ℭ𝔥𝔞𝔭𝔱𝔢𝔯 28

5 0 0
                                    

Lisa mondar-mandir tanpa lelah di sepanjang jalan di belakang mansion. Viscount dan istrinya akan segera kembali dan jika Erna tidak ada di mansion...

Lisa bergidik ngeri membayangkannya. Dia benci membayangkan bahwa majikannya akan dihukum karena kesalahannya.

Apa yang bisa dia lakukan? Dia tidak bisa menyembunyikan surat dari Ratu. Jika Erna tidak hadir memenuhi panggilannya, dia akan mendapat masalah yang lebih besar, begitu juga Lisa.

Gejolak yang berputar-putar di dalam diri Lisa membuatnya merasa ada sesuatu yang tidak menyenangkan yang akan menimpanya dan dia tidak berdaya untuk menghentikannya. Hal itu membuatnya mudah tersinggung dan membuatnya mondar-mandir di jalan yang sama.

Ketika dia menerima pesan bahwa seseorang sedang mencari pelayan Lady Hardy, dia mengira itu adalah seorang bangsawan muda yang gagah dengan sepucuk surat yang berisi ungkapan perasaan, disertai dengan karangan bunga yang terlalu rumit.

Apa yang dia temukan adalah sebuah kereta kuda mewah, dengan seorang pelayan berwajah tegas menunggu di kaki tangga. Dia terdengar seperti orang yang paling tidak sabar yang pernah Lisa temui.

"Ratu telah memanggil Lady Hardy." Katanya.

Lisa tidak tahu apakah ia harus meminta maaf kepada pria itu, tapi ia langsung berlari menuju Erna dengan membawa pesan tersebut. Ketika Erna sampai di kereta, semuanya bergerak begitu cepat sehingga Lisa tidak punya waktu untuk memproses apa yang baru saja terjadi.

Sang pelayan mengantar Erna masuk ke dalam kereta, Lisa tidak melihat ada orang lain di sana dan sebelum ia sempat bertanya, kereta itu sudah pergi.

Seharusnya ia mengikuti mereka, atau bahkan mungkin meyakinkan Erna untuk membawanya ke istana bersamanya, tapi ia tidak melakukannya, ia hanya berdiri di trotoar dan melihat mereka pergi.

Perutnya mendidih karena frustrasi. Lisa tidak bisa mengatasi kecemasan yang melilitnya. Dia merasa seperti mainan anak-anak yang ditiup angin terlalu jauh. Stres karena terus berada dalam posisi siaga itu sangat melelahkan. Pada akhirnya, semua itu keluar dalam sebuah desahan dan ia duduk di tepi jalan.

Rasa gugupnya bertambah ketika dia mendengar bunyi dentingan klip dan derak roda kereta. Awalnya ia merasa gembira, Erna akhirnya kembali dari istana. Kemudian rasa takutnya mengambil alih, bagaimana jika sang Viscount sudah kembali?

Rasa lega menyelimutinya saat ia melihat kereta yang sama yang telah menculik Erna datang di tikungan, ia hampir pingsan.

*✿❀ ❀✿*

Suara gunting yang terus menerus terdengar tidak pernah berhenti, kecuali pada larut malam saat sang pengguna gunting membutuhkan istirahat.

Erna menatap kosong ke arah meja kerjanya, pikirannya kabur sejenak. Suara gunting itu seperti sebuah nada hipnotis yang mengalihkan perhatiannya dari hampir semua hal. Ia meletakkan guntingnya dan mencoba mengingat-ingat bunga apa yang sedang ia buat.

"Mawar." Erna berbisik.

Ia memijat tangannya yang pegal dan sendi-sendinya yang berdenyut. Paviliun yang dipenuhi tanaman mawar yang sedang mekar, ombak yang tenang, dan suara burung camar dari kejauhan. Sebuah kenangan tiba-tiba muncul di benaknya. Kenangan akan meja yang dilapisi kain renda putih, keramik yang indah, dan wajah Neneknya yang begitu nyata.

Apa yang akan dikatakan Neneknya jika ia tahu bahwa cucunya telah bertemu dengan Ratu? Erna berpikir untuk menulis surat kepadanya, tetapi kemudian menghentikannya, apa yang akan dipikirkan Neneknya ketika dia menanyakan mengapa Erna bertemu dengan Ratu?

Keinginan untuk menulis surat kepada Neneknya segera memudar. Ia akan pingsan saat mengetahui Erna telah bertemu dengan Ratu untuk menjelaskan skandal antara dirinya dan Pangeran Bjorn. Hal itu tidak akan berakhir dengan baik, terutama segera setelah perceraian dan turun takhta.

𝕭𝖏𝖔𝖗𝖓, 𝕸𝖞 𝕻𝖔𝖎𝖘𝖔𝖓𝖔𝖚𝖘 𝕸𝖚𝖘𝖍𝖗𝖔𝖔𝖒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang