Lima

92 20 3
                                    


"Lagian kenapasih Gyu kok Jihyo bisa ngambek sama kamu?"

Mingyu mengurungkan niatnya untuk mengambil potongan semangka di atas meja. Ia lantas menatap Ji Won. Bundanya Jihyo itu sedang membereskan makanan di atas meja makan.

Sore setelah mencuci motor, Jihyo tak kunjung bertandang ke rumahnya. Sudah mencoba telepon dan juga mengirimkan pesan, namun gadis itu tak menggubrisnya. Bisa dipastikan jika Jihyo ngambek. Oleh karena itulah tepat jam 7, Mingyu memutuskan untuk mendatangi Jihyo.

Bertepatan dengan Jihyo dan keluarga yang telah menyelesaikan acara makan malam mereka. Melihat Mingyu, Jihyo langsung naik ke atas kamarnya. Sambil menghentakkan kakinya menapaki satu persatu anak tangga.

Sebenarnya Mingyu gemas juga melihatnya, tapi kalau dipikir lagi.. Jihyo kalau marah lebih ke menakutkan. Gadis itu takkan menggubris Mingyu sama sekali. Menganggap lelaki itu tak kasat mata.

"Tadi sore Mingyu olesin mukanya Jihyo pake busa, Bund."

"Busa apa emangnya kok sampai ngambek kaya gitu?"

"Busa sabun buat bersihin motor, hehehe."

Melihat Mingyu yang nyengir, Jiwon menggelengkan kepalanya. Tersenyum maklum atas kelakuan anaknya yang ngambek dengan anak tetangga sebelah rumah, "Pantes aja dia dari tadi di kamar terus. Turun pas makan doang."

"Ya kan niatnya bercanda doang tadi."

"Ya udah susulin Jihyo sana. Kalau masih ngambek bilang aja kamu nggak mau nebengin dia lagi."

Mingyu tersenyum, lelaki itu lantas naik ke lantai dua untuk menuju kamar milik Jihyo. Pintu kamar gadis itu tertutup. Sebelum mengetuknya, ada Bang Sungjin yang keluar dari kamarnya. Sempat heran melihat Mingyu, namun kemudian menyuruh lelaki itu langsung masuk saja.

Cklek..

"Dek, ada Mingyu nih!"

"Thank you, Bang." Sungjin mengangguk, lantas turun ke lantai bawah entah untuk apa.

Di dalam kamar, Jihyo sedang duduk di atas karpet. Gadis itu terlihat sedang mengerjakan sesuatu, terlihat dari laptop yang berada di depannya.

"Ji..."

Mingyu berjalan mendekat, namun Jihyo sama sekali tidak bergeming. Matanya lurus menatap laptop. Tangannya kemudian terulur mengambil earphone dan memasangnya.

"Astaga Jihyo.. lo beneran ngambek sama gue?" Mingyu mengambil duduk di seberang Jihyo. Punggungnya bersandar pada sofa kecil di sudut kamar.

"Maaf deh, Ji. Kan gue nggak sengaja. Lagian kalimat lo tadi tuh agak... vulgar."

Jihyo mendongak, melepas sebelah earphonenya dan menatap Mingyu dengan sengit. "Harusnya lo bisa bedain mana bercanda mana serius. Gue juga masih waras mau ngajak lo mandi bareng!" Ujar Jihyo dengan nada yang sedikit meninggi.

Tak mau kalah, Mingyu juga menjawab dengan nada yang tak kalah tinggi, "Ya harusnya lo nggak sembarangan gitu. Masih untung gue yang lo becandain. Kalo cowok lain terus lo diapa-apain gimana? Mau dianggap murahan?"

Jihyo tertawa sarkastik. Laptop di atas meja kecilnya langsung ditutup dengan kasar, bersamaan dengan sebelah earphone yang dilepasnya dari telinga. Detik itu juga, Mingyu tahu jika omongannya kelewatan. Padahal dia hanya ingin memberitahukan hal yang baik kepada sahabatnya itu.

"Jadi lo nganggep gue gitu ya? Oke makasih. Gue mau tidur. Lo mending keluar dari kamar gue."

Mingyu menghela nafas. Merasa bersalah melihat Jihyo yang tiduran di atas kasurnya, membelakanginya tentu saja.

From Sidekick to Significant OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang