BAB 9

1.4K 66 2
                                    

Double update karna besok mau me time haha

Urfi mengerjapkan matanya ketika mendengar seseorang mencoba membuka pintu apartemen dengan memasukkan password yang salah secara berulang kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Urfi mengerjapkan matanya ketika mendengar seseorang mencoba membuka pintu apartemen dengan memasukkan password yang salah secara berulang kali.

Urfi bangkit dari posisi tidurannya di sofa ruang tamu, matanya beralih melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 1 dini hari. Seingatnya, ketika dia masih terjaga itu masih pukul 10 malam. Sepertinya Urfi terlelap saat menunggu Gahar pulang. Gahar belum pulang sampai sekarang, laki-laki itu benar-benar tidak ingin menghabiskan waktu bersama Urfi.

Urfi menarik kakinya untuk melihat orang yang mencoba mengakses password pintu apartemennya. Orang gila mana yang melakukan itu selarut ini. Apa mungkin orang di balik sana mabuk?

Dari layar monitor, Urfi melihat orang yang berada di balik pintu, matanya melebar ketika melihat Gahar, di depan pintu laki-laki itu memasukkan password berulang kali dan selalu salah. Dilihat dari gelagatnya sepertinya Gahar mabuk. Seberapa banyak minuman yang di habiskan oleh Gahar sampai semabuk itu? Laki-laki itu memang sering pulang dengan mulut berbau alkohol, tapi dia tidak pernah mabuk. Baru kali ini Urfi mendapatinya mabuk.

Urfi segera membukakan pintu untuk Gahar. Saat pintu terbuka, Urfi melihat Gahar tersenyum dengan wajah memerah. “Berhasil juga” ucapnya girang.

Urfi membantu Gahar masuk ke dalam dengan memapah tubuh laki-laki itu. Urfi langsung membawa Gahar ke dalam kamar laki-laki itu, merebahkannya ke kasur dengan sedikit menghempaskan tubuhnya. Gahar terlalu berat karena Urfi kesusahan membawanya untuk sampai ke kasur. Urfi melepaskan sepatu Gahar, menaruhnya di lantai secara asal.

Urfi beralih menatap Gahar yang memejamkan matanya, laki-laki itu tampak damai dengan mata terpejam. Urfi merangkak ke atas kasur, berniat membantu Gahar membuka jasnya, pasti akan gerah jika tidur dengan memakai jas.

Urfi terkejut saat Gahar membuka mata secara tiba-tiba. “Kamu udah sadar?” tanyanya.

Gahar menarik tangan Urfi, perempuan itu terjatuh dengan tangan menyentuh dada Gahar. “Urfi” panggilnya.

“Kamu masih mabuk, Har” Urfi menarik dirinya, menjauhi Gahar.

Baru juga berhasil terduduk, Gahar kembali menarik tangannya, kemudian membalikkan badan Urfi sehingga sekarang Urfi berada di dalam kukungan laki-laki itu. Posisi Urfi berada di bawah dengan Gahar yang menindihnya.

Gahar tersenyum, tangannya bergerak membelai wajah Urfi. “Kamu tahu, Fi. Aku sangat mencintai kamu, sangat. Tapi, aku takut”

Urfi menatap Gahar, sudut mata laki-laki itu berair. Apa Gahar menangis? Apa ini efek dari mabuk? Tidak. Biasanya orang mabuk akan berkata jujur. Apa Gahar benar-benar mencintainya?

“Rasa di hati aku nggak pernah hilang, Fi. Sedetik pun nggak pernah hilang. Aku minta maaf karena udah bohong sama kamu. Maaf karena udah nyakitin kamu”

Urfi membelai wajah Gahar, mengusap sudut mata laki-laki itu. Mata Urfi mulai memanas, entah ucapan Gahar ini serius atau tidak, Urfi tidak peduli. Urfi senang mendengar jika rasa itu masih ada di hati Gahar.

“Aku juga mencintai kamu, Gahar, selalu”

Gahar mendekatkan wajahnya, mencium Urfi, melumat bibir Urfi yang begitu dia rindukan. Urfi membiarkan Gahar melakukan apa pun malam ini, Urfi tidak akan menyesalinya jika terbangun di pagi nanti. Gahar suaminya, dia berhak melakukan apa pun kepada Urfi.

Tangan Gahar merambat membelai pipi Urfi, perlahan turun ke bawah, dan berhenti tepat di dada Urfi. Gahar meremas dada Urfi yang masih tertutupi baju tidur, dan bra. Gahar mendekatkan wajahnya, mencium leher Urfi, meninggalkan tanda kemerahan di sana.

Urfi mengeluarkan desahan tertahan ketika tangan Gahar berhasil masuk ke balik bajunya, menyentuh dadanya dengan sedikit meremas. Ini pertama kalinya tubuh Urfi di sentuh laki-laki, dan dia merasa seluruh tubuhnya tersengat listrik.

Gahar membuka baju Urfi, melemparkannya ke sembarang arah. Terpampang jelas buah dada Urfi, bibir Gahar bergerak turun, mengatup puting yang berdiri tegak itu dengan mulutnya yang panas. Urfi melengkungkan punggungnya merasakan sensasi aneh yang mengaliri tubuhnya.

Gahar turun dari kasur, membuka seluruh pakaiannya tanpa tersisa dengan gerakan khas orang mabuk, sedikit sempoyongan. Urfi memalingkan mukanya saat melihat benda yang mengacung di selangkangan Gahar. Tangan Gahar bergerak melepaskan celana Urfi, membuat tubuh Urfi bertelanjang bulat.

Urfi sedikit merasa malu dengan kondisinya sekarang, tapi Gahar suaminya, tidak apa-apa melihatnya tanpa sehelai benang pun. Gahar merangkak, menindih tubuh Urfi. Tanpa melakukan pemanasan, dan rangsangan lagi, Gahar langsung menempatkan dirinya begitu pas. Mendorong kejantanannya masuk ke dalam kewanitaan Urfi.

Urfi mencoba menahan tubuh Gahar saat merasakan perih di bagian selangkangannya. “Sakit, Har” rintihnya, memejamkan matanya ketika sakit teramat itu menderanya.

Gahar tidak mendengarkan rintihan Urfi, dia terus mendorong miliknya supaya berhasil masuk, dan dengan sekali entakkan kuat, kejantanan Gahar berhasil masuk sepenuhnya.

Urfi menjerit, menggigit bibirnya kuat-kuat saat di bawah sana Gahar terus mendorongnya. Urfi merasakan dirinya terbelah menjadi dua. Urfi menangis ketika proses itu berlangsung, bibirnya terluka akibat dirinya menggigit bibir menahan rasa sakit. “Sakit, Gahar” rintihnya lagi.

Gahar langsung bergerak di atas Urfi, tidak peduli jika Urfi masih merasa kesakitan di kewanitaannya. Urfi memejamkan matanya, membiarkan Gahar. Dia tahu ini risiko karena Gahar sedang mabuk, laki-laki itu tidak sadar. Gahar sama sekali tidak sadar dengan apa yang dia lakukan kepada Urfi.

Mari, Berbagi Luka (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang