...
"Lah anjir biru!!" Teriak Rakha ketika melihat bekas cekikan damar di lehernya.
Rakha mengedarkan pandangannya mencari Hoodie nya.
Ia mau kerumah sakit, ambil hasil tes miliknya yang belum sempat di ambil waktu itu.
"Mau kemana bang?" Tanya langit yang melihat Rakha sudah rapih sembari menyambar kunci motornya.
"Mau pergi bentaran"
"Udah malem bang, ngga besok aja?"
"Ngga bisa, harus sekarang banget nih"
"Lo punya gadis yah? Mau nemuin gadis Lo kan?"
"Kagak, mana ada yang mau sama gua"
"Yakali ngada yang mau, Lo kan cakep bang"
"Ga kepikiran gua, yaudah Gua cabut yak" Rakha melesat pergi meninggalkan langit.
"Hati hati bang!" Teriak langit ketika melihat Rakha yang sudah berlari menjauh.
"Mau kemana dia?" Tanya damar yang datang dari arah tangga.
"Katanya ada urusan pih"
"Langit, papi mau ngomong sebentar bisa?"
Langit sedikit menimbang sebelum menganggukkan kepalanya.
Damar menggiring langit masuk ke dalam ruang kerjanya kemudian duduk di sofa yang ada di ruangan penuh berkas itu.
"Papi tau, kamu melihatnya siang tadi bukan?"
Langit menunduk tak berani menatap lawan bicaranya.
"Dan papi juga tau banyak pertanyaan yang bersarang di otakmu itu, jadi, papi mau, langit bertanya apa yang ingin langit tau"
Langit memberanikan diri menatap sang ayah.
"Siapa sebenarnya hujan"
Damar sudah menebak, langit akan menanyakan hal itu.
"Dia anak papi, tapi dengan mama lain"
"Tapi kenapa langit baru tau?"
"Karena papi tak pernah menganggap anak itu ada, dia datang karena kesalahan, dan waktu itu papi lebih memilih ibu kamu"
"Kenapa? Kenapa papi ninggalin ibu bang Rakha?"
"Karena Derajat kita berbeda"
_______________________________________
Sudah hampir satu jam Rakha terdiam di sebuah kamar yang dulu sering ia tinggali jika sang ayah kembali mengamuk.
"Lo mau diem terus kaya celengan babi?"
Bagas sedikit kaget, tiba tiba di datangi tamu tak di undang, mana tamunya udah kaya tembok diem diem Bae, di tanya dari tadi malah terus ngedengkluk ga jawab sama sekali.
"Lo kenapa sih nyet? Di usir sama bokap Lo?" Tanya Bagas, Rakha hanya menggeleng pelan.
"Yaelah bocah! Ditanya!" Geram Bagas, karena jujur saja, Rakha yang pendiam itu sangat langka menurut Bagas, jadi dia bingung harus di apakan bocah di depannya itu, atau mungkin dia cuma butuh waktu?.
"Yaudah gua keluar ya, ngga di butuhin juga, kalo udah selesai mengheningkan cipta nya gua kesini lagi" putus Bagas,
Namun ketika Bagas hendak menyentuh handle pintu, suara Rakha tiba tiba terdengar,
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Hujan
FanfictionNgga usah penasaran sama hidup gua, alur hidup gua itu ngga seru, seruan juga ngikutin alur rumput yang bergoyang.