Hari Sabtu pagi, Jihyo sudah menjadwalkan dirinya untuk lari pagi mengelilingi lapangan kompleksnya. Biasanya disana sudah ramai pada pukul enam begini. Segera dipakainya sepatu berwarna putih yang disimpannya di dalam lemari.
"Bunda.. Jihyo mau pergi lari dulu ya." Izinnya kepada sang bunda yang sibuk dengan sayur di meja dapur. Jihyo tidak sempat menyomot buah atau roti yang selalu tersaji di meja. Ia hanya membawa ponsel serta beberapa uang di saku celananya.
Keluar dari pagar rumah, ia sempat melihat rumah Mingyu yang masih damai. Artinya lelaki itu masih tidur. Tak heran hari Sabtu begini pasti lelaki itu akan bangun pada jam 1 siang.
Random banget sih, tapi Jihyo malah teringat dengan adiknya Mingyu. Namanya Kim Dahyun. Mereka hanya selisih satu tahun. Dahyun berkuliah di luar kota. Jadi gadis itu hanya pulang beberapa kali dalam satu bulan.
Mingyu dan Dahyun itu seperti bukan saudara. Keduanya sangat berbeda. Jika Mingyu tinggi, maka Dahyun tingginya kurang. Jika Mingyu memiliki kulit kecoklatan, maka Dahyun memiliki kulit seputih susu. Intinya kalau mereka disandingkan, orang-orang tidak akan terpikirkan jika mereka adalah adik kakak.
Jihyo sampai di lapangan kompleksnya. Tidak terlalu ramai ternyata. Ada beberapa orang yang berlari mengelilingi lapangan, ada juga yang sedang duduk-duduk di taman dekat lapangan. Lalu ada beberapa anak kecil yang berumur sekitar 5 tahun sedang bermain bola diawasi orang tuanya.
Kakinya langsung pacu dengan pelan. Ia berlari pelan mengelilingi lapangan. Lama kelamaan, langkahnya semakin ia percepat.
Jihyo memiliki tujuan dari olahraga rutin yang dilakukannya dua minggu sekali ini. Dia ingin kurus dan tinggi. Diam-diam gadis itu sering insecure melihat Rose dan Mina. Badan mereka sangat ramping. Sedangkan Jihyo memiliki badan yang berisi. Jihyo kan.. juga ingin memiliki badan yang disukai banyak cowok.
"Jihyo?"
Merasa seperti ada yang memanggil namanya, Jihyo mendongakkan kepalanya. Netranya mendapati Jeon Jungkook yang sedang duduk di salah satu bangku dan sedang menutup botol minum.
"Hai!" Tangannya melambai menyapa Jungkook. Gadis itu kemudian memutuskan untuk berhenti berlari dan duduk di samping Jungkook. Padahal ia baru berlari mengelilingi setengah lapangan. "Kok bisa disini?"
Tangan Jungkook menunjuk sepeda yang terparkir tak jauh dari tempat mereka duduk. Jihyo hanya mengangguk mengerti, "Lari sendirian?"
"Iya. Kiming masih molor. Jadi sendirian deh. Lo juga sendirian?"
Jungkook mengangguk. Lelaki itu lantas menunduk, mengencangkan tali sepatunya, "Ayo gue temenin lari."
"Eh?"
Jihyo terkaget dengan Jungkook yang terlihat cukup bersahabat kali ini. Ia lantas melangkahkan kakinya menyusul Jungkook.
"Kaki gue pendek. Larinya pelan aja."
Dan Jihyo dapat mendengar sekaligus melihat tawa Jungkook yang cukup langka. Lelaki itu memelankan langkahnya. Mengimbangi cara berlari Jihyo yang cukup santai.
Jihyo lari begitu sudah ngos-ngosan, tapi bagi Jungkook itu baru seperti pemanasan saja.
"Mangkanya jangan pendek-pendek jadi orang."
Jihyo mencebikkan bibirnya, "Ya kan? Mangkannya ini gue olahraga biar tinggi. Biar kurus juga sih."
"Menurut gue lo udah ideal kok badannya."
Jihyo menoleh, memastikan jika yang bersamanya memang Jeon Jungkook dan bukan Jung Jaehyun. Tapi.. memang benar Jungkook sih.
"Menurut gue tuh ideal ya kayak Rose atau Mina. Lo tahu mereka kan?" Jungkook mengangguk. "Slim gitu badannya. Atau nggak gitu kayak Dahyun deh. Meskipun dia nggak tinggi, tapi seenggaknya dia nggak gendut kayak gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
From Sidekick to Significant Other
Teen FictionSebelumnya, Jihyo tak pernah membayangkan jika Mingyu mampu membuat jantungnya berdebar tak normal. Mereka teman sedari kecil. Bahkan pernah mandi bersama saat berusia lima tahun. Maka untuk meyakinkan perasaannya sendiri, Jihyo mulai melakukan aksi...