#story10
PART MASIH LENGKAP!!
(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE ACAK!)
Hutang sebesar 200 juta yang di tinggalkan oleh ayah Varsha, membuat Varsha harus membanting tulang untuk mencari uang. Segala pekerjaan dia lakukan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mereka sudah kembali pada rutinitas normal, Baskara yang kembali bekerja dan Varsha yang menemukan kegiatan baru di rumah Baskara. Varsha harus kembali menyesuaikan dirinya dengan tempat baru, melakukan rutinitas lain setelah sebelumnya rutinitasnya menemui Veni, si ibu mertua.
Varsha terduduk di meja makan dengan tatapan lurus menatap ke arah gelas yang berada di tangannya, gelas yang berisi air putih. Sudah dari beberapa menit yang lalu Varsha terdiam, semenjak Baskara berangkat bekerja.
“Tidak boleh melamun pagi-pagi, Bu,” tegur Mbok Marni, menatap majikan yang terdiam cukup lama.
Varsha tersadar, menarik kepalanya menatap Mbok Marni yang baru keluar dari dapur, sepertinya beliau baru selesai mencuci piring bekas sarapan mereka tadi. Varsha menarik bibirnya membentuk senyum. “Aku sedang menatap air di gelas, Mbok. Bukan melamun.”
“Itu namanya melamun, Bu. Ibu berfokus hanya pada satu titik pandangan, dan pikiran Ibu melayang.”
Benar juga, dia hanya berfokus pada satu titik, dan pikirannya kosong. Varsha mengikuti pergerakan Mbok Marni yang menuju ke ruangan laundry. Varsha bangkit dari duduknya, membawa serta gelas yang dia gunakan ke dapur, lalu mencucinya. Varsha cukup tahu diri untuk membersihkan gelasnya sendiri, walaupun itu tugas Mbok Marni, tetap saja dia tidak ingin terlalu merepotkan perempuan itu.
Varsha melirik ke arah ruang laundry, Mbok Marni masih berada di sana. Merasa penasaran, Varsha menghampiri Mbok Marni yang sedang memasukkan pakaian kotor ke dalam mesin cuci. Mbok Marni yang menyadari keberadaan Varsha menatap ke arah perempuan itu, tapi tangannya tetap memasukkan baju kotor ke mesin cuci. Sebelumnya dia sudah memisah-misahkan baju yang bisa di cuci berbarengan dengan yang harus di cuci terpisah. “Ada sesuatu yang Ibu inginkan?”
Varsha menggelengkan kepalanya. “Tidak. Aku hanya ingin melihat pekerjaan yang biasa Mbok lakukan di rumah. Aku tidak punya kegiatan lain di sini, mungkin saja aku bisa membantu."
“Jangan, Bu. Bapak berpesan untuk tidak membiarkan Ibu bekerja,” jelas Mbok Marni. Beliau beralih menghidupkan kran yang sudah terhubung dengan selang untuk memasukkan air ke mesin cuci.
“Baskara yang mengatakannya?”
Mbok Marni mengangguk. “Iya, Bapak tidak ingin Ibu kelelahan karena akhir-akhir ini Ibu sering kurang tidur.”
Varsha mengulum senyum. Dia sering kurang tidur karena ulah Baskara. Laki-laki itu tidak pernah membiarkan Varsha tertidur dengan nyenyak karena Baskara selalu menyentuhnya tiap malam. Tidak hanya puas dengan melakukannya sekali saja, Baskara memintanya berulang kali sampai Varsha kekurangan waktu tidur.
Varsha meragukan penuturan Baskara yang hanya menyentuh perempuan yang sama sekali saja. Buktinya, Baskara menyentuhnya berkali-kali dan masih belum puas. Memangnya wajah Varsha bisa berubah setiap kali Baskara menyentuhnya? Tentu tidak bukan.