BAB 21

1K 53 0
                                    

Urfi yang sebelumnya mengatakan jika dirinya tidak lapar, tapi perutnya berbunyi ketika jarum jam dinding menunjukkan pukul 11 malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Urfi yang sebelumnya mengatakan jika dirinya tidak lapar, tapi perutnya berbunyi ketika jarum jam dinding menunjukkan pukul 11 malam. Urfi bangkit dari tidurnya, menatap ke sebelah di mana Gahar terlelap. Urfi tersenyum, mengecup kening Gahar selama beberapa detik. Kemudian, melangkahkan kakinya keluar dari kamar. Mungkin Urfi akan memasak mi instan untuk mengganjal perutnya yang keroncongan.

Urfi berjalan menuju dapur, memanaskan air terlebih dahulu. Selagi menunggu air panas dia beralih membuka kulkas, mengambil dua butir telur yang akan di masak bersamaan dengan mi. Saat air di dalam panci sudah mendidih, Urfi memecahkan telur dan memasukkannya ke dalam panci, membiarkan telur itu matang dengan sendirinya.

Urfi kembali membuka kulkas, mencari sayur sawi yang bisa di masukkan sebagai pelengkap mi. Urfi memotong-motong sayur sawi itu di talenan, memotongnya menjadi ukuran kecil, kemudian memasukkannya ke dalam panci bersamaan dengan telur yang masih di rebus di sana.

Urfi mengecek sayur sawi, di rasa sudah empuk dia menyisihkannya ke dalam mangkuk. Setelah itu, dia memasukkan setengah bagian dari mi instan, tidak mau memakan mi secara berlebihan. Telur yang dia rebus juga sudah matang, Urfi memindahkannya ke mangkuk yang berisi sayuran. Urfi membuka bumbu mi instan, menaruhnya di dalam mangkuk, disusul dengan menuangkan mi yang sudah matang beserta kuahnya.

Urfi menelan air liurnya ketika mencium aroma mi yang menguak di seisi dapur. Sambil tersenyum, Urfi membawa mangkuk panas itu dengan kedua tangannya menuju meja makan. Karena mangkuknya sangat panas, Urfi mempercepat langkah kakinya agar segera sampai di meja makan. Namun sayang, akibat langkahnya yang terburu-buru Urfi tersandung sudut meja dan terjatuh dengan kepala terbentur kursi. Sementara semangkuk mi instan yang berada di tangannya terlepas, jatuh berderai di lantai.

Urfi meringis, merasakan sekujur tubuhnya sakit karena terjatuh, terutama bagian kepalanya yang terasa berdenyut. Untung saja mangkuk berisi kuah panas itu tidak mengenai tubuh Urfi. Tangan Urfi bergerak memegangi kepalanya, merasakan jika ada yang mengalir di sana. Urfi menarik tangannya, melihat jika jarinya berdarah, bukan jarinya, melainkan darah itu berasal dari kepalanya yang terbentur.

“Urfi, astaga!” pekik Gahar, menghampiri Urfi.

Gahar terbangun dari tidurnya ketika mendengar bunyi benda pecah, dia tidak mendapati Urfi tidur di sebelahnya. Merasa khawatir Gahar keluar kamar untuk mencari keberadaan Urfi. Gahar panik ketika melihat Urfi terbaring di lantai dengan posisi tertelungkup.
“Ya ampun, sayang. Dahi kamu berdarah”

Urfi menatap Gahar dengan pandangan yang memburam, kepalanya terasa begitu pusing. “Aku tadi bikin mi instan, Har”

Gahar melirik mangkuk mi instan yang sudah pecah di dekat tubuh Urfi. Segera Gahar mengangkat tubuh Urfi untuk menjauhi meja makan, pecahan beling dari mangkuk bisa melukai Urfi. Gahar mendudukkan Urfi di sofa, dia berjongkok di depan Urfi, menatap dahi Urfi yang mengeluarkan darah. Kemudian, Gahar beralih memeriksa seluruh badan Urfi, mencari bagian lain yang mungkin saja terluka.

Mari, Berbagi Luka (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang