Jihyo merasa jika dirinya sudah gila. Dia masih bisa mengingat ciumannya dengan Mingyu kemarin malam. Saat terbangun, gadis itu sempat berpikir jika ciuman itu hanyalah mimpi. Tapi melihat jejeran foto polaroid Dahyun membuatnya kembali pada kenyataan. Ciuman itu nyata. Ia bahkan menghabiskan 30 menit di kamar Dahyun saking gugupnya untuk keluar dan bertemu Mingyu.
Tapi saat Jiwon mengetuk pintu dan menanyakan apa dirinya sudah bangun atau belum, Jihyo tidak bisa mengelak. Maka dengan wajah yang diatur senormal mungkin, gadis itu keluar kamar. Lalu akhirnya mendesah lega ketika mendengar jika Mingyu pergi ke rumah Jungkook beberapa saat sebelumnya.
Bagaimana dia bisa bangun di kamar Dahyun? Jihyo tidak ingat. Gadis itu hanya dapat memikirkan satu kemungkinan. Apa lagi jika bukan Mingyu yang membawanya?!
"Tuh kan ngelamun lagi. Dek, makanannya dimakan!" Bang Sungjin memperingatkan Jihyo yang sedari tadi hanya mengaduk makanannya.
Jihyo hanya meringis, lantas menyantap makanannya dengan lahap. Sudah dua hari kejadian ciuman itu berlalu, dan dia sama sekali belum bertemu dengan Mingyu. Bukannya menghindar, tapi lelaki itu sepertinya memang sedang disibukkan oleh beberapa hal. Pekan UAS sudah semakin dekat dan itu artinya tugas mereka juga semakin bertambah. Jadi Jihyo juga mencoba untuk menyibukkan diri menyicil tugasnya daripada memikirkan hal yang belum tentu dipikirkan oleh Mingyu juga.
Saat makanannya sudah habis, Jihyo hendak mengambil semua piring kotor. Namun Sungjin menahannya. Lelaki itu mengatakan jika Jihyo sebaiknya belajar atau beristirahat saja. Lelaki itu tidak mau mengambil resiko jika nanti piring dan gelas akan pecah karena Jihyo yang lebih suka melamun.
"Makasih ya, Bang."
Setelah mengucapkan terima kasih, Jihyonya lantas naik ke lantai atas menuju kamarnya. Gadis itu menenteng satu toples berisi kue sus kering untuk dijadikan teman saat mengerjakan tugas.
Ponselnya bergetar saat ia baru saja mendudukkan diri di kursi belajar.
Rose: Ji, keluar yuk! Gue jemput deh
Jihyo mengernyitkan dahinya melihat pesan dari Rose. Tidak biasanya gadis itu mengajaknya keluar di jam segini. Biasanya dia lebih memilih untuk keluar dengan Mina karena kos-kosan Rose dan Mina cukup dekat.
Rose: Mina lagi keluar sama si Brian itu
Rose: sebenarnya.. mau anterin lo sih. Gue mau ketemuan sama June. Hehe
Tanpa pikir panjang lagi, Jihyo mengiyakan ajakan Rose. Gadis itu lantas mengambil jaket dan mengganti celananya. Setidaknya kaos rumahannya akan tertutup jaketnya. Jadi dia tidak perlu lagi ganti baju.
Jika tidak salah ingat, ia pernah menemani Rose dua kali bertemu dengan June. Pertama karena Rose mengajaknya dan Mina untuk keliling mall bersama dengan kekasihnya, dan yang kedua karena Rose meminta putus dari June tapi lelaki itu bersikeras untuk menolaknya. Terjadilah cekcok di antara mereka berdua. Jihyo harus menengahi keduanya agar tidak terjadi perkelahian yang dapat mengganggu pengunjung cafe lainnya.
"Bun, aku mau keluar dulu ya? Nemenin Rose. Nggak lama, kok." Jihyo pamitan kepada bundanya yang sedang menonton TV.
"Naik apa kamu? Dijemput sama Rose?"
Bukannya menjawab, Jihyo malah menunjukkan layar ponselnya, "Naik ojol. Kasihan Rose kalau jemput nanti bolak-balik. Nanti pulangnya aja dianterin sama dia atau nggak ya minta tolong sama Bang Sungjin."
Bundanya Jihyo hanya mengangguk mengiyakan. Wanita yang sedang menikmati menonton televisi itu berpesan agar Jihyo tidak pulang terlalu malam. Jihyo hanya mengangguk, lantas keluar rumah untuk menunggu ojek online yang dipesannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Sidekick to Significant Other
Teen FictionSebelumnya, Jihyo tak pernah membayangkan jika Mingyu mampu membuat jantungnya berdebar tak normal. Mereka teman sedari kecil. Bahkan pernah mandi bersama saat berusia lima tahun. Maka untuk meyakinkan perasaannya sendiri, Jihyo mulai melakukan aksi...