03. Kenal

36 19 0
                                    

"Banyak orang yang merasa dirinya jago, padahal mah mental squad"

---°^°---

Sesuai perjanjian, aku datang ke taman belakang. Dan wow, mereka sudah berada di sana. Dengan sang fans-nya, cih menjijikan. Langkah ku mulai menjadi berjalan, aku menghampiri mereka.

"Ternyata mau di saksiin ya? Seangkuh itu ya? Menjijikan" Sarkas ku, wajah Jeffrian terlihat sudah terpancing emosi

"Bubar kalian semua, tinggalin gue sama cewe sok jagoan ini" Titahnya, yaa seperti pemuja-pemuja pada umumnya. Mereka bubar ketika SANG PUJAANNYA menyuruh mereka untuk bubar

Aku tersenyum remeh, lagi dan lagi aku hanya bisa tersenyum remeh karena tingkah lakunya.

"Gue jago karate, gampang kalo ngalahin yang sok jagoan mah" batinku, aku melempar tas ku ke asal arah. Kemudian, aku meregangkan otot-otot ku untuk pemanasan

"Ayo sini" aku menantangnya, ntah darimana keberanian untuk melawannya begitu kuat dan tidak mengenal takut kalah

Dengan ke-emosian nya, Jeffrian memulai pertarungan. Jeffrian ingin menonjok bagian kepala, namun dengan reflek cepat aku menghindar. Lalu sebagai perlawanan, aku menonjok bagian perut. Dan berhasil membuat Jeffrian meringis, tidak ingin menyia-nyiakan waktu dan kesempatan emas ini. Aku memeluk tubuhnya, dan ku kira ini akan sulit. Namun nyatanya tidak, aku melayangkan smackdown dan sebagai tanda terakhir aku melayangkan tonjokan di pipinya.

Aku menatapnya dengan tajam, mencari tatapan mencurigakan. Bughh kepala ku mulai pening dan lumayan sakit, aku berbalik untuk melihat siapa yang berani merusuhkan pertarungan duel. Ck dasar lemah, bawa kawan. Untung saja reflek ku cepat, sehingga layangan pukulan yang kedua tidak mengenai kepala ku lagi.

"Takut kalah?"

"Anjing, Kiel lo ngapain ikut campur!" Seru Jeffrian

"Gue ga mau lo babak belur tolol" Sahutnya

"Hahaha, kocak juga temen lo. Oke, pake senjata nih?" Aku mengambil kayu bekas bangku rusak, aku mengambil kayu yang tertanam paku

"Sagara anjing gausah di lawan!" Seru Jeffrian lagi, oh? Dia mengenal namaku ya?

"Oke gue ga ikut campur" Kiel menjatuhkan kayu yang ia pegang, begitupun dengan ku. Aku menatap Jeffrian lagi yang belum bangkit

Detik itu juga, Jeffrian bangkit dengan serangan mendadaknya. Jeffrian menonjok bahu ku, aku hampir terhuyung ke belakang, namun aku tegaskan sekali lagi. Aku memiliki reflek yang bagus dan cepat, sehingga aku tidak akan pernah lengah untuk melawan.

•••

Pertarungan sengit terjadi di halaman taman belakang sekolah, tidak ada yang mengalah ataupun mau ngalah. Kedua nya saling membabi-buta untuk membuat mangsa nya terluka, Sagara dengan ilmu karate nya dan Jeffrian dengan ilmu bela diri yang diajarkan oleh teman-temannya. Namun, kali ini pertarungan dapat dimenangkan oleh Sagara. Karena kelincahan dan teknik membela dirinya begitu kuat, ini alasan mengapa bang Fardan mendaftarkan Sagara ke dalam kelas karate.

"See? Lo menang kalo antek-antek lo ikut campur, lo kalah. Mau gimanapun, gue anak karate dan lo cuma dapet ilmu dari teman-teman lo. Payah, berguru sama temen sendiri. Malu ga? Liat di sana, banyak pemuja lo. Pasti pemuja lo pada kecewa, lo gausah punya urusan lagi sama kelas gue. Sekalipun itu berurusan sama Genta, dia temen gue. Dan gue tegasin lagi Lo. Menang. Kalo. Antek-antek. Lo. Ikut. Campur." Ucapku penuh penekanan, aku mengambil tas ku yang tergeletak di rerumputan. Lalu meninggalkan Jeffrian yang menahan amarahnya, aku berjalan dengan tangan yang membenarkan rambut yang acak-acakan. Tiba-tiba handphone ku bergetar, dengan terburu-buru aku mengangkat telpon

"Halo bang? Bentar yaa, ade mau ke depan" Aku langsung mematikan telpon secara sepihak, sial aku harus membersihkan darah yang berada di hidung serta di sudut bibir. Namun, kesialan datang lagi. Bang Fardan sudah berada di depan gerbang, aku menghampiri wastafel yang berada di depan kelas MIPA. Saat aku ingin menyalakan wastafelnya, airnya habis. Kritis air, aku mulai panik. Bang fardan akan marah besar jika aku ketauan berantem, tapi sudahlah. Aku tidak ada cara lain untuk menghindar, aku mencoba memberanikan diri untuk terus melangkah kearah gerbang

Saat di gerbang, abang sudah menatapku dengan tatapan tajam nya yang ia punya. Aku bergidik ngeri detik itu juga, dada ku mulai naik turun. Tatapan bang Fardan mengintimidasi ku, aku mencoba untuk tetap tenang dan damai

Ketika sudah saling berhadapan, bang Fardan mengeluarkan ocehan demi ocehan membuat telingaku sakit.

"Kalo bunda tau gimana? Hidung kamu berdarah, sudut bibir kamu berdarah, area mata kamu ada yang luka. Kamu mau jadi preman di hari pertama kamu sekolah? Gimana kalo kamu di suruh panggil bunda? Bunda bisa shock" Aku menggaruk tengkuk yang tidak gatal, bang Fardan sekalinya ngoceh mengalahkan bunda. Hebat

"Udah bang, masih di sekolah. Takutnya ada yang denger, apa lagi guru. Ayo berangkat, aku mau bersih-bersih" Jawabku dengan santai kemudian berjalan dan masuk kedalam mobil, abang ku mengalah. Ia mengikuti ku dan menjalankan mobil

"Di laci ada kotak P3K, itu juga bunda yang naruh. Obatin sebelum kita sampe rumah, nanti bunda marahin kamu" Aku segera mengambil kotak P3K, ketika di buka. Banyak perlengkapan dan obat-obatan di dalamnya, aku mengambil alkohol dan kapas

"Kipas yang ade suka taruh di sini, di ke manain bang? Tanyaku, bang Fardan menoleh ke arahku sebentar lalu pokus lagi menyetir namun tangan nya bergerak dan mencari sesuatu di laci

"Nih, abang sengaja mindahin kipas kamu. Biar engga di pake sama pacar abang" Ucapnya sambil menyodorkan kipas yang berbentuk bear, aku mengambilnya tanpa berkutik lagi

Suasana di dalam mobil begitu hening, aku yang pokus mengobati luka dan bang Fardan yang pokus menyetir

"Kamu kenapa bisa babak belur gitu?" Tanya bang Fardan mencairkan suasana

"Ada circle yang sok keras" Jawabku

"Cewe?"

"Cowo"

"Lah? Kamu ngelawan cowo dek? Kamu kalah?"

"Gila aja kalo kalah, menang lah pasti"

"Keren adeknya abang, emang siapa namanya?"

"Siapa ya, ade lupa" Aku kembali mengingat-ingat nama lelaki yang aku ajak berantem

"Oh, si Jeffrian" Ucapku setelah mengingatnya

"Jeffrian Adziro?" Tanyanya, aku mengalihkan pandanganku ke arah bang Fardan dan menatapnya dengan serius

"Iya, abang kenal?" Tanya ku lagi

"Kenal, dia adeknya temen abang"

"Oh"

---°^°---

Fardan Aldiansyah

---°^°---

---°^°---
Continue

Khavi & Sagara ✔️EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang