Michelle mengambil napas dalam-dalam dan menjawab,"Aku akan bicarakan ini dengan Juan. Aku nggak bisa biarkan keadaan ini terus berlanjut tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi"
Angelina mengangguk dan berkata, "Kami ada di sini untuk mendukungmu, Michelle. Apa pun yang terjadi, kita akan hadapi bersama"
Setelah istirahat, guru memasuki kelas dan mengumumkan tugas kelompok. Semua siswa terlihat antusias, kecuali Michelle dan Juan, yang baru saja menjalani momen canggung antara mereka. Ketika guru menyebutkan pembagian kelompok, Michelle merasa bersemangat bisa bekerja dengan Juan, meskipun mereka sedang dalam situasi yang sulit.
"Baiklah, saya akan membagi kalian ke dalam kelompok. Michelle dan Juan, kalian berdua akan bekerja bersama," ujar guru dengan tegas.
"Eh, maaf, Bu. Bisakah saya mengganti teman kelompok?" protes Juan, terlihat terkejut.
"Juan, kenapa? Kita bisa kerjakan ini bareng," jawab Michelle dengan kaget.
"Aku cuma merasa lebih nyaman dengan yang lain. Mungkin ada teman lain yang lebih cocok untuk tugas ini," jelas Juan, berusaha tetap sopan.
Guru menatapnya dengan serius. "Juan, ini adalah kesempatan untuk belajar bekerja sama dengan teman yang berbeda. Cobalah untuk terbuka"
Michelle merasa sedih. "Juan, aku pengen kita kerja sama. Aku yakin kita bisa melakukannya," katanya dengan harapan.
Juan berpikir sejenak sebelum menjawab, "Aku tahu, Michelle. Tapi... mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk kita bekerja sama. Aku hanya... merasa lebih baik jika kita bisa menjaga jarak"
Michelle merasa sakit hati mendengar itu. Dia menginginkan kesempatan untuk memperbaiki hubungan mereka, tetapi Juan tampak terjebak dalam pikirannya sendiri. Dengan perasaan campur aduk, dia mencoba memahami situasi ini.
Guru menghentikan percakapan dengan tegas, "Juan, tugas ini sudah ditentukan. Cobalah untuk bekerja sama dengan Michelle. Ini adalah bagian dari proses belajar"
Michelle, dengan nada menyemangati, berkata, "Ayo, Juan. Kita bisa atur waktu dan bagi tugas. Kita pasti bisa melakukannya"
Juan menunduk, terlihat bingung, dan akhirnya berkata, "Baiklah, aku akan coba. Tapi... kita harus menjaga batasan"
Meskipun Juan setuju untuk bekerja sama, suasana di antara mereka tetap canggung. Setelah kelas berakhir, Michelle berkemas dengan hati yang berat. Saat dia melangkah keluar, Devano menghampirinya dengan senyum yang terlihat dipaksakan.
Devano mendekati Michelle dengan senyum, "Hey, Michelle! Mau pulang bareng?"
Michelle menyentuh tasnya, menahan perasaan yang campur aduk, dan menjawab pelan, "Maaf, Devano. Aku ada janji lain."
Devano terkejut dan sedikit kesal, alisnya berkerut, "Janji dengan siapa? Kita kan bisa pulang bareng, seperti biasa"
Michelle menatapnya sebentar sebelum berujar dengan suara lebih lembut, "Aku hanya ingin sendiri hari ini"
Di saat Michelle berusaha menolak, Angelina dan Gracia muncul, merasakan ketegangan di antara mereka.
Angelina melangkah maju dengan nada tegas, "Devano, kamu harus menghormati keputusan Michelle"
Gracia mengangguk setuju, menambahkan, "Iya, dia berhak untuk memilih. Jangan paksa dia"
Devano mencoba tetap tenang, meskipun terlihat sedikit gelisah, "Aku cuma menawarkan. Dia kan tunanganku"
Karel mendekat dengan pandangan serius, mencoba meredakan situasi, "Eh, Devano. Mungkin lebih baik kalau kamu beri Michelle sedikit ruang. Dia butuh waktu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Through Forever | 𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠
Teen FictionTakdir bekerja dengan cara yang tak terduga. Michelle tak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan seorang pria bernama Juandra Mahesa di sekolah akan mengubah hidupnya. Juandra, dengan senyum manis yang selalu ia tampilkan. Di balik sikapnya yang...