EPILOG

8 3 0
                                    

❝ Terimakasih banyak atas semua coretan dan lukisan yang pernah kita lakukan, sampai jumpa di kehidupan selanjutnya Arshe❞

°°°

Taburan bunga mawar berserakan di gundukan tanah, dengan nisan yang tertulis dengan jelas Sagara Arshe. Bagaikan memahami perasaan pria yang sudah menginjak usia 21 tahun, langit mengeluarkan tetesan air hujan yang kemudian membasahi tanah disekitarnya dan pria yang terduduk di samping gundukan tanah.

Tak ada tenaga lagi untuk menahan air mata yang sedaritadi terus-menerus ingin keluar, sehingga setelah ia pasrah dan mulai mengeluarkan air matanya. Secara langsung pipinya terbanjiri ribuan tetesan air mata, dan bercampur dengan air hujan yang mulai membasahi seluruh tubuhnya.

"Aku pulang, Arshe" Ujar Khavi dikala jari-jemarinya mengelus batu nisan

Perempuan yang dulunya selalu mengisi kekosongan hati dan harinya, dengan cerewetan dan keceriaan yang ia pencarkan. Namun kini semuanya telah pupus, perempuan yang menjadi pemenang di hatinya sudah beristirahat untuk selamanya. Jika saja waktu dapat diputar kembali, ia dengan rela untuk ditembak peluru sampai mati. Namun takdir berkata lain, takdir mengambil bagian penting dari hidupnya. Tangisannya mulai deras kala mengingat kenangan manis yang sudah mereka lukis diatas buku takdir, semua kenangan dulu menari-nari diatas pikirannya. Langit yang semula terlihat sedikit mendung, kini berubah berwarna biru langit dengan pelangi yang menghiasi kekosongan langit. Begitu indah untuk dipandang, Khavi menatap ke atas menatap pelangi yang begitu indah.

"Itu kamu ya, She?" Senyuman manis terukir dibibir pria itu, kemudian menatap kembali ke arah gundukan tanah

"Arshe, selama bertahun-tahun, aku terlihat ga baik-baik aja. Aku berantakan She, aku hancur. Jeffrian─"

"Cowo bajingan itu di penjara, She. Selama 7 tahun 5 bulan, mending di hukum mati aja ga sih? Haha, pasti kalo kamu masih ada. Kepala aku langsung di toyor ya? Haha..." Pria itu diam seketika untuk menormalkan perasaannya yang sejak tadi merasa sesak yang mendalam

"Kenapa kamu lindungi aku, Arshe? Kenapa kamu engga biarin aku di tembak? Kenapa kamu engga biarin jantung aku robek karena peluru? Kenapa harus kamu, sayang?"

"Sebegitu besar cinta kamu ke aku, Arshe?" Ribuan pertanyaan terus terucap, walaupun ia tau jika tidak akan ada jawaban yang menjawab ribuan pertanyaannya.

Matahari bersinar dengan terang kembali dikala awan yang menghalanginya pergi tertiup angin, sehingga mengembalikan suasana hangat di tengah-tengah suasana dingin. Hujan masih terus berlanjut, tidak menggoyahkan Khavi yang sudah satu jam berada di kuburan Sagara untuk pergi pulang. Mau sebanyak apapun orang-orang bersedia menjadi rumah untuk pulang, Khavi tetap enggan untuk menetap. Karena tujuan pulangnya tetap perempuan yang berharga di hidupnya, Sagara Arshe.

Sejak 3 tahun silam terjadinya Sagara meninggal dunia, sejak saat itu Khavi menjadi lebih murung dari sebelumnya. Tidak ada satu perempuan pun yang mengambil posisi Sagara di hatinya, sudah banyak perempuan yang ingin sekali menggantikan posisi Sagara namun ditolak secara mentah-mentah oleh Khavi. Sehingga sampai saat ini, ia masih menyibukkan diri di dunia pekerjaan. Berharap dapat lupa akan kejadian yang merengkut nyawa Sagara, namun tetap saja tidak bisa. Keluarga Sagara bahkan sudah pindah ke kota lain, beralasan ingin lebih mengikhlaskan semuanya. Awalnya keluarga Sagara ingin memindahkan makam Sagara seperti dulu mereka memindahkan makam ayah Sagara, tetapi hal itu tidak disetujui oleh bang Fardan. Karena akan lebih memakan waktu untuk memindahkan sekaligus 2 makam, pada akhirnya makam Sagara dan ayahnya tetap berada di TPU kota Bandung.

Setiap pulang kerja, Khavi menyempatkan diri untuk pergi ke makam Sagara. Dari sanalah ia bisa bercerita tentang kesehariannya di tempat kerja, dan menangis jika ia merasa rindu. Dikala rindu menyerang, perasaan sesak dan bingung terus saja menggerogoti hatinya. Hujan mulai mereda, ini saatnya ia untuk pulang ke rumah. Khavi mengecup batu nisan Sagara, menandakan kecupan perpisahan.

"Aku pulang dulu ya, tenang disana Sayang" Pria dengan jangkung 175cm dan berpakai jas hitam berjalan meninggalkan area TPU

°°°


Sepulang dari pemakaman, Khavi mengambil handuk dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Rutinitas setiap harinya seusai pulang kerja, suasana hangat dari rumahnya tidak mampu menghangatkan hati yang mulai membeku. Sejak ia memiliki pekerjaan tetap, Khavi memilih untuk membeli rumah dengan harga 20 juta.

20 menit kemudian, Khavi keluar dari kamar mandi dengan menggunakan pakaian baju kaos dan celana pendek berwarna hitam. Karena belum makan dari siang, cacing-cacing di perutnya memberontak ingin makan. Pria itu segera turun dari kamar dan berjalan menuruni anak tangga, dipertengahan jalan Khavi menangkap temannya yang sudah terduduk di sopa depan televisi.

"Sejak kapan lo ada disini?" Tanyanya yang kemudian melanjutkan langkahnya

"Dari tadi, gue panggil-panggil kagak nyaut lo" Sungutnya dengan kesal lalu disambut tawa kecil di akhir kalimatnya

"Lo udah ada yang baru?" Tanya Khaell sembari melihat punggung Khavi yang sibuk memasak ayam yang sudah dimarinasi sejak kemarin, kegiatan memasaknya terganggu sesaat kemudian melanjutkannya kembali

"Belum, gue belum dapet sama sekali. Gue mau cewe yang kepribadiannya di atas Sagara" Ujar Khavi menyahut pertanyaan Khaell

"Hubungan lo sama Aluna, aman?"

"Aman, bulan September mau tunangan" Jawab Khaell

Khavi tersenyum getir disaat mendengar ucapan Khaell, jujur saja ia sangat iri. Mungkin jika Sagara masih ada, ia juga sudah tunangan atau bahkan sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Lagi dan lagi, Khavi menyalahkan takdir yang berkehendak.

"Syukurlah, jaga baik-baik cewe lo. Jangan sampe kenapa-kenapa" Ujar Khavi yang masih sibuk dengan masakannya

"Aman, makasih bro"

°°°

Di alam yang berbeda, perempuan berparas cantik sedang menyaksikan kegiatan Khavi dan temannya. Kesedihan yang mulai terpancarkan kian semakin besar, ia juga sedih meninggalkan orang-orang tersayangnya. Akan tetapi, ia tidak dapat melakukan apa-apa. Tiba-tiba tangan kekar mengelus surai rambut panjang yang terurai, membuat perempuan berparas cantik itu tersentak terkejut.

"Ada pria yang mencintai putri kecilku dengan hebat" Ucap papa Sagara

"Papa, jika memang nanti terlahir kembali. Aku ingin menjadi anak ayah dan bunda, serta menjadi kekasih seumur hidup Khavi. Pria dengan wajah tampan dan menawan terkekeh pelan, kemudian menganggukkan kepalanya

"Iya putri kecil papa"

"Terimakasih, papa. Sheshe sayang papa" Perempuan tersebut memeluk tubuh ayahnya dengan erat

"Papa sayang Sheshe"

°°°
Perang telah benar-benar usai, sampai jumpa di kehidupan lain dengan takdir menua bersama Khaviar Abrar.

Khavi & Sagara ✔️EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang