Bersama Hujan pt2

395 41 7
                                    

Di part 2 ini namanya udah jadi Rakha ya guys, karena hujan udah tinggal sama ayahnya.
______________________________________

Rakha mengerjapkan matanya guna menyesuaikan cahaya yang masuk dalam retina.

"Bang!!" Pekik seseorang dengan tubuh bongsor di sampingnya membuat Rakha berjengit kaget.

"Kaget gue Masya Allah" Rakha mengusap dadanya melihat tingkah anak remaja itu.

"Hehe, lama banget tidurnya" ujar remaja itu dengan wajah cemberut.

Rakha menaikkan satu alisnya, seraya mencerna apa yang terjadi sebelum ia berada di ruangan yang sangat mewah ini.

Ah, rakha ingat, ia pingsan di depan ayahnya,

Tunggu dulu,

Jangan jangan ini rumah ayahnya?

Rakha hendak bertanya namun keduluan sama kalimat super panjang dari bocah di sampingnya ini.

"Lo tadi pingsan di depan rumah, kata papi lo Abang gue, jadi gue bawa kerumah, oh iya, nama gue langit, kata papi nama lo Rakha, dan kita cuma terpaut satu tahun, tapi gue lebih muda" ujarnya dengan senyuman yang terpatri di bibir tebalnya.

Rakha tersenyum canggung, ia sedikit tidak menyangka kalau ayahnya akan memperkenalkan dia sebagai kakak dari bocah ini.

"Ayah lo namanya damar?" Tanya Rakha memastikan, dan di balas anggukkan oleh bocah itu.

Rakha duduk dan menggantungkan kakinya di pinggir kasur.

"Gue pernah menggantungkan harapan, dan meminta pada Allah supaya di kasih abang, ternyata di kabulin" serunya antusias.

Rakha terkekeh, bocah di sampingnya ini ternyata sangat lucu.

"Ayo kita turun, mami sama papi udah ada di meja makan" ajak langit membuat Rakha mau tidak mau bangkit dari duduknya, walau kepalanya masih saja terasa sakit, tapi ia tak tega untuk menolak niat baik sang adik.

Rakha dan langit menghampiri meja makan yang sudah berisikan kedua orang dewasa berbeda gender.

"Duduk sini bang" ujar langit seraya menepuk bangku di sampingnya, Rakha menatap kedua orang dewasa yang ada di sana, mereka hanya terdiam tanpa membuka suara sepatah katapun.

Entak kenapa hati Rakha sedikit menciut, ia merasa tak terlihat disana.

Seorang wanita cantik di antara mereka mengambilkan nasi ke piring langit, juga lauk pauk yang ada di sana.

"Makan yang banyak sayang, kamu mau apa lagi?" Tanya wanita itu.

Rakha yang seperti tak di anggap pun hanya terdiam tanpa menyentuh makanan yang ada di meja makan.

Langit yang menyadari itu pun menoleh ke arah Rakha,

"Kenapa ngga makan bang? Ambil aja makanannya"

"Langit, lanjutkan makan mu" peringat Lusi, ibu langit.

Rakha sontak menunduk, hati Rakha merutuk, andai saja tadi siang dia tidak pingsan, mungkin ia tak akan terjebak pada situasi seperti ini.

"Ambil sendiri makananmu, kamu punya tangan Rakha" ujar damar tanpa melirik Rakha.

Dengan pelan Rakha mengulurkan tangannya dan mengambil makanan yang dapat di jangkau oleh tangannya saja.

"Mulai sekarang Kamu akan tinggal disini, jadi jagalah sopan santunmu, dan mulai besok kamu akan bersekolah dengan langit, tapi ingat, jangan kau sebut saya ayah panggil saya paman"

Bersama Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang