Sebelumnya, Jihyo tak pernah membayangkan jika Mingyu mampu membuat jantungnya berdebar tak normal. Mereka teman sedari kecil. Bahkan pernah mandi bersama saat berusia lima tahun. Maka untuk meyakinkan perasaannya sendiri, Jihyo mulai melakukan aksi...
Baru kali ini ia tidak begitu tertarik ketika Dowoon datang ke rumahnya. Memang ramai-ramai bersama anggota Enam Hari yang lain, tapi kan biasanya ia sedikit cari perhatian.
Jihyo masih menekuni jawaban yang tertera pada layar laptopnya. Dengan serius ia membaca kalimat demi kalimat balasan dari ChatGPT. Iya, dia tuh lagi konsultasi sama AI!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Tuh kan!!" Serunya sedikit keras. Jihyo kembali mengetikkan pertanyaan finalnya. Berharap agar ada yang membantu memahami pikiran dan hatinya.
Brakk!
Dengan kasar, ia menutup layar laptopnya.
Memang tidak berguna. Bahkan teknologi canggih saja tidak mampu menjawab pertanyaannya. Lalu ia harus bertanya kepada siapa?
Seingatnya, ia dulu tidak pernah bersikap kekanakan seperti ini. Jihyo mendengus mengingat ia baru saja berkonsultasi dengan AI.
Kepalanya menoleh ketika pintu kamarnya diketuk, "Dek, lo udah bangun belum?"
"Udah Bang, kenapa?" ujarnya sedikit nyaring tanpa perlu susah payah untuk membuka pintu.
"Dicariin Dowoon, nih!"
"Iya sebentar!"
Jihyo panik. Setelah mandi tadi, ia tidak langsung mengaplikasikan riasan di wajahnya. Ia hanya tampil apa adanya anak rumahan. Kaos kebesaran dan celana pendek, tentu saja dengan wajah tanpa riasan lengkap dengan rambutnya yang acak-acakan.
Dengan cepat, ia mengambil sisir untuk merapikan rambutnya. Lantas memakai lipbalm supaya bibirnya tidak kering.
"Hai!" senyuman Dowoon langsung terlihat ketika pintu kamar Jihyo terbuka.
"Hai, Kak. Kenapa nih? Mau ngajakin jalan ya?"
"Emangnya lo mau, Dek?"
"Mau sih, tapi hari ini lagi males," Jihyo mengerucutkan bibirnya. Ia tidak mungkin menolak ajakan keluar dari Dowoon. Tapi hari ini moodnya mendadak kurang bagus. Jadi alangkah lebih baik jika ia berdiam diri di rumah dan menghabiskan waktunya untuk menonton film atau drama korea. Netranya melihat ke arah Dowoon yang berdiri kaku di depan pintu kamarnya, "lo mau masuk nggak, Kak?"