BAB 16

1.2K 66 0
                                    

Ruangan untuk rapat bersama Gahar sudah di siapkan, karyawan yang terlibat pada pengembangan produk The Door Smart Lock sudah duduk di kursi masing-masing, menunggu Gahar datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruangan untuk rapat bersama Gahar sudah di siapkan, karyawan yang terlibat pada pengembangan produk The Door Smart Lock sudah duduk di kursi masing-masing, menunggu Gahar datang. Urfi membagikan laporannya kepada semua orang yang ada di ruangan, dan satu dia taruh di atas meja paling ujung, di mana nanti Gahar akan duduk di sana.

“Kemarin setelah kamu melakukan pengujian layak pakainya bagaimana, Fi?” tanya Bu Betty, mengecek berkas yang Urfi berikan.

Urfi yang sudah duduk di kursinya, di sebelah Rehan. Dia menoleh ke arah Bu Betty yang duduk di kursi di seberangnya, tepat di depannya. “Setelah di lakukan pengujian pada berbagai pintu hasilnya cukup memuaskan, Bu. Semua fiturnya dapat di aplikasikan dengan baik, cuman ada kekurangan dengan jarak akses pintu, Bu. Jarak maksimal 1 km, jadi aku masih koordinasi lagi terkait itu sama teknisi supaya pintu tetap bisa di akses meskipun jaraknya lebih dari 1 km”

Bu Betty mengangguk. “Nanti kamu laporin aja ke Pak Gahar terkait ini, paling lama sebulan udah selesai semua, ya”

Urfi sedikit ragu semuanya bisa selesai dalam waktu satu bulan, mengingat bukan hanya produk ini saja yang tengah di kembangkan oleh perusahaan. “Saya coba konfirmasi...”

“Saya mau kepastian dari kamu” potong Bu Betty, menatap Urfi dengan tatapan mendesak.

“Saya usahakan, Bu”

Bu Betty menganggukkan kepalanya. “Oke. Saya tunggu progress lebih lanjutnya, ya, Urfi”

“Iya, Bu”

Urfi beralih menatap ke arah Tania setelah Bu Betty fokus ke layar ponselnya. Tampak Tania yang duduk di sebelah Bu Betty menggerakkan mulutnya, seakan mengatakan banyak mau tanpa suara. Urfi tersenyum saja, Bu Betty memang banyak mau, tapi dia tidak ikut membantu prosesnya. Bu Betty hanya bisa menuntut semuanya di kerjakan dengan cepat.

“Ide kamu bagus banget, Urfi” puji Rehan, menatap ke arah laporan yang Urfi buat. Dia baru dilibatkan hari ini atas suruhan Bu Betty, dan dia takjub dengan ide cemerlang yang Urfi kembangkan.

Urfi menoleh ke samping, tersenyum kepada Rehan. “Makasih, loh”

Rehan tertawa kecil.

Urfi teringat jika Rehan dan Tania masih saling bungkam. Urfi melirik Tania yang sibuk membolak-balik dokumen di tangannya, perempuan itu pasti sok sibuk karena tidak ada kegiatan lain yang bisa di lakukan. Tania dan Urfi di pisahkan oleh meja persegi panjang yang membuat Tania tidak bisa berbincang dengannya. Selain Tania dan Rehan, ada dua orang karyawan lain yang ikut membantu Urfi dalam menyelesaikan produk ini.

Urfi membuka lebar dokumen di tangannya, sedikit mengangkatnya untuk menutupi wajahnya, kemudian berbisik kepada Rehan. “Kamu sama Tania lagi ada masalah apa?” tanyanya dengan suara pelan. Urfi berpura-pura tidak tahu dengan apa yang terjadi antara Tania dan Rehan.

Rehan mendekatkan kepalanya, ikut berlindung dengan dokumen yang Urfi angkat. Dahi laki-laki itu sedikit berkerut. “Nggak ada masalah apa-apa”

“Yakin?”

Mari, Berbagi Luka (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang