Bersama Hujan pt15

471 40 12
                                    

...

Di sebuah kamar dengan nuansa biru, seorang pemuda terlihat sedang melipat sajadah, setelah menyelesaikan ibadah shalat subuh.

Nafasnya ia hembuskan pelan, merasa bersyukur masih diberikan kesempatan menghirup udara di dunia.

"Ya Allah, hamba sadar diri, semua yang ada pada hamba adalah milikmu, yang akan kembali padamu"

Mata Rakha mulai berembun, entah kenapa akhir akhir ini ia selalu overtinking, padahal yang mengatur takdir adalah sang maha pencipta, tapi entah kenapa Rakha selalu saja takut.

Dengan tangan sedikit bergetar Rakha menyentuh dada kirinya dimana rasa takut itu tinggal.

"Assalamualaikum tubuhku, besok kita berjuang lagi ya, kita kerja sama, bantu aku kuatkan hati dan pikiranku, agar tidak lari pada hal yah sesat, dan mampu menjauhi larangannya"

Tok

Tok

Tok

Rakha menoleh ke sumber suara, mengerutkan dahi merasa heran karena masih jam setengah lima kenapa sudah ada yang mengetuk pintu?.

"Boleh masuk bang" ujar seseorang dari balik pintu.

Ternyata anak dugong yang ngetuk.

"Masuk aja elah, kaya biasanya minta ijin"

Langit melongokkan kepalanya sembari tersenyum lebar.

"Udah selesai sholat nya bang?"

"Udah baru, kenapa?"

"Ngga ada," langit menundukkan kepalanya.

"Ngga usah bohong, lu gak bisa bohongin gue cil"

Langit mengangkat pandangannya ke manik hitam Rakha.

"Udah dua hari ini gue mimpi buruk bang" adunya.

Rakha menaikkan satu alisnya "mimpi apa sih? Bisa banget gitu sampe buat Lo se kacau ini heh?"

"Gue ngimpi Lo pergi"

"Aelah, cuma gitu doang lu baperin sih, ya lu kan tinggal ngintilin gue Lang"

"Tapi kalo Lo perginya bareng nenek, emang boleh gue intilin bang?" Langit menatap rakha dengan pandangan polos membuat Rakha seketika bungkam.

Rakha berfikir langit juga merasakan kegelisahan yang ia rasakan akhir akhir ini.

"Heey, itu kan cuma bunga tidur, makanya kalau mau tidur baca doa dulu cil" peringat Rakha sembari tersenyum jenaka membuat langit ikutan tersenyum.

"Pokoknya Lo ngga boleh pergi, walau satu dunia ngusir Lo sekalipun" ujar langit.

"Hahahaha.. bocah Bagong!" Rakha meledakkan tawanya.

"Kalo lelah istirahat saja ya bang, jangan nyerah"

Rakha meredakan tawanya kemudian tersenyum miris.

Hidup itu lucu ya, mereka suka sekali bercanda, ya iya lah kan yang serius itu kematian.

*

Rakha menuruni tangga dengan tangan yang kebas, salahkan saja langit yang ngga mau lepasin pelukannya membuat tangan Rakha sebagai bantalan, mana Ampe satu jam lagi, mau ngusir kasihan, ngga di usir Rakha juga yang ujung ujungnya sengsara.

Ketika sudah sampai dapur, Rakha hanya menemukan damar yang terlihat sibuk dengan sarapannya.

Rakha menyapu pandangannya, kemana madam Lusi? Rakha mengedikkan bahu, pasti wanita itu sedang bercumbu sama ikan ikan di pasar, Lusi memang sangat suka berbelanja bahan makanan, dan masak sendiri, di banding beli, bahkan kemarin Rakha menjadi tumbal atas semua bahan makanan yang Lusi beli, Rakha di paksa untuk membantu Lusi membuat beraneka makanan, dari desert, sampe makanan berat. Bahkan meja makan malam Mereka tidak cukup menampung banyaknya makanan yang sudah mereka buat. Membuat damar menggelengkan kepala dengan jari yang memijit dahinya.

Bersama Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang