menunggu Roy kembali dari pekerjaannya, tadi tepatnya pukul 00.48 wib. Roy pulang dengan wajah tampak lelah dan sedikit kecewa.
Sekarang dia sedang berada dikamar mandi untuk membersihkan dirinya atau mungkin sekalian menghilangkan penat dengan berendam air hangat.
Aku pun menunggu dengan terduduk disisi ranjang.
Tak lama Roy keluar dengan hanya menggunakan handuk yang melilit menutupi pinggang hingga lututnya dan panorama ini membuat wajahku memanas seketika, Aya sadar.... Sadar....
"Kenapa kau menepuk-nepuk pipimu itu?" tanya Roy memandangku seperti orang aneh.
"Tidak ada, aku hanya ingin menghilangkan rasa kantukku." alasan yang bodoh, right?
Dia kembali menatapku aneh, lalu memakai bajunya begitu saja dihadapanku, dihadapan seorang wanita.
Refleks kututupi mataku menggunakan telapak tangan.
Setelah kurang lebih lima menit, kurasakan sisi ranjang yang tadi kosong kini bergerak dan penciumanku mencium aroma aftersave.
"Roy ada yang ingin ku tanyakan padamu?" aku memulai topik, kuharap tidak berakhir tragis pada ujungnya.
"Hmmm..." balasnya bergumam, dia sudah menutup mata rupanya.
"Apakah kau tau aku mengandung?" tanyaku to the point dan pertanyaan itu berhasil membuat Mata Roy yang tadinya terpejam menjadi terbuka lebar.
"Ya." balasnya singkat.
"Lalu apakah kau tetap akan memperlakukanku secara kasar?" entah darimana tiba-tiba keberanian untuk bertanya itu datang.
Roy pun bangkit dari posisi berbaringnya lalu menghadapku, dia mencengkram kedua pundakku dengan kasar.
"Dengarkan aku wanita Bedeb*h, jangan pernah berharap dengan kehamilanmu itu aku akan luluh dan bersikap baik padamu, justru dengan bertambahnya parasit yang berada dirahimmu itu malah semakin membuatku ingin MENYIKSA kalian..." ujar Riy Tajam, dengan tatapan mata nyalang hendak memangsa predatornya.
Jantungku berpacu cepat, takut
Satu kata yang menggambarkan diriku sekarang, sedih satu kata yang menggambarkan perasaanku sekarang.
Air mataku sudah menggenang diujung pelupuk mata, sekali kedip langsung meluruh.
"Setega itukah dirimu oada darah dagingmu Roy?" tanyaku dengan suara bergetar.
"DIA BUKAN DARAH DAGINGKU, DAN DIA BUKAN ANAKKU!" desis Roy di tekankan.
"Tapi Roy-"
"Sudah diam! aku mau tidur..." ujar Roy malas.
"Roy..." panggilku lagi seolah dia tak peduli.
"Roy..." panggilku lagi, lama-lama pun aku jadi geram jika seperti ini lelaki macam apa dia? tidak mengakui darah dagingnya sendiri?
"RAY!" jeritku putus asa tanpa sadar, karena dia mengacuhkanku.
ASTAGA AKU DALAM BAHAYA!
Dia langsung terbangun dan mencengkram rahangku dengan keras, ini sakit.
"Apa tadi kau sebut? ULANGI!!!" marah Roy padaku, cengkramannya di rahangku semakin terasa keras.
"Roy..." cicitku takut.
"Heh, pendengaranku masih normal untuk kau kelabuhi j*l*ng!" desis Roy.
'Plaaaaak'
lalu ia manamparku.
Air mataku luruh begitu saja,
Diperlakukan seperti ini, sungguh ini bukanlah harapan seorang istri.
"Cepat ulangi apa yang kau sebut tadi, dengan intonasi yang sama!" ujar Roy, menarik rambutku kasar.
"RAY" ucapku melakukan apa yang ia suruh.
'Plaaaak'
'Plaaaak'
Kali ini dia menampar pipiku kiri dan kanan, kurasakan perih diujung bibirku dan terasa asin berbau besi.
"Jangan pernah sebut nama itu lagi!" desis Roy, lalu melepaskan jambakkannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To be Continued.....
.
.
.
.
.
Makasih buat readers yang masih setia membaca hingga part ini.
Terimakasih atas vote, dukungan, dan masukan dari kalian yang sangat membantu aku dan memotivasi aku.
Dan buat para PLAGIATHOR,GO AWAY PLEASE!Sekali lagi makasih buat para readers
See you❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Brink Wedding [BOOK 1]
RomanceRepublish. ----------*****------- Kenapa Dunia begitu kejam kepada ku??? apakah memang aku sungguh sebegitu menjijikan dan tak layak untuk merasakan kebahagiaan? akupun ingin bahagia seperti wanita lainnya, bahkan suamikupun tak pernah melihat kea...