Bersama Hujan pt5

287 29 2
                                    

...

Di sebuah kamar yang cukup luas, dengan ranjang king size yang berada di sana, juga seonggok manusia yang masih bergelung dalam selimutnya tak berniat untuk bangkit, maklum saja ini hari libur, jadi puas puasin tidurnya,

Namun kenyamanan itu tak berlangsung lama, pasalnya sesosok bocah bongsor malah menindihnya membuat yang lebih tua mengerang kesal.

"Apaan sih Lo anak dugong, berat anjir" gerutu Rakha ketika merasa nafasnya sesak karena badannya yang tertindih badan langit yang naudzubilah besarnya.

"Bangun makannya bang, jangan tidur Mulu,"

"Ngapain sih? Ni kan hari Minggu" gerutu Rakha.

Langit bangkit dari atas badan Rakha.

"Makanya itu, kita bakal pergi, emang Lo ga mau ikut apa?"

"Kemana sih?" Tanya Rakha masih mengumpulkan nyawanya.

"Kita pergi makan di luar, sekalian nonton" seru langit.

"Males lah" ujar Rakha dan berniat tidur kembali, namun lagi lagi di cegah oleh langit, tangan Rakha di tarik membuat Rakha terpaksa bangkit kembali.

"Ngga mau, Lo harus ikut, kalo Lo ngga ikut gue juga ngga bakal ikutan," Ancam langit.

"rese lu cil" sungut Rakha, namun bokongnya tetap ia angkat dan berjalan ke arah kamar mandi sembari garuk garuk perut, dengan rambut acak acakan cem gembel.

Langit tertawa puas, ternyata punya Abang seru juga, pikirnya.

"Bang! Gua tunggu di bawah ya!" Teriak langit yang hanya di jawab gumaman oleh Rakha.

Sudah terhitung satu pekan Rakha tinggal bersama sang ayah, dan dia sudah tau kebiasaan keluarga ayahnya yang akan pergi jalan keluar jika tiba hari Minggu.

Biasanya Rakha akan mendekam di kamar tanpa berniat ikut, namun kali ini langit kembali mengajaknya, namun kali ini dengan paksaan, mungkin karena Rakha tak pernah mau ikut.

Lima belas menit berlalu kini kedua bocah itu sudah siap menunggu sang kepala keluarga keluar dari singgasananya.

"Kita jemput kakek dulu" ujar damar sembari membuka pintu mobil kemudi.

Sedangkan dua bocah itu sudah anteng di jok belakang.

Damar melirik Rakha dari kaca dashboard, wajah Rakha terlihat tak bersemangat, sangat berbeda dengan langit yang tampak ceria dengan celotehannya.

"Kalau tidak berniat ikut mending keluar dari mobil saya, ngga usah ikut, ngancurin suasana saja" ujar damar sinis membuat Rakha tersentak.

"Pulang sana" ujar damar yang di balas gelengan oleh Rakha.

"Kenapa sayang?" Tanya Lusi yang baru masuk kedalam mobil dan menepatkan dirinya di samping sang suami.

"Ngga papa, kita berangkat" singkat damar sebelum melajukan mobilnya menuju rumah sang Kakek.

Ngomong ngomong tentang sang kakek, selama Rakha tinggal dengan sang ayah, Rakha merasa tak pernah melihat kehadiran neneknya, waktu itu ketika Rakha ingin menempati kursi di meja makan, mereka melarang karena kursi itu milik neneknya, namun sampai sekarang ia tidak tau, bahkan tak pernah melihat rupa sang nenek seperti apa.

Rakha sebenarnya ingin bertanya, namun selalu ia urungkan, takutnya dikira lancang, meski suka tidak tau diri, tapi sadar diri itu penting.

Rakha memandang ke luar jendela, matahari terlihat cerah menyinari mobil yang ia tumpangi membuat wajahnya hangat terkena paparan sinar matahari yang masuk karena memang kaca pintu mobilnya tidak tertutup, katanya udara pagi sangat segar jika di hirup, itu kata langit.

Bersama Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang