Bersama Hujan pt11

507 46 15
                                    

...

Di depan sebuah kamar, seseorang dengan Hoodie hitam tengah mondar mandir dengan raut wajah gelisah, pasalnya sudah hampir jam dua belas, ia tak kunjung mendapati sang kakak yang pergi entah kemana, di tambah ia barusan mendengar sang ayah yang tengah berbicara dengan kakeknya mengenai Rakha, membuat rasa khawatir semakin menggerogotinya, apalagi sang kakak yang tak bisa di hubungi dari tadi.

"Bang, Lo dimana sih? kenapa belom pulang, Lo nggak papa kan?"

Di tengah kepanikannya tiba tiba ponsel langit berbunyi dengan nama derren sebagai pemanggil.

Langit mendengus sebal sebelum mengangkat panggilannya.

"Udah gue bilang jangan ganggu gue lagi" ujar langit.

"Lang.. Abang Lo ikut balapan"

Jantung langit berpacu dengan cepat.

"Dimana"

"Lo susul gue sekarang"

"Sial!!"

Langit langsung mematikan panggilannya dan bergegas keluar dari rumah.

__________________________________

Brrrummmmm....

Brrrummmmm....

"Tiga.. dua... Satu..."

Dalam se kejap dua motor itu melesat cepat membelah jalanan, sedangkan di belakang, Bagas sudah merapal doa supaya tak terjadi apa apa dengan Rakha.

Tak berselang lama Herman datang dengan beberapa orang bersamanya.

"Mana hujan?"

Bagas menelan ludahnya kasar, ia bingung harus menjawab apa, sedangkan Udin mencoba menenangkan sang sahabat yang terlihat emosi.

Bagas bangkit  dari duduknya dengan Langkah terseok,

"Maafin Bagas pak, Bagas ngga bisa cegah hujan" ucap Bagas dengan menundukkan kepalanya menyesal.

Udin juga heran, bagaimana Herman bisa tau kalau hujan tengah melakukan balapan.

"Bagaimana Lo tau her"

Herman menoleh ke salah satu orang yang datang bersamanya.

"Gua tau kok hujan ngga bakalan bikin kerusuhan kalo ngga ada penyebabnya, dan gua juga tau bocah tengil itu yang nantangin hujan"

Herman melirik kaki Bagas yang sudah di perban oleh Udin.

"Apalagi liat Bagas kayak gitu" sambung Herman membuat Udin dan Bagas menunduk.

Sepuluh menit kemudian sebuah motor kembali dengan kecepatan tinggi dan salah satu dari mereka mencapai garis finis terlebih dahulu, ketika si pemenang membuka helmnya, mereka terkejut, karena bukan Rakha melainkan anak lain yang tak mereka kenal.

Satu motor kembali sampai di garis finis, itu anak yang nantang Rakha.

"Sialan!!" Ujarnya penuh amarah karena kalah dengan lawan tandingnya.

Bagas mengedarkan pandangannya dan tak mendapati Rakha,

"Woyy!!! Hujan mana!!" Teriak Bagas dengan panik, bahkan Herman dan Udin ikutan panik ketika tak mendapati Rakha.

Si pemenang menatap lekat pada seseorang yang berjalan pelan di kegelapan.

Itu Rakha.

"Bang!!" Teriak langit, si  pemenang.

Rakha tersenyum lebar sebelum sedikit berlari menghampiri langit membuat beberapa orang di sana cengo.

"Hu.. bukannya Lo yang.."

Bersama Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang