30

599 59 3
                                    

Charlotte terkekeh dan menggeleng pelan melihat tingkah lucu manajer nya itu. Engfa tersenyum dan menggenggam tangan Charlotte erat. Engfa mengecup punggung tangan Charlotte dan tersenyum lucu padanya. Charlotte sangat mencoba untuk tidak menunjukkan sisi dirinya yang sedang salah tingkah.

-
-
-

Kini Engfa dan Charlotte sedang duduk di sebuah restoran. Mereka duduk berseberangan, masing-masing sedang sibuk membolak-balikkan halaman menu, bingung dengan apa yang akan mereka makan.

Setelah memilih makanan, Engfa memanggil seorang pelayan dan menyebutkan menu yang diinginkannya, sama dengan Charlotte.

Tiba-tiba....



Seorang pria yang tampak mapan serta memiliki wajah yang sangat tampan, tampak menghampiri meja kedua wanita yang kini tengah menunggu makanan mereka diantarkan. Pria itu menggunakan pakaian yang simple namun elegan, dengan rambut yang tertata rapi dan wangi parfumnya yang sangat manly. Engfa yang sedari tadi sibuk dengan handphonenya, kini perhatiannya terpusat pada pria itu. Raut wajahnya tiba-tiba tampak serius, siapakah dia?

Pria itu adalah seorang pemimpin perusahaan bidang desain interior di Thailand, Alvino Frederick. Yang secara kebetulan adalah 'kenalan' Engfa.

Kini pria itu tersenyum manis pada Engfa dan juga Charlotte. Pria itu mengajak Engfa untuk berbincang diluar.

"Nu, Phi ke outdoor bentar ya. Kalo makanannya udah datang makan aja dulu" ucap Engfa lalu pergi meninggalkan Charlotte.

Charlotte mengangguk lesu, setelah Engfa dan Alvin keluar ia berdecak kesal. Lagi-lagi dirinya dan Engfa tidak bisa menghabiskan waktu berdua tanpa ada gangguan.
-
-
-

Alvin dan Engfa tengah berdiri menghadap ke pemandangan indah yang disajikan oleh bagian outdoor dari restoran yang mereka kunjungi. Alvin menghela nafasnya, lalu mulai berbicara

"Gimana kabar kamu?" tanya Alvin.

Engfa tersenyum kecil

"Baik, kabar keluarga lo gimana?" Keduanya masih berbicara sambil melihat pemandangan.

"Baik juga. Oh iya nanti malam keluarga aku sama keluarga kamu dinner di hotelnya papa aku, kamu tau kan?" tanya Alvin.

"Hah? bukannya ortu gua masih di luar negri?" Engfa heran.

"Ah..mereka pulang barengan sama keluarga aku, mereka sampe nanti jam 8" ujar Alvin.

Engfa hanya berdehem pelan, ia tidak tau harus merespon apa. Terlebih sekarang orang tuanya sudah kembali ke Thailand dan Engfa tidak akrab dengan orang tuanya. Mereka hanya akan berbincang jika urusan bisnis.

Dari kecil Engfa selalu dituntut oleh orangtuanya untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal yang dijalaninya. Kedua orangtuanya pun sudah sukses sejak menikah, saat Engfa kecil kedua orangtuanya jarang sekali pulang dan mengunjungi Engfa. Mereka selalu sibuk dengan urusan perusahaannya diluar negeri.

Engfa hanya bisa melihat kedua orangtuanya jika mereka memiliki urusan bisnis di Thailand. Tidak ada hal lain yang bisa membuat kedua orangtuanya pulang kecuali bisnis, maupun itu Engfa sekalipun. Hal itu semua lah yang membuat Engfa dan orangtuanya tidak dekat, dan hubungan mereka seperti partner bisnis dari pada orangtua dan anak.

-
-
-

"Hei? kamu mikirin apa?" tanya Alvin yang membuyarkan lamunannya.

"Ah..ga ada. Yaudah makasih infonya, tolong nanti infoin ortu gua di hotel mana" ujar Engfa lalu pergi masuk ke resto indoor dan meninggalkan Alvin.

Engfa kini sudah duduk dengan Charlotte lagi, wajahnya cemberut. Sudah pasti Charlotte sedang kesal karena Engfa yang berbincang lama dengan Alvin tadi. Engfa tersenyum kecil lalu mulai menikmati makanan yang dipesannya tadi. Charlotte mendengus kesal, ia kesal karena Engfa tidak peka.

Engfa terkekeh lalu menaruh alat makannya, membuat Charlotte menatapnya.

"Kamu kenapa cemberut nuu?" tanya Engfa lembut.

"Gapapa" jutek Charlotte

"Emmmmm...habis ini jalan-jalan keliling mall mau? baru jam setengah 3 nih" ajak Engfa sambil tersenyum manis.

Tentu Charlotte tidak bisa menolak tapi dia tetap mempertahankan sikap dinginnya itu. Charlotte hanya berdehem sebagai jawaban.

-
-
-

Keduanya berjalan mengelilingi mall, mall ini benar-benar besar dan luas dan bisa membuat siapapun yang menyusuri mall ini dua kali saja akan merasa sangat kelelahan. Charlotte dan Engfa berjalan bersebelahan, Engfa terus menerus tersenyum tipis tiap kali melirik Charlotte. Sedangkan Charlotte?

Wanita cantik yang satu ini sangat ingin menggenggam tangan manajernya, namun pastinya ia akan kembali ke peraturan pertama: Gengsi. Engfa terkekeh saat tangannya dan tangan Charlotte bersentuhan tidak sengaja, Engfa berhenti berjalan sehingga tertinggal dibelakang, Charlotte pun menatapnya bingung.

"Ada apa?" tanya Charlotte.

"Em...Phi boleh itu ga?" tanya Engfa pelan namun masih bisa terdengar oleh Charlotte.

"Apa?" tanya Charlotte lagi.

"Pegangan tangannnn" ujar Engfa lalu tersenyum sangat manis melebihi gula 200 kg

Ya, jantung Charlotte rasanya ingin meledak karena kelucuan business woman cantik didepannya ini.

"B-Boleh lah, pake nanya segala" gugup Charlotte.

Engfa tersenyum bahagia dan segera menghampiri Charlotte lalu menggenggam tangan pujaan hatinya itu. Engfa terus menerus tersenyum membuat hati Charlotte semakin kacau. Engfa dan Charlotte berjalan menyusuri mall sampai akhirnya terlihat toilet mall. Engfa langsung menarik Charlotte masuk, bukan masuk ke dalam toilet tapi kedalam bilik toilet. Keduanya kini hanya saling berjarak 5 cm. Engfa tersenyum manis lalu mendekatkan wajahnya ke wajah wanita didepannya.

1..


2..


3..



Sedikit lagi, tetapi kegiatan itu terhenti karena ibu staff cleaning service yang mengetuk pintu bilik toilet mereka. Engfa tersenyum lalu mencium kening Charlotte lama lalu keluar dari bilik itu berdua. Mereka berdua sedang mengantri untuk membeli ice cream, lalu handphone Engfa bergetar menandakan adanya notifikasi.

Engfa membuka handphonenya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan. Pesan itu rupanya dari orang yang sangat dibenci Engfa, yaitu ayahnya.

"Engfa, papa dan mama akan tiba di Thailand jam 8 malam nanti. Kami berdua flight dengan orangtuanya Alvin, malam ini jemput di bandara bersama Alvin."

"Sialan" umpat Engfa pelan.

TBC

800 WORDS WOIIIII
otw konflik nih, tungguin ya lagi mood nulis soalnya gua
banyakin komen

"cuma lo" (englot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang