Bersama Hujan pt9

283 41 17
                                    


..

Rakha berdecak kesal ketika rombongan gengnya langit menghadang langkahnya ketika mau pergi ke kantin sekolah.

"Minggir, gua laper, ngga usah cari gara gara" ujar Rakha yang melihat salah satu teman kelasnya itu tengah menyeringai.

"Gue ngga nyangka ternyata Lo Abang langit, pantesan di bela mati matian sama tu anak"

"Maaf nih gue ngga ada urusannya  sama kalian" meski Rakha sedikit bingung, tapi ia harus segera pergi dari ketiga orang di depannya.

Rakha berjalan melewati tiga anak itu sebelum salah satunya menarik kasar kerah baju Rakha membuatnya Terpelanting ke belakang, Rakha berdecak kesal, Salakan saja dia yang terlalu lemas karena belum sarapan.

"Bangsat!! Mau Lo apa sih nyet?!!" Geram Rakha.

"Gue benci sama Lo, gara gara Lo, langit ngga mau gabung lagi sama kita"

Rakha tertawa, "gue cuma mau nyelametin adek gua yang lagi kecebur got" ujar Rakha membuat mereka bertiga naik pitam.

"Bawa dia ke gudang" titah salah satu anak itu membuat yang dua langsung mencekal tangan Rakha kemudian menyeretnya untuk meninggalkan tempat itu.

Tanpa mereka sadari seseorang tengah menyaksikan kejadian itu dan langsung pergi dengan langkah  tergesa.

*
*

Langit tengah membereskan bukunya, ia akan ke kantin bersama Abang kesayangannya ngomong ngmong, namun tiba tiba seseorang berjalan dengan pelan menghampirinya.

Langit melirik anak itu yang terus menunduk dengan jemari yang saling bertaut, 

Menunggu cukup lama, namun anak itu tak kunjung buka suara membuat langit geram.

"Woyy!!" Bentak nya membuat bocah itu berjengit kaget.

"Lo kalo mau ngomong, ngomong aja bangsat!! Gue mau pergi"

Agam, anak itu yang tengah berdiri di depan langit sontak bergetar mendengar bentakan langit, dia masih merasa takut sama langit ngomong ngomong, walaupun langit sekarang sudah tidak membully nya lagi.

"M-maaf, i-itu tadi, b-ang Rakha d-di bawa derren d-dan yang l-ain" ujar Agam terbata.

Langit mengepalkan tangannya erat.

"Sialan, mereka sentuh Abang gue," geram langit.

"Dimana?"

"G-gudang"

Setelah mendapat jawaban dari Agam, langit bergegas pergi dengan langkah cepat.

Gue ngga boleh telat

**

Brakk!!

Tanpa perasaan langit menendang pintu yang ada di depannya, namun pemandangan di sana membuatnya cengo, bagaimana tidak, tiga kakak kelasnya sudah terkapar dengan Rakha yang tengah duduk memijat kepalanya.

"Bang!!! Lo ngga papa kan?" Panik langit sembari meneliti tubuh Rakha.

"Ngga papa cil,"

Langit mengerutkan dahi tak percaya.

"Ini apa"

"Akh!! Jangan sentuh bego" sungut Rakha ketika langit malah menekan lebam di sudut bibirnya,

Rakha memang menang, tapi lebam lebam juga.

"Jelek banget wajah Lo"

Rakha berdecak.

Bersama Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang