...
Di lorong sebuah rumah sakit, terlihat tiga remaja yang berlarian menuju ruang rawat seseorang yang bernama Kelvin.
Brak!!
Derren dengan tidak santainya membuka ruang rawat sang adik dengan kasar.
"Mas" panggil Kelvin yang tengah duduk di tepi ranjang membuat derren bernafas lega, meski terdapat perban di kepalanya dengan noda bercak merah disana, setidaknya sang adik tak terbaring mengenaskan.
"Lo kenapa lagi kel" Tanya derren, namun hanya gelengan yang menjadi jawaban.
"Lo bolos lagi?" Pertanyaan yang di lontarkan derren kembali mendapatkan kebisuan dari yang lebih muda.
Kelvin hanya menunduk tak berani menatap sang kakak membuat derren menghembuskan nafasnya kasar.
Dua orang dengan kresek putih datang menghampiri Kelvin dan derren di dalam ruangan.
"Jangan marahin Kelvin bang, ini salah kita" ujar salah satu teman Kelvin.
"Iya bang, kita yang ajak Kelvin bolos, terus ngikut tawuran" sambungnya.
Derren memeluk adiknya yang terlihat muram,
"Jangan lakuin lagi dek, mas cuma punya lo, berhenti ngemis perhatian ayah dengan kenakalan lo, ayah gak bakal perduli,"
"Tapi mas,"
"Apa tidak bisa cukup mas saja?" Ujar derren membuah Kelvin termenung, kakaknya benar.
"Maaf mas"
Sedangkan di luar ruangan Rakha melihat dua adik kakak yang saling merengkuh dengan perasaan nyeri, sedikit banyak merasa bersalah,
"Bang, kenapa Lo nyusul?" Tanya langit.
"Ga papa cil, gue penasaran aja sama Kelvin,"
Langit memicingkan matanya.
"Lo khawatir kan sama Kelvin?" Selidik langit.
Rakha menaikkan satu alisnya.
"Kenapa lu?" Kekeh Rakha ketika melihat raut wajah langit yang menurutnya aneh, kaya bocah lagi merajuk.
Derren keluar ruangan dengan wajah keruh, kemudian menatap Rakha dengan pandangan tak bersahabat.
"Puas kan Lo?" Nada bicara derren membuat Rakha risih.
"Bahkan ayah gak perduli kelvin masuk rumah sakit, ya iya lah dia lebih peduli sama anak selingkuhannya"
"Maksud Lo apa ngomong kayak gitu? Gue ngga tau apa apa ya sat"
"Coba Lo telfon bokap gue" tantang derren, dan dengan sedikit keraguan Rakha mendial nomor Farhan, dan tak membutuhkan waktu lama Farhan mengangkat panggilan itu, membuat derren tertawa miris.
"Halo hujan, kenapa?"
Rakha tak menjawab, namun manik matanya menatap netra memerah derren, dan kata yang terlontar dari mulut derren setelahnya membuat ia merasa jadi pemeran antagonis yang sebenarnya.
"Dia bahkan gak Sudi angkat telfon gue," lirihnya miris sebelum kembali masuk ke ruangan Kelvin.
***
"Apa yang Lo pikirin bang" langit menatap Rakha yang masih terdiam, bahkan makanan di depannya tak ia sentuh sedikitpun, padahal tadi sang kakak mengeluh sakit pada perutnya karena belum sempat makan waktu pergi ke rumah sakit.
"Gue ngerasa kaya jahat banget ngga sih?" Lirihan suara itu tak pernah langit dengar dari mulut Rakha sebelumnya, karena selama ia tinggal dengan Rakha, langit tak pernah melihat anak itu bersedih, dan tanpa langit sadari, halnitu tenyata sangat mengganggunya, langit lebih suka lihat Rakha yang marah marah ngga jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Hujan
FanfictionNgga usah penasaran sama hidup gua, alur hidup gua itu ngga seru, seruan juga ngikutin alur rumput yang bergoyang.