𝑯𝒂𝒑𝒑𝒚 𝑹𝒆𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈
•
•
•
•
•Juan tertawa kecil dan menjawab, "Mungkin karena aku nggak suka lihat kamu sendirian. Aku cuma pengen kamu baik-baik aja."
Setelah pulang sekolah, Michelle tampak lelah secara fisik dan emosional. Pertengkarannya dengan Devano di sekolah tadi masih membekas di pikirannya. Saat dia memasuki rumah, orang tuanya sedang duduk di ruang tamu, berbicara dengan santai. Michelle merasa inilah saat yang tepat untuk mengambil keputusan yang sudah lama ia pikirkan.
Dia berdiri di depan mereka, menghela napas dalam sebelum berbicara. Michelle berbicara dengan suara tegas, meskipun sedikit gemetar. "Papa, Bunda... Aku harus bicara soal pertunanganku dengan Devano."
Kedua orang tuanya menatapnya dengan kaget, menghentikan percakapan mereka. Papa Michelle mengernyit, raut wajahnya menunjukkan sedikit ketidakpercayaan. "Apa ada masalah, Nak? Bukankah kalian sudah bertunangan? Apa yang terjadi?"
Bunda Michelle memegang tangan suaminya, wajahnya ikut cemas. "Michelle, kenapa tiba-tiba bicara soal ini?"
Michelle menelan ludah, mencoba mengumpulkan keberanian. Dia meraih tangan kanannya yang masih terbalut cincin pertunangan dari Devano. Dalam hatinya, ia tahu bahwa keputusan ini sudah tidak bisa ditunda lagi.
Michelle mengangkat wajahnya, suaranya lebih mantap dari sebelumnya. "Aku... aku nggak bisa lagi menjalani pertunangan ini, Pa, Bun. Dari awal aku nggak pernah punya perasaan apa pun sama Devano. Semua ini hanya berdasarkan perjodohan. Aku nggak bisa hidup seperti ini."
Bunda Michelle terkejut, menatap putrinya dengan mata membesar. "Michelle, kamu serius? Kamu tahu betapa pentingnya perjodohan ini untuk hubungan keluarga kita."
Papa Michelle menghela napas dalam-dalam, nadanya lebih serius. "Apa kamu sudah memikirkan ini matang-matang, Michelle? Perjodohan ini bukan hanya soal kamu dan Devano"
Michelle menarik napas dalam-dalam, air mata mulai membasahi matanya, namun dia tetap tegas. Dia mengulurkan tangannya dan mulai melepaskan cincin pertunangan dari jarinya.
Michelle berbicara sambil berusaha menahan emosi, suaranya sedikit bergetar. "Aku udah memikirkannya dengan baik. Aku nggak bisa memaksakan diri untuk menjalani hubungan yang aku nggak inginkan, Pa, Bun. Ini... bukan kehidupan yang aku mau."
Dia akhirnya berhasil melepas cincin tersebut dan memegangnya di telapak tangannya. Dengan hati-hati, dia menaruh cincin itu di atas meja di depan orang tuanya.
Michelle menunduk, suaranya lembut tapi penuh keyakinan. "Aku memutuskan untuk mengakhiri pertunangan ini. Maafkan aku... Tapi aku sudah memilih kebahagiaanku sendiri, dan itu bukan bersama Devano."
Bunda Michelle terisak pelan, matanya tertuju pada cincin yang kini tak lagi menghiasi jari putrinya. "Michelle, sayang... Apakah ini karena orang lain?"
Michelle menggeleng pelan, meskipun dalam hatinya dia tahu sebagian dari keputusannya juga karena Juan. Namun, ini adalah pilihan hidupnya sendiri.
Michelle menunduk, suaranya lembut tapi penuh keyakinan. "Aku memutuskan untuk mengakhiri pertunangan ini. Maafkan aku... Tapi aku sudah memilih kebahagiaanku sendiri dan itu bukan bersama Devano"
Bunda Michelle terisak pelan, matanya tertuju pada cincin yang kini tak lagi menghiasi jari putrinya. "Michelle, sayang... Apakah ini karena orang lain?"
Michelle menunduk dan menatap cincin itu sebentar, sebelum mengambil kotak kecil dari meja hias di dekatnya. Dia menyimpan cincin itu di dalam kotak dan menutupnya rapat-rapat, seperti simbol dari babak hidupnya yang kini dia akhiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Through Forever | 𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠
Teen FictionTakdir bekerja dengan cara yang tak terduga. Michelle tak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan seorang pria bernama Juandra Mahesa di sekolah akan mengubah hidupnya. Juandra, dengan senyum manis yang selalu ia tampilkan. Di balik sikapnya yang...