𝟏𝟑. 𝐑𝐚𝐲 𝐨𝐟 𝐇𝐨𝐩𝐞

11 4 0
                                    

Pagi yang cerah di rumah Michelle. Devano datang dengan mobilnya, bersiap sarapan bersama keluarga Michelle sebelum berangkat ke sekolah. Devano tersenyum sambil duduk di meja makan, "Selamat pagi, Tante, Om. Terima kasih sudah mengundang saya sarapan pagi ini"

Ibu Michelle menyodorkan teh kepada Devano, "Pagi, Devano. Sama-sama. Kamu kan sudah seperti keluarga sendiri. Silakan sarapannya, jangan sungkan"

Ayah Michelle mengangguk ramah, "Iya, betul. Sudah lama nggak sarapan bareng, kan?"

Michelle tersenyum kecil sambil melihat ke arah Devano, "Iya, jarang-jarang Devano sarapan di sini lagi"

Devano tertawa pelan, "Iya, biasanya terburu-buru ke sekolah. Tapi hari ini, spesial buat sarapan bareng kalian"

Ibu Michelle menatap Michelle lembut, "Kalian jangan buru-buru, ya. Sarapan yang banyak. Masih ada waktu sebelum berangkat"

Michelle mengambil roti panggang di piringnya, "Iya, Bu. Nggak usah khawatir"

Devano memotong sedikit omelet di piringnya, "Om, Tante, gimana kabarnya bisnis? Masih sibuk kayak biasanya?"

Ayah Michelle tersenyum puas, "Alhamdulillah, bisnis lancar-lancar saja. Ada beberapa proyek baru, tapi semuanya bisa di-handle."

Ibu Michelle mengangguk, "Kami juga punya lebih banyak waktu sekarang buat santai di rumah. Senang bisa sarapan bareng kalian berdua"

Michelle menatap jam di tangannya, "Kita berangkat, yuk? Nanti telat ke sekolah"

Devano mengangguk setuju, "Bener. Kita harus berangkat sekarang, biar nggak kena macet di jalan"

Ayah Michelle berdiri sambil tersenyum, "Hati-hati di jalan ya, kalian. Fokus di sekolah."

Ibu Michelle mengelus kepala Michelle, "Jaga diri baik-baik, ya, Devano. Michelle, jangan lupa langsung pulang kalau sudah selesai sekolah."

Michelle tersenyum sambil mengambil tasnya, "Iya, Bu. Pasti"

Devano mengangguk dengan sopan, "Terima kasih, Tante, Om. Saya akan jaga Michelle"

Michelle tersenyum tipis, melirik ke arah Devano, "Ayo, berangkat"

Ibu Michelle melambaikan tangan, "Hati-hati, ya!"

Setelah berpamitan dengan orang tua Michelle, Devano dan Michelle berangkat ke sekolah bersama. Suasana di mobil terasa tenang, namun ada sedikit ketegangan di antara mereka yang tak tersirat dengan kata-kata.

Sesampainya mereka di sekolah, mereka turun dari mobil. Mereka berjalan menuju bersama. Suasana sekolah penuh energi. Michelle berjalan bersama Devano dengan langkah percaya diri, meskipun banyak siswa yang terpesona melihatnya. Senyumnya yang manis membuat banyak orang terkesan, tetapi hatinya masih dipenuhi dengan keraguan.

"Lo gak usah kecentilan depan mereka. Nanti malah kegeeran mereka," ujar Devano sambil melirik Michelle.

"Apa salah gue sapa mereka? Ntar dikira gue sombong lagi," jawab Michelle dengan nada defensif.

"Ya udah deh, nanti sepulang sekolah mau bareng gak?" tanya Devano.

"Kayaknya liat dulu deh, kalau gue berubah pikiran," kata Michelle sambil mengangkat bahu.

"Yausah, gue duluan ke kelas ya. Semangat belajarnya," ucap Devano sambil beranjak pergi.

"Iyah, lo juga," balas Michelle pelan, sambil memalingkan wajah.

Saat Michelle berjalan menuju kelas, dia bertemu David yang sedang berdiri di koridor, tersenyum sambil menyapa.

"Hey, Michelle! Bagaimana-" panggil David

Falling Through Forever | 𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang