BAB 13

1.3K 66 4
                                    

Kali ini aku kasih target, yaaaa

Target Vote 100 untuk update selanjutnya

Tinggalkan jejak untuk menghargai penulis

Aku juga senang banget sama yang mau ninggalin komen

Apalagi yang jawab di author note, aku terharu sekali

Makasih buat yang udah interaksi sama akuu

Tangan Urfi meraba-raba sisi kasur di sebelahnya, tidak menemukan keberadaan Gahar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tangan Urfi meraba-raba sisi kasur di sebelahnya, tidak menemukan keberadaan Gahar. Kemudian berpindah ke sisi yang lain, masih tidak ada. Dengan cepat Urfi membuka matanya lebar-lebar, mengedarkan pandangannya mengitari seisi kamar. Tidak ada Gahar di dalam kamarnya. Apa semalam hanya mimpinya saja?

Urfi menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya, berjalan keluar kamar dengan tergesa. Perasaan cemas melandanya, dalam hati dia berharap jika semalam bukan mimpi. Urfi menghela napas lega saat menemukan Gahar berada di dapur, laki-laki itu sedang menyiapkan makanan yang dia beli dari luar.

Urfi tersenyum, sedikit berlari menghampiri Gahar, memeluk pinggang laki-laki itu dari belakang. “Aku kira aku semalam mimpi, Har” Urfi menempelkan pipinya ke punggung Gahar.

Gahar tersentak saat tiba-tiba Urfi menabrakkan tubuh ke punggungnya, sup yang sedang dia tuang ke mangkuk sampai tumpah sedikit. Gahar membalikkan badannya ketika sudah selesai memindahkan sup ke mangkuk. Gahar tersenyum, balas memeluk Urfi, mengusap-usap punggung perempuan itu.

Betapa senangnya jika mereka dari dulu seperti ini, menghabiskan waktu bersama. Bangun tidur di ranjang yang sama, dan berpelukan di pagi hari. Menyenangkan jika ini mereka lakukan sedari lama. Hidup Urfi dan Gahar tidak akan menyakitkan jika mereka melalukan ini dari awal.

“Badannya udah nggak panas” gumam Gahar, merasakan jika suhu tubuh Urfi sudah kembali normal.

Urfi menganggukkan kepalanya. “Iya, aku bisa masuk kerja hari ini”

Gahar merenggangkan pelukannya, menatap Urfi. “Hari ini kamu istirahat aja di rumah, Fi. Besok aja masuk kerja. Takutnya kamu drop lagi. Biarin tubuh kamu rehat dulu”

“Nanti atasan aku marahin aku, Gahar”

“Aku atasan kamu” Gahar memicingkan matanya.

Urfi tergelak, kembali memeluk Gahar. “Maksud aku Bu Betty, kan dia atasan aku”

Gahar membenamkan kepalanya di leher Urfi. “Biar nanti aku yang ngomong sama Bu Betty. Biar aku yang urus, kamu nurut sama kata suami”

Urfi mencibir, sekarang Gahar baru ingat jika dirinya suami Urfi. Selama ini laki-laki itu tidak ada kontribusinya sebagai suami. “Iya, suami” sindirnya.

Mari, Berbagi Luka (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang