25. Perasaan yang menumbuh

13 13 0
                                    

❝ Tumbuhnya perasaan tidak pernah direncanakan❞

﹫kupukuputerbang006

°°°

Sagara menatap punggung Jeffrian, dari awal ia berniat untuk membangunkannya untuk pulang bersama. Namun beberapa kali juga Khavi melarangnya, tidak tahu pasti mengapa Khavi tidak mengizinkannya untuk mengajak Jeffrian. Perempuan itu hanya beropini jika Khavi masih kesal kepada Jeffrian, mungkin. Khavi mengajak kekasihnya untuk pulang dan menjauh dari gedung karena hari sudah mulai malam

°°°

Winata perlahan membukakan matanya, lantas memegangi kepalanya yang mulai kembali terasa pusing lagi. Selama 3 jam ia jatuh pingsan, pandangannya mulai membaik ketika ia sudah memposisikan dirinya terduduk.

Seragam sekolahnya sudah begitu kotor, pencahayaan di ruangan sangat gelap. Winata meraba-raba lantai guna mencari tas miliknya, namun baru saja akan meraih tali tas nya. Tiba-tiba saja dari arah depan, terdapat cahaya senter yang mengarah ke wajah Winata. Reflek ia memejamkan matanya dan mengangkat tangannya guna menghalangi matanya dari senter

"Lo udah jadi antagonis utama, Nata" Cakap seseorang dari kegelapan, suara tawa menggema di sudut ruangan

"Seru juga mancing lo sebagai umpan utama" Sambungnya lagi, Winata mengepalkan jari-jemarinya menahan emosi

"Udah? Udah dramanya? Drama seolah-olah gue yang jadi pemeran antagonis nya, padahal yang mengendalikan diri gue itu lo Jeffrian Adziro. Gue benci lo!"

"Gue yang seharusnya lebih tua dari lo, harus nerima kalo gue sebagai adek lo. Muak gue anjing! Lo manusia tapi hati lo iblis!"

"Lo sama aja kaya ibu lo yang jalang itu!" Pipi Winata terasa begitu panas seusai mengeluarkan beban-beban yang berada di otaknya, tak sampai dari situ. Winata di jambak dengan kasar oleh Jeffrian, kemudian menabrakkan jidatnya pada tembok dengan begitu kasar

Selama ini Winata dan Jeffrian adalah saudara beda ibu, dia lah yang pernah hampir melecehkan Winata pada saat tidak sengaja melihat Winata memakai pakaian piyama pendek. Ia juga yang selalu menonton perlakuan ayah dan ibu nya menganiaya Winata sampai perempuan tak bersalah itu terjatuh mengeluarkan darah segar, menurutnya begitu senang menonton pertunjukan yang tak berbayar itu. Dan ternyata, selama ini kisah-kisah hidupnya dimanipulasi agar terlihat menyedihkan. Namun nyatanya, berbeda 180°

"Dimana Khavi lo itu hah?" Sentak Jeffrian yang masih menjambak rambut panjang milik Winata

"Khavi lo datang ke sini buat nolongin orang tercintanya, Sagara Arshe. Bukan buat nyamperin lo, Nata" Jeffrian meremas jari-jemarinya agar Winata merasakan rambutnya tertarik, perempuan di bawahnya meringis kesakitan

"L─lepasin!" Sungut Winata, tampaknya Jeffrian tidak merasa iba terhadap kakak tirinya. Justru semakin menarik rambut sampai Winata kembali pusing lagi

"2 tahun lalu lo menang, menang karena ditolong Khavi. Tapi sekarang? Disini cuma ada gue dan lo, sampah keluarga"

Flashback

2 tahun yang lalu Winata sedang menikmati makanan di kantin, ia sengaja tidak ikut bersama teman-temannya karena merasa lebih nyaman. Tak lama setelah Winata menyantap makanannya, tiba-tiba saja Jeffrian bersama teman-temannya menghampiri meja Winata. Orang-orang yang melihatnya beropini jika Winata akan di goda oleh para anggota dan ketua Black Demon, namun ternyata dugaannya salah.

Makanan Winata dituangkan air susu vanilla dengan sengaja oleh Jeffrian, tindakan yang dilakukan Jeffrian membuat Winata tersentak terkejut sampai menggebrakkan meja.

"Maksud lo apa?!" Sungut Winata tak terima dengan tindakan Jeffrian

"Disini lo lebih berani ya?" Pertanyaan dari Jeffrian membuat nyali Winata menciut, tak berselang lama Jeffrian bertindak yang diluar perkiraan. Ia mencekram dagu perempuan di hadapannya, lalu mendorongnya dengan kasar. Tindakan itu tidak berlangsung terlalu lama, karena ada seseorang yang mencegah perbuatan semena-mena yang dilakukan ketua Black Demon

"Lo pengecut, cuma berani sama cewe. Lo cowo bukan?" Intonasi suara seorang laki-laki yang menolong Winata sedikit meninggi

"Khaviar Abrar" Ucap Jeffrian membaca name tag yang tertera di baju seragam seseorang yang menghalangi perbuatannya

"Punya nyali juga lo" Sambungnya dengan nada mengejek

"Pergi, atau gue lapor pak Cakra" Ancam Khavi yang membuat anak Black Demon bubar dengan ekpresi marah

"Makasih banyak ya udah nolongin gue, gue Winata anak kelas─"

"Gue udah tau" Potong Khavi, ia kembali ke meja makannya tanpa sepatah katapun lagi. Tak di sangka, tindakan menolongnya membuat Winata terbawa perasaan

 Tak di sangka, tindakan menolongnya membuat Winata terbawa perasaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flashback off

°°°

"Gimana? Gimana Nata, lo selalu menjadi sampah" Caci-makian Jeffrian lagi-lagi merendahkan kakak tirinya itu

"LO BISA STOP GA ANJING!" Winata memegang tangan Jeffrian yang masih memegangi rambutnya, menendang bagian privasi Jeffrian agar laki-laki itu terjatuh terduduk.

"ANJING!" Umpat Jeffrian

Winata berlari seraya mengambil tasnya, membuka pintu dan pergi meninggalkan ruangan itu.

°°°

"Kenapa hidup gue terlalu banyak masalah? Apa yang harus gue lakuin?" Angin menari kesana kemari, hening dan sepi. Winata menenangkan dirinya di taman yang tak jauh dari kota, ia menatap langit malam yang dipenuhi dengan ribuan bintang.

"Lo sering jadi penjahat, Winata" Winata yang mengetahui ada orang lain selain dirinya, dengan reflek berbalik badan. Alaya, tersenyum ketika atensi Winata sepenuhnya menatap Alaya.

"Lo kesini mau caci-maki gue? Caci-maki aja gapapa, gue sampah" Ucap Winata seraya berbalik kembali

"Lo salah, kita ke sini bukan buat caci-maki lo. Disini gue mau bilang sesuatu, lo ikut gue ke rumah" Kini Sagara berjalan mendekati Winata, Winata menatapnya bingung

"Mau ngapain? Mau aduin gue ke orangtua lo?" Curiga Winata menatap mata Sagara

"Ikut aja" Ajak Sagara sedikit memaksa, tidak ada pemberontakkan dari Winata. Perempuan itu mengikuti langkah Sagara

°°°

Khavi & Sagara ✔️EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang