ℭ𝔥𝔞𝔭𝔱𝔢𝔯 17

7 0 0
                                    

Surat dari Pavel yang telah Erna nantikan selama beberapa hari terakhir, akhirnya tiba di hari ketiga penantian panjangnya. Untungnya Viscount Hardy dan istrinya sedang tidak berada di rumah besar itu.

Lisa telah menerima surat itu dari tangan anak laki-laki pengantar surat, bukan dari tukang pos dan buru-buru berlari ke lantai atas saat melihat dari siapa surat itu berasal. Namun, setelah mengetuk pintu berulang kali dan tidak ada jawaban, ia tidak punya pilihan lain selain membuka pintu sedikit. Erna, yang sedang duduk di depan meja kerja, jelas terganggu, berdiri kaget oleh suara pintu yang tiba-tiba terbuka. Bunga mawar buatan yang dipegangnya sejak pagi masih belum selesai. Rasanya tidak seperti dirinya yang sudah hafal prosedur membuat bunga, sehingga ia bisa melakukannya dengan mata terpejam, namun justru tidak bisa menyelesaikan satu bunga pun.

"Surat yang Anda tunggu-tunggu akhirnya tiba! Ini adalah surat dari Tuan Pavel Lore."

Lisa meletakkan surat itu langsung ke tangan wanita muda itu, yang berjalan tertatih-tatih seperti anak kecil yang tertangkap basah melakukan sesuatu yang buruk sambil menghindari tatapan lawan bicaranya. Begitu mendengar kata-kata pelayannya, Erna segera mendapatkan kembali senyum cerahnya.

"Anda harus menjawab sekarang, Nona."

Mendengar desakan Lisa, matanya membelalak.

"Sekarang juga?"

"Ya, kurir yang membawa surat ini sedang menunggu di halaman belakang. Dia menyampaikan bahwa Tuan Lore ingin segera mendapatkan balasan dari Anda."

Terganggu oleh kata-kata yang tak terduga dari pelayannya, Erna melihat surat di tangannya sekali lagi; yang berisi undangan dari Pavel untuk berjalan-jalan bersama di sepanjang tepi sungai malam ini.

Ia segera duduk di mejanya dan memutuskan untuk menuliskan jawabannya. Karena terburu-buru, beberapa tetes tinta akhirnya menetes di kertas, tetapi tidak ada waktu baginya untuk mengambil kertas baru yang bersih dan menulis balasannya dari awal lagi.

Tidak lama kemudian, Lisa menerima surat yang lilinnya bahkan belum mengeras, tetapi sekarang bukan waktunya untuk bermain-main, karena ia harus meninggalkan kamar dengan terburu-buru. Setelah suara langkah kaki menghilang di lorong, Erna akhirnya menghembuskan napas yang tak disadarinya telah ia tahan.

'Akhirnya saya akan bertemu dengan Pavel malam ini.'

Begitu dia berpikir bahwa akhirnya dia akan bertemu dengan sahabat satu-satunya, perasaan tidak adil dan cemas menghantam hatinya.

Dia tidak bisa secara terbuka mengatakan kepada siapa pun apa yang terjadi antara dia dan sang pangeran, bahkan kepada Pavel. Itu karena apa yang terjadi sangat tidak masuk akal, dia takut jika hanya sebagian kecil dari keseluruhan situasi yang terjadi akan menimbulkan kesalahpahaman. Tidak hanya memegang pergelangan tangannya, tubuh mungilnya bahkan akhirnya terjebak di bawah tubuh pria yang dibencinya. Yang lebih buruk lagi, bibir pria itu menyentuh tengkuknya selama peristiwa traumatis itu. Hal yang tidak bermoral seperti itu bisa membuat neneknya pingsan karena shock jika dia tahu apa yang telah terjadi.

Erna sekali lagi menyentuh tengkuknya yang sekarang memiliki bekas merah karena kebiasaannya menggosok-gosok tengkuknya selama beberapa hari terakhir. Semakin ia berusaha menghapus ingatan terkutuk itu, semakin jelas ia mengingat kejadian yang terjadi kemarin.

Nafas sang pangeran yang tidak teratur.

Sensasi dari napas Pangeran yang panas dan lembab di kulitnya.

dan berat tubuhnya yang besar dan tegap yang membuat Erna merasa terintimidasi.

Dia dapat mengingat semua itu dengan jelas seolah-olah dia mengalaminya sekarang.

𝕭𝖏𝖔𝖗𝖓, 𝕸𝖞 𝕻𝖔𝖎𝖘𝖔𝖓𝖔𝖚𝖘 𝕸𝖚𝖘𝖍𝖗𝖔𝖔𝖒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang