Satu

134 22 8
                                    

"Gyu.." Eunha berdiri ketika Mingyu memasuki halaman rumahnya. Matanya sembab, tapi Mingyu tak memperdulikannya. Lelaki itu melirik keberadaan Jihyo yang berada di samping Eunha.

"Gue rasa kalian perlu bicara. Gue mau kedalam dulu bantuin tante masak," Belum sempat Jihyo melewati pintu, Mingyu mencekal tangannya. Lelaki itu menggenggam erat tangan Jihyo. Sebenarnya ia tidak mau ikut campur dengan urusan Mingyu dan Eunha. Tetapi mendapat telpon dari tante Ji Won, akhirnya membuat gadis itu mau tak mau-----

"Lo disini aja. Biar lo bisa denger apa alasan gue gak mau balikan sama cewek macem dia," Jihyo tertegun. Ia menepis pelan tangan Mingyu, namun lelaki itu tetap bergeming mencekal tangannya.

Eunha melihat Jihyo dan Mingyu secara bergantian. Bibirnya terbuka sebelum akhirnya kembali tertutup lagi. Tingkahnya yang seolah ragu membuat Mingyu menghela nafasnya kasar. "See? Dia gak berani ngomong kan?"

"Gyu.. biar bagaimanapun, lo harus dengerin Eunha dulu. Gue gatau seberat apa-"

"Dia selingkuh, Ji!" Jihyo menatap Eunha dengan pandangan menyelidik, sementara yang ditatap hanya menundukkan kepalanya dalam. Ohh.. mungkin Mingyu hanya salah paham. Biar bagaimanapun Jihyo masih memikirkan kemungkinan lain yang bisa membuat Mingyu salah paham kepada Eunha sehingga sahabatnya itu memilih untuk mengakhiri hubungan mereka.

"Tapi Gyu, aku beneran bisa jelasin."

Mingyu tersenyum miring. Tatapannya menatap rendah pada gadis yang sudah dipacarinya selama hampir 6 bulan. Lelaki berkulit tan itu lantas menatap pada Jihyo. "Gue ngelihat dia cium Yugyeom. Menurut lo itu artinya apa kalo ga selingkuh, Ji?"

**

Fokus Jihyo terbagi antara mendengarkan penjelasan dosen di depan kelas, dengan Mingyu yang duduk tepat disampingnya. Sebenarnya, mereka mengambil jurusan yang berbeda. Tapi berhubung keduanya masih satu fakultas, jadi mereka bisa bertemu di kelas yang sama dengan mata kuliah yang wajib diambil oleh mahasiswa fakultas teknik. Lelaki itu terlihat fokus menulis materi yang disampaikan.

Jihyo tidak habis pikir dengan Eunha. Bagaimana bisa gadis itu berselingkuh dari sahabatnya? Meski harus Jihyo akui kalau Yugyeom tidak kalah tampan dari Mingyu. Tetapi kan dari sifatnya saja Jihyo bisa tahu kalau sahabatnya ini sangat menyukai Eunha dan rela melakukan apapun untuk gadis itu. Singkatnya, Mingyu sudah jadi bucinnya Eunha.

"Ji.. materinya buat UAS nanti. Fokus!" Jihyo menggeleng-gelengkan kepalanya miris meratapi nasib Mingyu.

Kasihan banget Ming.. udah berjuang mati-matian, eh diselingkuhin juga.

Sedang asyik-asyiknya Jihyo meratapi nasib Mingyu, lelaki itu malah menyerongkan tempat duduknya sehingga mereka berdua saling bertatapan. Mata Jihyo berkaca-kaca. Bagaimana bisa sahabatnya itu diselingkuhi oleh gadis seperti Eunha?!

Mingyu yang melihat mata Jihyo mulai berkaca-kaca pun langsung merasa panik, "Ji.. lo ga lagi mau nangis kan?" Tangannya mencubit pipi Jihyo agak keras.

Dicubit seperti itu, Jihyo lantas mencebikkan bibirnya, "Hua Kimingggg... Kenapa lo bisa diselingkuhin sih?"

Lelaki itu menatap sekitar. Kelasnya sudah sepi. Mungkin karena itu juga Jihyo bisa merengek dan meninggikan suaranya.

"Kok jadi elo yang sedih sih?" tangannya mengusap air mata yang jatuh ke pipi Jihyo. "Hubungan lo kan ga baik sama Eunha."

"Ya kan.. maksudnya tuh.. kenapa bukan elo aja yang selingkuh? Lo kan ikut club sepak bola. Terus tuh banyak yang naksir juga sama lo. Terus malah kenapa si Eunha yang selingkuh? gue kan ga terima. Kesannya elo ga keren banget sebagai pihak yang tersakiti."

Mingyu tertawa kecil mendengar alasan Jihyo. Tangannya kemudian mengacak surai gadis yang sudah menjadi sahabat sekaligus tetangganya sadari ia SMA, "gue kira lu udah temenan sama Eunha."

"Gue pernah disiram milkshake dan dipermaluin, terus sekarang bisa temenan gitu? Ya lo pikir aja lah."

Mingyu tersenyum. Ia jadi merasa bersalah kepada Jihyo. Sewaktu ia masih berpacaran dengan Eunha, gadis itu sudah berkata jika ia tidak menyukai Jihyo. Mingyu dan Jihyo terlalu dekat sebagai seorang sahabat. Terlebih lagi ditambah fakta jika mereka berdua adalah tetangga. Pernah suatu ketika Jihyo mengalami demam tinggi dan Mingyu tak tega jika membiarkan sahabatnya itu pulanh sendirian naik angkutan umum atau ojek online. Dan akhirnya ia membatalkan janji yang telah dibuatnya dengan Eunha. Oleh karena itu lah gadis imut berambut pendek itu menyiram Jihyo ketika mereka berada di kantin kampus.

"Maaf ya, Ji. Kalau ga karena gue, lo ga mungkin ngalamin-"

"Mingyu kampret! gue udah tungguin elo di basecamp sama yang lain. Malah pacaran disini."

Sebuah suara bernada tinggi terdengar menggema di ruang kelas yang kosong. Mingyu membalikkan badannya, melihat seorang lelaki yang sangat dikenalnya.

Jihyo menelengkan kepalanya untuk melihat siapa sosok yang mencari Mingyu. Pasalnya, tubuh besar Mingyu menutupi pandangan Jihyo dari arah pintu masuk kelas.

"Loh Jihyo? gue kira Eunha."

Jihyo tersenyum manis, lantas melambaikan tangannya menyapa sosok yang berjalan mendekat ke arahnya, "Hai Jaehyun!"

"Yang lain udah kumpul semua emang?" Mingyu bertanya kepada Jaehyun yang mengambil duduk di depannya.

"Udah. Tinggal elo doang. Lagian lo ngapain sih malah ngejogrok disini. Gue chat juga kagak lo bales," Jaehyun melihat Jihyo yang sedang membereskan buku di atas mejanya. Lelaki itu meneliti wajah Jihyo yang pipinya terlihat makin chubby, "Ji, kok lo tambah cantik sih. Gemes gue jadinya." Tangan Jaehyun hendak terulur untuk mencubit pipi Jihyo. Namun Mingyu langsung menepis tangannya.

"Gausah aneh-aneh."

Jihyo mendongak. Ia tidak tahu apa yang terjadi, yang sempat terlihat di sudut pandangannya hanya sebuah bayangan yang mendekati wajahnya. Ia lantas melihat Jaehyun sembari tersenyum, "Lo juga tambah ganteng, Jae. Gue suka gaya rambut lo."

Jaehyun tersenyum lebar, lantas menyisir rambutnya dengan sebelah tangan, "Pacaran aja yuk kita. Cocok deh kayaknya."

Mingyu menatap Jaehyun dengan pandangan lelah, sementara Jihyo tertawa pelan, "Mau aja sih, tapi kan lo udah ada Jiho. Serem euy. Ntar bukan disiram milkshake, gue malah disiram kuah bakso."

Gadis berpipi chubby itu lantas berdiri sembari membenarkan tali tas di bahu kanannya, "Gue pulang duluan ya kalo gitu. Udah ditunggu Mas Sungjin didepan."

From Sidekick to Significant OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang