...
Di pagi hari yang terdengar sedikit ribut, bahkan suara burung yang sedang berkicau kalah sama suara menggelegar yang menguar di dalam rumah yang awalnya sangat sunyi itu. Bagaimana tidak, langit melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika Rakha tengah bersiap untuk pergi ke sekolah tanpa memperdulikan kondisi tubuhnya.
"BANG!!" Sungut langit membuat Rakha melebarkan matanya.
"Gawat" gumam Rakha melihat langit yang sudah berada di ambang pintu.
"Buka ngga bajunya!!"
"Ngga mau Lang, mau sekolah gue, plis lah"
"Ngga bisa, Lo harus istirahat bang," langit mendorong pelan kedua bahu Rakha sampai terduduk di ranjang.
Rakha berdecak kesal lalu menepis tangan langit yang bertengger di bahunya.
"Kenapa?" Sebuah suara dari arah pintu membuat dua pemuda yang tengah bersitegang sontak menoleh.
"Papi, bang Rakha sedang sakit tapi memaksa untuk pergi ke sekolah" adu langit.
"Gue ngga papa cil, lu di bilangin ga mau denger, telinga lu ketinggalan di bantal apa gimana?" Kesal Rakha, dan bangkit dari duduknya sebelum menyambar tas yang berada di kursi belajarnya.
"Kau dengar langit? Dia baik baik saja, jadi hentikan perdebatan kalian dan segeralah berangkat sekolah" putus damar sembari melirik Rakha dengan ekor matanya.
"Tapi pap-"
"Diam langit" sela damar sebelum pergi meninggalkan langit yang terlihat kesal.
Rakha berjalan melewati langit membuat langit berdecak kesal.
"Kelas kita jauh bang" ujar langit mengikuti langkah Rakha yang turun dari tangga.
"Terus?"
"Gue ngga bisa awasin Lo"
Rakha membalikkan badannya menghadap langit, melihat raut wajah khawatir dari sang adik, padahal alasan Rakha kekeuh ingin berangkat sekolah itu karena langit, semalam seseorang mengiri pesan pada Rakha, ia tak tau siapa, tapi rasha takut dominasi khawatir menyelimuti hatinya, ia akan memastikan langit aman di sekolah, dia sudah berjanji pada sang nenek waktu itu untuk menjaga langit.
"Lo bisa susul gue waktu istirahat, kita ke kantin bareng nanti, gimana?" Tawar Rakha, sedangkan langit membuang nafasnya kasar.
"Oke" jawab langit, langit memang keras kepala, tapi Rakha lebih keras kepala lagi.
*
*
Rakha adalah definisi bocah yang suka menyiksa diri, bagaimana tidak, dia seharusnya tiduran nyenyak di kamarnya malah memilih untuk masuk ke sekolah dengan kondisi tubuh kurang fit. Bahkan sekarang penjelasan dari gurunya di depan tak ia dengarkan, lebih memilih menenggelamkan kepalanya di lipatan tangan hanya untuk menciptakan amarah yang membesar dari yang lebih tua.
Tak!! Sebuah spidol mendarat di kepala Rakha membuatnya mengaduh kesakitan.
"Enak tidur di jam saya?" Raut wajah Bu Elma sudah keruh membuat beberapa murid di sana seketika tercekat, aura mematikan sudah menguar ketika wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang menginjak tiga puluh itu berjalan pelan ke arah bangku yang di tempati Rakha. Suara ketukan sepatu yang ia ciptakan bagai dentingan kematian mengingat Bu Elma adalah salah satu jejeran guru killer di sekolah.
Rakha menelan ludahnya Kasar.
"Mampus" gumam Rakha sebelum suara Bu Elma mengalun penuh ancaman.
"Berdiri dan keluar dari kelas saya" titah Bu Elma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Hujan
FanfictionNgga usah penasaran sama hidup gua, alur hidup gua itu ngga seru, seruan juga ngikutin alur rumput yang bergoyang.