26. Sebuah perasaan campur aduk

12 14 0
                                    

❝ Jika tidak bisa merawatnya dengan baik, balikkan saja kepada saya. Bajingan sepertimu tak pantas untuk dipanggil seorang ayah❞

Shena Amara

°°°

Kepulangan Sagara ternyata ditunggu-tunggu oleh Bunda, bang Fardan dan juga bang Rasya. Dari luar saja sudah terasa begitu hangat suasana di dalam rumah, Winata bisa merasakannya. Sampai dimana ia tanpa sengaja menatap wajah Bunda Sagara, detakan jantung seperti ingin mengatakan sesuatu. Sagara, Alaya, Khavi, Khaell dan juga Winata masuk ke dalam rumah.

"Winata, ganti baju dulu yuk sama gue. Pake baju gue aja" Ajak Sagara, respon Winata hanya menggeleng menolak

"Kenapa? Ini rumah lo juga, Nata" Sambung Sagara yang membuat mereka menatap bingung, tidak paham dengan maksud dari perkataan Sagara.

Sagara memaksa Winata untuk ikut ke dalam kamarnya, tetapi Winata masih kekeh untuk menolak. Sampai dimana Sagara mempunyai senjata agar Winata menurut

"Mau gue aduin ke kepala sekolah?" Ancam Sagara, Winata reflek menggeleng dengan cepat. Hal itu membuat Sagara merasa gemas, lantas ia terkekeh pelan

^^^

Sagara dan Winata sudah berganti baju, keduanya kembali ke ruang tamu. Disana sudah terkumpul semua, Sagara menyuruh Winata untuk duduk di samping Bunda. Gelagatan tak nyaman terlihat jelas bahwa Winata merasa takut, namun terus diyakinkan oleh Sagara.

"Nata, lo pasti pernah denger nama Shena Amara kan?" Tanya Sagara ketika Winata sudah duduk di samping Bunda, tentu ekpresi yang tersorot dari wajah Winata menunjukkan bahwa ia pernah mendengar nama itu

"Wait, lo manggil gue Nata? Lo tau dari mana panggilan itu?" Tanya Winata, Sagara tersenyum mendengarnya

"Di samping lo, itu bunda Shena Amara. Lo kakak gue Nata" Bagaikan tersambar petir dua kali, bukan hanya Winata saja yang terkejut dengan pernyataan dari Sagara. Tetapi semua yang berada di ruang tamu tersebut, merasakan hal serupa dengan Winata.

"Gue ga seangkatan sama lo, karena dulu gue harus terbaring lemah di ranjang rumah sakit selama beberapa bulan. Bunda pernah cerita tentang lo, bunda juga sering nangisin poto sewaktu lo masih bayi. Nata, nama panggilan yang bunda kasih untuk lo. Kita beda 1 jam, kita juga engga mirip. Tapi kita sama-sama anak bunda, bunda udah ceritain semuanya" Pecah, Winata memeluk tubuh bunda dengan erat. Meluapkan rasa rindu yang sudah ada ujungnya, tangisan pecah dari Winata membuat Sagara terharu.

"Bunda... Bunda Nata kangen" Ucapnya sembari sesenggukan, tidak bisa lagi untuk berbicara terlalu panjang

Shena, merasa kehangatan itu lebih lengkap lagi. Belahan jiwanya sudah menyatu kembali, di dalam hati ia berteriak terimakasih kepada Tuhan karena telah mengembalikan anak pertamanya yang sudah bertahun-tahun tidak pernah ia lihat lagi. Shena memegangi pipi anak perempuan pertamanya, kemudian kembali memeluknya. Bagaikan mimpi yang hanya melengkapi rasa rindu saja

"Sayangnya bunda" Ucap Shena mengelus pundak Winata, Winata melonggarkan pelukannya dan melirik ke arah Sagara

"Saga, sini" Ajaknya, Sagara mendekat dan acara saling peluk memeluk hadir dalam suasana senang dan sedih yang tercampur aduk

"Saga maafin gue, maaf" Sagara mengangguk, tangisannya pecah karena sedaritadi ia menahan agar tidak menangis.

°°°

Di rumah keluarga Adziro, suasana mencekam terasa ketika dua orang dewasa saling adu mulut. Kini cerita yang hanya anak laki-laki itu buat-buat untuk memanipulasi anak Black Demon, berubah menjadi kenyataan yang tak pernah ia bayangkan. Jeffrian berniat untuk melerai, namun tak disangka Rio ayahnya melempar guci ke arah Jeffrian. Guci yang terkena kepala Jeffrian pecah lembur, sampai ada beberapa serpihan gucinya yang menancap di kulit kepala Jeffrian.

Pusing yang teramat sangat menjalar keseluruh kepala Jeffrian, darah segar bercucuran. Dela yang melihat anaknya tersimbah darah, segera menghampiri dan membawanya pergi

"Biadab kamu mas!" Umpatnya seraya meninggalkan Rio yang masih menyaring kejadian yang mengakibatkan anak laki-lakinya terkena guci

"ARGHHHH!" Geram Rio yang frustasi, keadaan kian memburuk. Pria dewasa yang sudah menginjak kepala 5, berjalan mondar-mandir memikirkan segala hal yang membuatnya merasa terancam.

"Kenapa perusahaan Dewantara nolak kerjasama, hancur sudah perusahaan yang sudah saya bangun dari 30 tahun lamanya

Ternyata direktur utama dari perusahaan Dewantara, adalah Fardan Asadam Syalsyiah. Abang pertama Sagara, Fardan tidak dapat dibodohi dengan umpan yang tak seberapa itu. Ia juga sudah mengetahui dari lama jika ayah kandung Sagara masih hidup dan berkeliaran di luar sana tanpa rasa bersalah sedikitpun, selain mengetahui dari bunda. Pria yang berusia sudah memasuki kepala 2 itu mencari-cari identitas asli mantan suami bunda Shena, teridentifikasi jika Rio sudah 17 kali melakukan korupsi. Hal itu membuat Fardan mematangkan rencananya untuk menolak kerjasama dari perusahaan Rio

Bagaikan orang gila yang sudah lelah menjadi gila, Rio menelepon kontak yang masih ia simpan di dalam saku celananya. Suara berdering terdengar sedikit menggema, namun telepon dari Rio di reject.

"ARGHHH! DIMANA ANAK SIALAN ITU!" Ucapnya murka, mencari keberadaan anak perempuannya. Namun pada saat ia pergi ke dalam kamar Winata, anak perempuan satu-satunya tidak terlihat batang hidungnya. Bahkan ia mencari dari tempat ke tempat yang lain, tetap tidak menemui anak perempuannya. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 23.30, yang artinya Winata harus sudah berada di dalam kamar.

"Dasar anak tidak tahu diri! Pembunuh!" Umpatnya seraya menggertakkan giginya guna meluapkan amarahnya yang tak dapat ia keluarkan

°°°

Bunda Shena dan Winata masih mengobrol satu sama lain, Winata menceritakan tentang bagaimana perbuatan kedua orang tuanya. Winata sudah menunggu-nunggu momen yang dimana ia membagikan cerita dan masalahnya kepada ibu kandungnya, bahkan ia juga menginginkan makanan yang di masak oleh ibu kandungnya sendiri. Sedangkan Sagara sudah tertidur pulas di kamarnya, karena hari yang begitu melelahkan.

"Bunda, Nata pernah kabur dari rumah karena Nata nekat buat cari bunda. Tapi semuanya gagal bunda, Nata di bawa lagi sama ayah. Di sana Nata di hukum habis-habisan bunda, Nata di suruh bersihin rumah, di pukul pake jerami, abis itu Nata di pukul lagi pake sabuk kerja ayah yang ujungnya tajem" Bagaikan di tusuk samurai, hati Shena terasa sakit mendengarkan curhatan anak perempuannya. Ia bersumpah untuk menampar 100 kali menggunakan besi panas di punggung dan tangan mantan suaminya itu

"Astaghfirullah, kamu tenang saja ya. Sekarang kamu sudah punya bunda, bunda yang akan jagain dan lindungi kamu oke? Sekarang sudah malam, sekarang kamu tidur ya. Kasur Sheshe muat untuk dua orang, tidur yang nyenyak ya" Winata mengangguk paham kemudian berjalan menaiki anak tangga meninggalkan Shena yang masih duduk di sopa ruang tamu

"Jika tidak bisa merawatnya dengan baik, balikkan saja kepada saya. Bajingan sepertimu tak pantas untuk dipanggil seorang ayah" Dendam yang semula sudah sedikit menghilang, kini kian bertambah semakin besar.

°°°

Khavi & Sagara ✔️EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang