BAB 12

1.4K 62 2
                                    

Double updateBaca BAB 11 sebelumnyaJangan sampai skip*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Double update
Baca BAB 11 sebelumnya
Jangan sampai skip
*****

Tangan kekar itu memeluk erat pinggang Urfi, memeluknya dengan sangat posesif. Urfi terduduk di atas kasur, bersandar di bahu Gahar. Sementara laki-laki itu bersandar ke kepala ranjang.

Setelah menyelesaikan permasalahan di antara mereka, Gahar mengajak Urfi untuk tidur. Niat awal yang ingin tidur di urungkan, mereka malah menghabiskan waktu untuk merenung dengan posisi Gahar memeluknya dari belakang.

Butuh waktu berbulan-bulan bagi Gahar untuk mencurahkan isi hatinya. Dia kejam selama ini kepada Urfi. Di malam pertama mereka, bisa-bisanya Gahar mengatakan kata-kata yang menyakitkan itu.

Dan butuh waktu berbulan-bulan bagi Urfi untuk bertahan, menahan segala rasa sakit yang hinggap di relung hatinya. Tidak mengapa jika akhirnya dia merasa bahagia, Gahar akhirnya kembali menjadi Gaharnya yang dulu.

“Kamu nggak mau tidur, Fi?” tanya Gahar, menunduk menatap wajah Urfi.

Urfi menengadahkan kepalanya, perlahan kepalanya menggeleng. “Aku nggak mau tidur, Har. Aku takut kalau nanti aku bangun, kamu nggak kayak sekarang”

“Nggak perlu takut, aku nggak akan berubah, aku akan tetap jadi diri aku yang sekarang”

Urfi sedikit mencibir, tidak sadarkah laki-laki itu jika selama ini dirinya berubah. Gahar berubah drastis di malam pernikahan mereka, Urfi merasakan perubahan itu. “Kamu berubah, Har. Kamu tahu betapa kagetnya aku mendengar kata-kata kamu di malam pernikahan kita. Kamu berubah semenjak hari itu, kamu bilang kamu udah nggak cinta lagi sama aku”

Dada Urfi sesak tiap kali mengingat kenangan di mana Gahar berubah. Kenangan itu merupakan kenangan terpahit di dalam hidupnya. Malam pernikahan yang seharusnya mereka habiskan dengan canda tawa berubah menjadi luka yang menjalari diri Urfi.

“Aku minta maaf, Urfi. Aku tahu kalau tindakan aku selama ini salah. Aku kira, dengan aku ngelakuin itu, bisa buat kamu bahagia”

“Bahagia aku sama kamu, Gahar. Kamu yang bikin aku bahagia. Gimana bisa kamu berpikiran aku akan bahagia kalau kamu yang memberikan rasa sakit itu ke aku?”

Gahar menarik matanya untuk menatap Urfi, perempuan itu menangis lagi. Tangan Gahar bergerak membelai pipi Urfi, merasakan jika wajah Urfi panas. Suhu tubuh Urfi belum menurun juga, perempuan itu masih demam. “Aku minta maaf untuk ke sekian kalinya, hanya maaf yang bisa aku katakan ke kamu, Fi. Aku sadar kalau aku juga nggak bisa terus menjaga jarak dari kamu. Aku menderita kalau jauh dari kamu, Fi”

Urfi memejamkan matanya sejenak, sebulir air mata berhasil lolos. Tangan Urfi menimpali tangan Gahar yang berada di pipinya. “Walaupun kamu nyakitin aku, aku tetap cinta sama kamu, Gahar”

Gahar tersenyum. “Aku juga cinta sama kamu Urfi, lebih besar”

Mereka saling mencintai, tapi sikap Gahar membuat Urfi sakit, yang secara tidak langsung juga menyakiti Gahar. Rasa bersalah yang membelenggu di hati Gahar menguar di udara. Semua bermula darinya, dirinya yang menjadi sumber rasa sakit bagi keduanya.

Mari, Berbagi Luka (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang